Anak-anak sudah terbiasa mengunjungi dokter gigi sejak kecil. Apalagi Kakak Athar yang pernah jatuh dan membuat salah satu gigi serinya harus menjalani perawatan intensif. Sejak saat itu, kami mempunya 1 dokter gigi spesialis anak langganan.
Dokter gigi menjadi salah satu dokter yang menjalankan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Ada anjuran untuk menghindari pergi ke dokter gigi jika tidak mendesak. Dan itulah yang kami lakukan.
Namun, akhir bulan Agustus, gigi geraham Kakak Zidan terlanjur tumbuh, sebelum gigi susunya tanggal. Sebenarnya gigi susunya sudah goyang, tetapi aku tak sanggup mencabutnya. Kondisi gigi susu yang sudah tidak utuh, membuatku khawatir meninggalkan akar di gusi ketika menarik gigi itu dengan paksa. Ditambah lagi, tampaknya Kakak Zidan masih belum rela giginya dicabut. Ah, itu membuatku semakin susah saja untuk mencabutnya secara mandiri π€£.
Akhirnya, aku memutuskan untuk menghubungi rumah sakit tempat dokter gigi langganan kami praktek. Ternyata, dokter gigi anak langganan kami, belum pernah praktek sejak Covid menyerang. Kamipun memutuskan untuk membuat janji dengan dokter gigi spesialis anak lain yang juga praktek di situ. Dan apa yang terjadi? Jadwal praktek seminggu ke depan sudah full booked ππ.
Dengan terpaksa, aku mendaftar untuk 2 minggu ke depan dan di hari Senin. Aku sudah berpesan pada Mr. Right, yang sibuknya tidak masuk akal itu, untuk meluangkan waktu di hari Senin siang. Bayangkan lah... bagaimana horornya bawa 3 anak sendirian ke rumah sakit π₯Ίπ₯Ί.
Hari Senin pun datang dan sebelnya, Mr. Right pergi ke Jakarta. Mau tak mau, aku harus berangkat ke rumah sakit bawa 3 anak. Sendirian ππ. Daripada harus reschedule yekan... aku udah nunggu 2 minggu, gaesss....
Akupun menguatkan diri untuk berangkat membawa rombongan. Keadaan rumah sakit masih ramai meskipun tidak seramai biasanya. Alhamdulillah anak-anak bisa dikondisikan.
Dokter gigi dan asistennya memakai Alat Pelindung Diri lengkap. Dari masker, baju hazmat, face shield, hingga pelindung sepatu. Yah, mereka kan memang beresiko besar terkena droplet pasien.
Ini persiapan yang aku lakukan sebelum ke dokter gigi bersama anak-anak:
1. Minta anak untuk bekerja sama dalam menjaga ketertiban dan ketenangan π§♂️π§♂️π§♂️
2. Beri kepercayan kepada anak, terutama anak tertua, untuk bisa menjaga adik-adiknya.
3. Hubungi rumah sakit untuk mengetahui perkiraan waktu masuk ruangan dokter, supaya kita tidak terlalu lama menunggu giliran di rumah sakit.
4. Persiapkan amunisi:
- Masker cadangan
- Tissu kering dan basah
- Handsanitizer
- Minum dan snack
5. Jangan lupa berdoa sebelum berangkat, untuk minta pertolongan Allah aga diberi kelancaran dan keselamatan.
Begitulah tips ke dokter gigi anak kala pandemi, bersama rombongan anak-anak, tanpa ditemani suami. Semoga bermanfaat π
Kalau memang tidak mendesak, lebih baik tetap di rumah saja ya, genks π₯°π₯°π₯°
Merah Itu Aku
Jogja, 15 September 2020
No comments:
Post a Comment