Pages

Monday, November 23, 2020

Mencintai Diri



Dih, judulnya gitu amat, sih?

Mungkin begitulah yang terlintas di pikiran, ketika pertama kali membacanya. Oke.. oke.. sebenernya, akulah yang sempat berpikir demikian 😂.

Pertama kali aku berkenalan dengan mencintai diri sendiri, rasanya geli-geli gimanaaa... gitu. Semacam kurang kasih sayang dari orang lain, sampai harus mencintai diri sendiri. Menyedihkan sekali.

Please STOP! Jauhkan pikiran nyinyir itu dari dirimu, Laksmini 🧕.

Setelah mengikuti kelas Self Healing, aku baru mendapat pencerahan tentang mencintai diri sendiri.

Dari cerita beberapa teman yang sudah lebih dulu belajar tentang self healing, mencintai diri sendiri adalah salah satu cara untuk bisa mencintai orang lain. Jika kita sudah bisa mencintai diri sendiri, maka kita akan lebih mudah mencintai orang-orang di sekitar kita.

Akhir-akhir ini, aku sering sekali bersinggungan dengan materi self healing. Mungkin sekitar setahun belakangan ini. Aku merasa mendapat colekan mesra untuk melihat ke dalam diri sendiri. Sudahkan aku mencintai diri? Menerima diri?

Bulan lalu, materi self healing lebih santer lagi. Ternyata tanggal 10 Oktober merupakan hari kesehatan mental dunia. Beberapa kuliah dan event online bertemakan kesehatan mental pun banyak digelar.

Dua pekan yang lalu, aku mengikuti Jumagi via Zoom yang diselenggarakan oleh Gemar Rapi. Temanya adalah mengenal diri untuk dapat mencintai diri. Pas banget kan... Jumagi ini disampaiakan oleh Mba Diwien Hartono, seorang Holistic Healing Practitione.

Oh iya, seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, Gemar Rapi Madya yang sedang aku ikuti, saat ini sedang mempelajari dan mempraktekkan ilmu menata jiwa. Jadi, yang kami lakukan adalah bagaimana cara menata jiwa. 

Mencintai diri ini, bisa aku bilang sebagai salah satu jalan untuk menata jiwa. Mencintai diri adalah mengenal diri kita sendiri dengan baik, kemudian menerima dengan ikhlas penuh kesadaran, segala kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri kita.

Mengenal diri tidak hanya dari kulitnya saja. Misal siapa nama kita, tinggal di mana, apa pekerjaannya. Akan tetapi, kita juga harus melihat ke dalam diri kita juga. 


Manusia terbentuk atas tiga hal, yaitu:

1. Diri sejati/ruh (sudah ada sebelum tubuh manusia terbentuk, dirawat oleh Tuhan)

2. Batin (pikiran dan perasaan).

3. Energi (dan tubuh)


Untuk mendapatkan sehat secara holistik, kita harus merawat diri secara menyeluruh. 


Saat itu, Mbak Diwien juga menyampaikan tentang teori sebab akibat penyakit:

1. Faktor primer. Berkaitan dengan batin.

2. Faktor sekunder. Berkaitan dengan diet, gaya hidup, alam, dan eksternal.


Dari penjelasannya, batin merupakan faktor penyebab yang sering menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, jika kita sakit, coba lihat dulu ke dalam diri. Apa yang sedang kita pikirkan? Karena pengobatan secara fisik hanya akan mengobati gejalanya saja, jika penyebab sebenarnya berasal dari batin.

Beberapa orang mengalami peningkatan produksi asam lambung hingga mengalami GERD (Gastroesophageal Reflux Diseases) ketika sedang stres. Jika pengobatan hanya pada GERD saja, besar kemungkinan GERD itu akan kembali menyerang tak berapa lama berselang.

Untuk itu, selesaikan urusan batin dulu. Jika sudah selesai urusan batin, barulah obati gejala yang tampak.

Ada quote menarik dari Jumagi bersama Mbak Diwien saat itu:

Jadilah lentera yang menghangatkan dan menerangi diri sendiri dan orang sekitarnya. -Anonymous-

Maksudnya adalah, jangan mengorbankan diri sendiri untuk membahagiakan orang lain.


Merah Itu Aku

Jogja, 23 November 2020

 

 





No comments:

Post a Comment