Pages

Tuesday, May 3, 2022

Lebaran Itu ...

Hari kedua lebaran, kami melakukan perjalanan ke arah timur. Tentunya bukan untuk mencari kitab suci, ya, Gaes.

Alhamdulillah, tahun ini, Idulfitri pemerintah dan Muhammadiyah jatuh bersamaan. Aku sempat agak khawatir karena awal Ramadan berbeda. Keluarga dari Ibu memang selalu mengikuti hisab dari Muhammadiyah. Aku besar dalam lingkungan itu. 

Ketika menikah dengan Mr. Right yang taat pemerintah, aku kerap kali berada di persimpangan. Ampun dah, berat amat bahasanya. Yah, intinya, secara naluri, aku lebih condong pada perhitungan daripada penampakan hilal. Namun, aku tidak bisa ngotot-ngototan untuk hal ini, mengingat ada anak-anak yang tidak mungkin kutempatkan pada kebingungan memilih ikut Ayah atau Bunda. Bukan sekadar ikut pemerintah atau Muhammadiyah.

Ah, sebenarnya bukan Muhammadiyah, sih, karena bukan pengikutnya pun, banyak yang ikut hisab dibanding menunggu sidang isbat pemerintah berdasarkan penampakan hilal.

Oke, mari kesampingkan itu semua. Yang terpenting, kami semua lebaran di hari yang sama.

Ada beberapa kebiasaan lebaran yang masih berlangsung hingga saat ini. Antara lain, silaturahmi mendatangi saudara dan bagi-bagi angpau.

Berdasarkan KBBI.web,

ang·pau Cn n 1 amplop kecil untuk tempat uang sumbangan yang diberikan kepada orang yang punya hajat (perkawinan dan sebagainya) dalam adat Cina; 2 hadiah atau pemberian uang (pada hari Tahun Baru Cina dan sebagainya)

Sepertinya terdapat pergeseran makna, ya ... atau masuk dan sebagainya? Atau memang tidak cocok disebut angpau lebaran? Yah, maksudnya gitulah.

Amplop lebaran dari tahun ke tahun, nyatanya mengalami perubahan. Selain itu, tahun ini, aku menemukan ada bentuk angpau yang baru. Makin bergeser aja makna angpau. Bukan hanya uang dalam amplop tetapi juga dalam bentuk lain.

Kekreatifan warna negara kita tercinta memang patut diacungi jempol. Permainan kata dan warna selalu membuatku terpukau.

Bentuk amplop yang awalnya putih bersih tak bernoda, beberapa tahun belakangan menjadi lebih beragam. Beraneka gambar bertema lebaran atau tokoh kartun yang disukai anak-anak, mulai banyak dijumpai.

Untuk bentuk pun bermacam-macam. Ada amplop mini, ada juga yang panjang seukuran uang kertas.

Ada yang dari kertas, ada pula dari kain flanel beraneka warna dan bentuk. Menarik dan lucu-lucu. 

Tahun ini, aku terpesona dengan permainan kata pada amplop lebaran. Warga Indonesia memang jago bikin plesetan macam begini 😅.


Dan yang paling bikin speechless, adalah ini!



Terlepas dari berapa nominalnya, bagiku, segala pemberian tersebut menunjukkan perhatian untuk berbagi kebahagiaan.

Dalam hal ini, sebagai ibu dari anak tiga, kadang merasa cukup merepotkan. Karena bagaimana pun, jumlah anak yang bisa dikatakan tidak sedikit, akan membuat mereka mengeluarkan lebih untuk anak-anakku.

Berdasar obrolan dengan adik tersayang, ternyata tradisi bagi-bagi angpau lebaran, tidak berlaku di keluarga istrinya. Wow, entah kenapa, aku menganggap itu lebih baik. Kadang tradisi bagi-bagi angpau ini, terasa memberatkan bagi beberapa pihak. Aku pribadi, kadang merasa kesulitan mencari uang lurus. Padahal ga wajib juga 😄. 

Sebagai penutup, berbagi kebahagiaan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Gunakan cara yang paling sesuai dengan kemampuan. Jangan memaksakan diri. Bagaimana kita bisa berbagi kebahagiaan kalau ternyata terpaksa?

Selamat berkumpul bersama keluarga. Stay healthy and always happy!


Merah Itu Aku

Cilacap-Kebumen, 3 Mei 2022

Monday, May 2, 2022

Idulfitri 1443 H

Taqabalallahu minna wa minkum

Mohon maaf lahir dan batin ❤



Idulfitri tahun ini, pemerintah memperbolehkan warga untuk mudik. Tiket mudik segala armada pun cepat sekali habis. Konon katanya begitu.

Alhamdulillah, kami sekeluarga bisa mudik hari terakhir Ramadan. Sempat terjadi salah pengertian karena kupikir, lebaran masih hari Selasa. Padahal, aku sudah berencana melakukan beberapa hal di hari Senin, untuk persiapan Idulfitri.

Entahlah, kenapa informasi kapan Idulfitri terlewat. Aku sudah tahu kalau Idulfitri 1443 H, diperkirakan terjadi tanggal 2 Mei 2022. Tapi kupikir, itu hari Selasa 😅.


Perjalanan mudik cukup lancar. Jalanan sedikit ramai, tetapi tidak macet. Hanya ada keramaian kendaraan di beberapa titik.

Kami berangkat dari Jogja pukul 12.30 dan sampai Cilacap 16.30. Sempat berhenti untuk beli titipan seseorang dan mampir untuk nganter titipan tersebut. Cukup lancar dan bisa ngebut.

Oiya, ini fakta penting dan cukup mencengangkan. Tahukah kalian, bahwa lagu tahun 2000-an sudah masuk dalam kategori lagu nostalgia?

Ya ampuuun ... itu baru sekitar 20 tahun yang lalu, lho ...

Eh, gimana? Udah berasa tuwa? 🤣🤣🤣.

Kenapa ujug-ujug bahas ini? Karena kemarin, kami dengerin lagu nostalgia itu di perjalanan 😌.

Baiklah ... setelah adanya kesalahpahaman pemikiran jatuhnya Idulfitri, aku langsung menyusun ulang rencana. Hidih ... padahal rencananya itu terkait dengan pencucian baju lebaran Kakak Zidan yang kelewatan (punya adek-adeknya dah beres semua). 

Baju lebaran Kakak Zidan, langsung kucuci sore hari begitu sampai Cilacap. Alhamdulillah, angin di rumah cukup bekerja sama untuk mempercepat pengeringan. Pagi hari sebelum salat ied, baju itu udah kering dan berhasil disetrika. 

Rencana awal, kami salat ied di Kebumen, tempat mertua. Aku sudah minta Fuad buat lebaran hari pertama di Cilacap supaya Ibu nggak sendirian. Perubahan rencana yang mendadak, bikin aku khawatir, Ibu bakalan berangkat salat ied sendirian tahun depan.

Aku cukup kepikiran sih. Tahun depan, jelas giliran kami salat ied di Kebumen. Kalau Fuad, mungkin nggak di Cilacap juga. Entahlah kalau tahun depan, dia bisa di sini lagi. Aku cuma kepikiran Ibu.

Yah, lebaran kami memang tak lagi sama. Kenangan bersama Bapa masih menari-nari. Tahun kedua dan semuanya masih terasa menyedihkan.

Aku masih sering bertanya-tanya,  Kalau ada Bapa, apa yang akan beliau lakukan?

Hal lain yang tidak lagi sama adalah acara memasak opor ayam dan membuat ketupat. Tanpa Bapa, mustahil Ibu bisa menyembelih ayam sendiri dan mengolahnya menjadi opor. Kalaupun itu terjadi, tetap saja tidak sama.

Memasak opor dan membuat ketupat lebaran, hanya akan menambah kesedihan di hati kami. Sudah pilihan paling tepat, untuk saat ini, memesan ke Mbah Nursin (adik dari ibunya Bapa). Seperti tahun lalu.

Pagi tadi, kami mengikuti salat ied di halaman masjid komplek Ibu. Kenangan demi kenangan, muncul begitu saja. Wajah Bapa masih ada di pikiran. Sedang tersenyum, sedang bersiap salat, sedang berkomentar betapa saleh cucu-cucunya. 

Wajah bahagia melihat cucu-cucunya berkumpul, meski tidak pernah terucapkan. I miss him so much.

Kami mengunjungi makam Bapa setelah silaturahmi ke rumah Mbah Nursin. Rasanya masih semenyedihkan itu. Aku tau, kami semua menyimpan segala duka dan berusaha memperlihatkan sisi terkuat untuk saling menguatkan. Ini berat. Benar-benar terasa berat.

Besok, kami berencana melanjutkan perjalanan ke Kebumen, sebagai salah satu rangkaian acara mudik selama seminggu ini. Insyaallah, cerita kami belum usai.

Selamat Idulfitri bagi yang merayakan 😘.

Selamat Hari Pendidikan (juga)!


Merah Itu Aku

Cilacap, 2 Mei 2022