Tadi sore, aku jalan-jalan sama Dek Lou. Dia ngajakin ngliat selokan yang airnya mengalir lumayan deras. Sejak musim hujan, selokan depan komplek memang sering dialiri banyak air. Jernih dan deras. Nampak menarik banget buat Dek Lou. Dia sampe nungging-nungging di pinggiran selokan buat liat air di dalamnya.
Sambil menjaga Dek Lou agar ga nyemplung, aku menguatkan hati dari kegalauan. Berada di tengah jembatan kecil dengan air mengalir deras di bawahnya, sukses bikin aku agak mules dan mual. Ya... aku memang fobia air. Ga tau sejak kapan aku merasakannya. Tapi perasaan tidak nyaman dan mencekam, selalu menghinggapi hatiku saat berada di hamparan air.
Aku teringat saat masih kuliah di Surabaya. Tiap hujan tiba, jalanan di gang sekitar kosku pasti berubah jadi sungai. Meski hanya setinggi mata kaki atau betis, tapi sukses bikin aku ga nyaman saat berjalan di genangan air itu. Rasanya aku bisa tenggelam sewaktu-waktu karena aku tidak bisa melihat dasar dari genangan air itu. Berlebihan? Mungkin. Tapi itu yang aku rasakan.
Apa sih fobia itu? Menurut KBBI edisi ke-5 versi daring,
Fo.bia
n. ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan penderitanya (KBBI ed. V).
Ngomong-ngomong tentang menghambat kehidupan, fobia air yang aku derita membuatku tidak mengalami kemajuan dalam berenang. Tiap mau nyemplung, rasanya bakalan tenggelam. Haha...
Pun ketika berwisata air, aku memilih menjaga barang bawaan daripada harus mencoba wahana air.
Waktu jaman sekolah, Ibu selalu mengingatkan untuk tidak menunjukkan ketakutanku pada sesuatu (terutama hewan). Ibu khawatir kalo teman-teman sekolahku menggunakan ketakutanku untuk merundung. Aku memang takut pada beberapa hewan yang menurut orang lain biasa, tapi buatku luar biasa mempengaruhi detak jantungku. Aku ga mau sebut hewannya. Masih memegang teguh petuah Ibu😁😁.
Untuk fobia yang terakhir, aku baru tau beberapa tahun belakangan bahwa aku menderita trypophobia. Aku ga mau ngecek bener ga tulisannya karena kalo aku search di browser, bakalan keluar gambar-gambar yang baru kebayang aja udah bikin aku geli setengah mati. Fobia terhadap lubang-lubang atau bulatan-bulatan kecil.
Baca juga : Serangan Rayap Kertas
Sejak kecil, Fuad-adekku satu-satunya- sering goda-goda aku dengan ucapan-ucapan menjijikkan tentang lubang-lubang kecil. Tanpa melihat gambar pun, aku sudah punya gambaran yang jelas hanya dengan mendengar kalimatnya saja.
Fobia yang aku derita tidak terlalu serius. Cukup mengganggu kenyamanan memang, tapi tidak sampai membuat tertekan hingga tertinggal selama berhari-hari.
Penyebab fobia tidak jelas. Tapi beberapa sumber menyebutkan beberapa hal yang bisa menyebabkan fobia antara lain:
1. Kejadian traumatis yang pernah dialami.
2. Faktor genetik.
Selain 3 fobia yang aku miliki, masih banyak fobia lain yang mungkin diderita orang lain. Misalnya: fobia terhadap ruang tertutup, fobia terhadap gelap, fobia terhadap tempat yang tinggi, fobia hewan tertentu, fobia naik pesawat dan lain sebagainya.
Bagaimana cara mengatasi fobia?
1. Dengan memaparkan benda atau situasi yang menyebabkan fobia. Sedikit demi sedikit, perlahan lahan.
2. Mengatur nafas ketika menghadapi fobia.
3. Berfikir secara logis. Karena ketika kita bertemu dengan situasi atau benda yang membuat kita fobia, maka akal sehat kita sering tidak bisa diajak berpikir.
Jika fobia sudah mengganggu aktivitas dan hubungan sosial kita, maka ada baiknya menghubungi psikolog.
Kalo kamu, punya fobia apa?
Merah Itu Aku
Jogja, 7 Februari 2020
No comments:
Post a Comment