Pages

Saturday, June 5, 2010

Rindu Mendengar Tawanya

Aku mulai merasa kehilangan tawanya. Akhir-akhir ini, Mr Right begitu terbebani dengan jutaan pikiran di kepalanya. Berat. Terlalu berat untuk dipikirkan dalam waktu yang bersamaan, Aku pun tidak mempunyai cara bagaimana untuk membantunya. Yang aku tau hanya bersabar dan ikhlaslah yang bisa membantu untuk meringankan beban pikirannya. Dan nampaknya, itu hal mudah untuk diucapkan, namun terlalu sulit untuk dilakukan. Tetapi sulit, bukan berarti tidak bisa, kan?

Aku sangat ingin selalu ada di dekatnya. Menemaninya, membantu meringankan bebannya. Namun untuk saat ini, aku belum bisa melakukannya. Menyedihkan memang. Sangat.

Aku berada di sini. Jauh dari Mr Right. Tapi aku tidak sendiri. Selalu ada kecil yang menunjukkan kehadirannya dengan menyentuh dinding rahimku. Entah bagaimana dia melakukannya. Menyundul, menendang, atau memukul mungkin. Entahlah.. Tapi sentuhan-sentuhannya di dinding rahimku begitu menghiburku.

Mendengar tawanya merupakan hal yang mewah akhir-akhir ini. Aku merindukannya. Lepaskan beban itu.. Please... tertawalah untuk kami...

Jakarta, 5 Juni 2010
merah itu aku