Kata orang, garis wajah kami serupa ...
Ya ... meskipun anak perempuan satu-satunya, justru akulah yang paling mirip dengan Bapak.
Garis senyum kami, yang sama-sama lebar sumringah.
Bentuk hidung kami, yang kecil tapi berujung lancip.
Bentuk gigi kami, yang kecil dan sedikit rapuh,
Hingga warna kulit kami yang cenderung gelap.
Darahnya memang mengalir kental di tubuhku.
Kata orang, sifat kami mirip ...
Memiliki prinsip yang kuat, tetapi mudah tersentuh.
Karena terlalu miripnya, malah membuat kami sering salah paham.
Kami hanya mengandalkan rasa, yang terkadang justru membuat kami berdua salah sangka.
Kami, jarang saling bercerita, jarang saling mengungkapkan rasa. Namun, aku tahu bagaimana rasa cinta pada semua anak-anaknya, bukan cuma aku saja.
Kami berdua saling mencintai. Itu tak diragukan lagi.
Kata orang, aku adalah anak kesayangan Bapak ...
Bukan hanya aku. Semua adalah anak kesayangan Bapak.
Doa Bapak di sepertiga malam terakhir adalah untuk ketiga anaknya. Bukan hanya aku saja.
Bapak menyayangi semua anaknya, dengan caranya.
Kata orang, Bapak orang baik ...
Bapak memang tak pernah berprasangka buruk pada orang lain, bahkan ketika orang lain bersikap buruk padanya.
Bapak tidak pernah ingin menyusahkan orang lain.
Ada kalimat yang selalu aku ingat, "Sebaik-baiknya orang adalah yang membantu orang lain. Namun jika tidak bisa, maka jangan menjadi beban bagi orang lain."
Bapak tidak pernah menyulitkan kami, anak-anaknya. Bapak tidak pernah menuntut kami untuk ini itu. Hanya satu yang selalu beliau ingatkan. Ibadah jangan sampai terputus.
Kata orang, cara Bapak pergi sudah begitu indah ...
Diberi sakit sebagai penggugur dosa.
Diberi kemudahan bagi orang lain untuk dapat memberikan penghormatan terakhir.
Banyak sekali kata orang yang yang membuatku semakin rindu pada Bapak.
Banyak sekali cerita tentang Bapak yang baru aku dengar setelah Bapak tiada. Cerita tentang kebaikan-kebaikan beliau.
Banyak orang kehilangan beliau yang dinilai terlalu cepat pergi. Namun, bukankah orang baik memang lebih cepat dipanggil pulang? Allah lebih sayang Bapak. Dan memang hidup mati seseorang sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Hidup.
Berkali-kali aku meyakinkan diri agar ikhlas menerima semuanya. Hati ini masih sering terasa sesak setiap menyadari bahwa kami sudah tidak bisa bertemu lagi di dunia. Maafkan aku yang masih membutuhkan waktu untuk menata hati.
Bapak, aku rindu ...
Merah Itu Aku
Cilacap, 17 Februari 2021
No comments:
Post a Comment