Kakak Zidan emang sensitif banget perasaannya. Gampang melow dan tak jarang menangis.
Seperti hari ini, sehari sebelum kami kembali ke Jogja, dia sudah menangis berurai air mata. Dia udah aja kangen sama Eyang Putri dan rumah eyang juga😁. Kenapa ga bilang kangen sama Eyang Kakung? Karena besok Eyang Kakung yang nganter kami ke Jogja. Sedangkan Eyang Putri ga bisa nganter karena malem ini berangkat ke Semarang☹.
Sebenernya ada kejadian yang bikin aku trauma kalo Kakak Zidan mulai menunjukkan gelagat sedih terlalu dalam.
Beberapa minggu setelah Dek Lou lahir, Eyang Kakung akhirnya harus pulang. Eyang Kakung sudah di Jogja sebelum Dek Lou lahir. Jadi memang berat buat Kakak Zidan berpisah dari eyangnya.
Singkat cerita, Eyang Kakung pulang juga. Aku pesankan taxi online karena memang kondisiku belum oke untuk nyetir. Beberapa menit setelah eyangnya pergi, Kakak Zidan mulai menangis dalam diam. Tiba-tiba, dia yang awalnya tidur di sofa, menggelinding jatuh ke lantai. Aku dekati ketika dia bilang, "Bun, ambilin minum. Aku ga bisa".
Dan seketika itu juga aku langsung panik melihat jari kaki dan tangan kakak yang kaku. Berkali-kali aku istighfar. Kemudian aku telpon Eyang Kakung untuk memintanya kembali.
Selama aku menunggu Eyang Kakung datang, aku peluk dan usap jari-jari tangan dan kaki Kakak Zidan sambil istighfar dengan berurai air mata. Alhamdulillah saat Eyang Kakung sampai, jari tangan dan kaki Kakak Zidan sudah tidak kaku lagi.
Semenjak kejadian itu, aku minta Kakak Zidan untuk tidak memendam perasaan sedih dan kecewa. Aku khawatir kejadian jari kaku itu terulang kembali. Ternyata dampak tekanan batin buat Kakak Zidan bisa semengerikan itu. Aku harap, dengan berbagi dan mengekspresikan perasaan bisa membuat beban Kakak Zidan menjadi lebih ringan😊.
Merah Itu Aku
Cilacap, 1 Juli 2019
No comments:
Post a Comment