Pages

Tuesday, December 15, 2020

Aliran Rasa Wisatawan Asyik di Transcity Harmoni

Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil mengumpulkan dua stamp sebagai persyaratan untuk memasuki Hutan Kupu-Kupu. Rasanya super duper excited plus degdegan. Antara bersemangat dan grogi πŸ˜†.




Bersyukur banget, sebelum memasuki Hutan Kupu-Kupu, calon mahasiswa Bunda Cekatan sudah diberi kesempatan untuk melakukan pemanasan di hotel Asyik, Transcity Harmoni.

Meskipun masih bertanya-tanya bagaimana dan seperti apa kuliah Bunda Cekatan, tetapi kami sudah mulai dibiasakan menggunakan platform belajar yang baru, yaitu Facebook Group (FBG).

Tentunya hal baru akan terasa sulit pada awalnya. Dan pemanasan selama menjadi wisatawan hotel Asyik, sudah mengurangi kesulitan itu.

Sedikit banyak, kami dikenalkan dengan ruangan kelas berupa unit. Untuk lebih memudahkan belajar, ada tombol 'Done' yang bisa kita tap ketika sudah selesai mencerna informasi yang ada di sana.

Ada pula sedikit kendala ketika ada kuliah live di FBG. Selain terkadang sulit mendapatkan notifikasi, kendala jaringan sering menghambat dalam menerima perkuliahan. Apalagi, aku lebih mudah menerima informasi dengan membaca daripada mendengarkan. Hihi... aku bukan orang auditory.

Sebagai orang yang jarang mengikuti perkembangan FB, aku sering kali lupa membuka FB dan berakibat pada telatnya mendapat informasi. Aku mengatur strategi agar tidak terlalu ketinggalan informasi dengan menyematkan FBG pada homesrceen ponsel agar terpampang nyata setiap aku menyalakan ponsel. Selain itu, aku menjadwalkan, paling tidak sehari sekali membuka FBG.

Memang belum sepenuhnya terbiasa. Apalagi dua jenjang kuliah sebelumnya, Matrikulasi batch #6 dan Bunda Sayang batch #5, masih menggunakan ruang kelas whatsapp group dan google classroom.

Ada hal yang sedikit aku rindukan selama menggunakan FBG. Interaksi antar teman sekelas, dirasa kurang akrab. Mungkin supaya kita lebih fokus belajar. Tapi tetap saja ada sedikit rasa ingin bisa lebih akrab dalam berinteraksi dengan teman sekelas.

Semoga perjalanan kami di Hutan Kupu-Kupu diberi kemudahan dan kelancaran. Semoga ilmu yang akan kami peroleh selama perjalanan tersebut mendapat berkah dan manfaat.

Selamat menyongsong petualangan baru bersama di Hutan Kupu-Kupu, teman-teman seperjuanganku. Semoga kita semua berhasil mendapatkan apa yang kita cari selama ini. Semangat πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ


Merah Itu Aku

Jogja, 15 Desember 2020

Friday, December 11, 2020

KLIP 2020

Bulan Desember 2020 adalah akhir tahun keduaku di KLIP. Tahun lalu, pertama kali masuk KLIP, banyak sekali perubahan besar dalam sejarah menulisku. Blog yang sempat berdebu tebal karena lama tak terurus, mulai aku bersihkan. Bahkan aku sampai takjub dengan jumlah tulisanku di blog selama setahun kemarin.

Tahun ini, jujur saja aku mengalami penurunan dalam pencapaian badge KLIP. Tak ada satu pun badge outstanding yang aku peroleh. Aku malah sempat tertatih-tatih untuk sampai pada jumlah minimum setoran agar mendapat badge dasar.

Tapi aku sadar bahwa tantangan yang aku hadapi saat ini tidaklah sama. Mungkin, jumlah setoran tulisanku tidak sebanyak tahun lalu. Namun, aku dipaksa untuk meningkatkan jumlah kata dalam sebuah tulisan. Buatku, itu adalah salah satu pencapaianku dalam menulis tahun ini.

KLIP tetap menjadi kelas favorit yang berhasil menjaga konsistensiku dalam menulis. Kala malas melanda, ide menulis yang mendadak menghilang entah ke mana, KLIP selalu berhasil membuatku 'terpaksa' membuka gawai untuk mulai menulis sambil mengais-ngais ide tulisan.

Banyak motivasi yang membuatku selalu ingin mendapat badge minimal setiap bulannya. Salah satu motivasiku adalah agar tidak terdepak dari whatsapp group KLIP. Hihi... meskipun aku jarang nimbrung di grup, tapi aku selalu mengikuti obrolan para senior. Agak kurang sopan memang ya cuma jadi SR. Tapi ya kadang aku tak tahu harus berkata apa πŸ˜†.

Oh iya, tahun ini KLIP semakin seru dengan adanya terobosan untuk meningkatkan kebiasaan baik bagi anggotanya.


1. KLIP memberi batas minimum kata untuk disetorkan, yaitu 300 kata.

Awalnya, tidak ada batasan minimum kata. Jadi, kita bisa saja menyetorkan status pendek di media sosial 😁.

Dengan adanya batas minimum ini, aku tidak pernah menyetorkan link instagram lagi🀭. Instagram membatasi jumlah karakter dalam caption nya. Sehingga aku belom pernah berhasil menulis caption sebanyak 300 kata. Mungkin kalau kata-katanya pendek, bisa sampai 300 ya, entahlah... aku belom pernah mengalaminya.

Jika jumlah kata yang disetorkan tidak mencapai batas minimal yang ditetapkan, gform otomatis menolak setoran kita. Canggih banget ya... thanks to mba Humaira πŸ€—


2. KLIP membantu dalam meningkatkan minat membaca.

Hoho... ada form khusus buat habit tracker membaca. Jika kita sudah membaca minimal 15 menit sehari, maka kita bisa mengisi form yang sudah disediakan. Ini membantu banget untuk mengingatkan dalam membaca.

Tapi karena baru dan aku agak kebanyakan form harian yang harus diisi, maka aku masih sering skip meskipun aku berusaha untuk membaca setiap hari.

Terima kasih, KLIP... tahun depan, aku berencana lebih rajin lagi membaca dan mengisi form πŸ’ͺ.


3. KLIP memberikan pilihan minat pada anggotanya.

Pada bulan September, sesi terakhir di tahun 2020, KLIP membagi kami ke dalam empat peminatan. Ada kelas fiksi, non-fiksi, blogger, dan free writing. Pada kesempatan ini, aku memilih kelas blogger. Alasannya apa? Karena sebagian besar tulisanku ada di blog πŸ˜…. Ternyata setelah masuk kelas blogger, aku banyak banget bingung menemui banyak istilah-istilah asing dalam blogging. 

Apakah tahun depan aku akan berpindah kelas? Atau akan menuntaskan rasa ingin tahuku? Kita lihat saja 😁.


Semoga tahun depan KLIP semakin baik lagi, dan semoga aku juga semakin konsisten dalam menulis. Semangat πŸ€—πŸ€—


Merah Itu Aku

Jogja, 11 Desember 2020

Monday, December 7, 2020

Semua Akan Terdrakor Pada Waktunya

Ish... judulnya menggambarkan keadaanku saat ini πŸ˜†πŸ˜†. Gara-gara nonton Start Up, aku jadi nyari-nyari drakor lain yang pas di hati untuk ditonton 🀭. 

Terakhir aku ngikutin drakor adalah jaman Fullhouse. Duh, so old yah 😌. 

Ada 3 drakor masa lalu yang pernah aku ikuti. Selain Fullhouse, ada Coffee Prince dan Princess Hours. Aku nonton pas masih kuliah. Dan yang berperan sebagai supplier adalah Mr. Right πŸ˜†πŸ˜†. Hihi... jadi ya, yang ngeracunin aku ngedrakor pertama kali ternyata Mr. Right. Bukan cuma drakor sih, dorama juga πŸ˜‚.

Lebih gemesnya, setelah dia ngasih aku segepok cd drakor (serta dorama) dan memastikan aku kelar nonton, kami akan mendiskusikan pesan moral yang ada di dalamnya. Ya ampuun... aku berasa pendadaran. Jujurly, aku termasuk penonton yang ga bisa nonton cuma sekali untuk melihat detail drama yang aku tonton. Jadi, aku agak degdegan kalo ga nyambung πŸ˜†.

Terus nih, kenapa coba setelah lama ga ngikutin drakor dan drama-drama begitu, mendadak nonton Start Up? Padahal kalo lihat rating drakor, sebelumnya juga ada banyak drakor yang ratingnya tinggi. Mungkin ini yang dinamakan jodoh, yang datang pada waktu yang tepat. Eaaa...

Haha... sebenernya, pada awalnya aku cuma penasaran gara-gara dengerin siarannya Desta sama Gina di Prambors. Hampir tiap pagi, mereka bahas Start Up. Kayaknya mereka kompak banget pengen mempengaruhi aku buat ikutan nonton. *eh gimana? πŸ˜†

Singkat cerita, aku googling drakor itu dan kemudian tergoda untuk nonton 1 episode. Kemudian godaan itu semakin mendorongku untuk melanjutkan ke episode selanjutnya dan selanjutnya. Dengan rela, aku terjebak dalam maraton drakor selama beberapa hari, demi menuntaskan 14 episode yang sudah rilis kala itu 😌.




Selain pemain-pemainnya yang ganteng dan cantik, tentu saja cerita yang disuguhkan begitu menarik. Aku ga akan mengulas atau memberi spoiler bagi yang belom nonton karena udah banyak yang melakukannya. Aku cuma akan menceritakan bagaimana perasaanku saat terjebak mengikuti drakor pada akhirnya.

Aku benar-benar terhanyut dalam ceritanya. Ada tangis dan juga tawa yang mengiringi, selama aku nonton. Benar-benar mengaduk perasaan. Aku sudah lupa bagaimana rasanya saat aku nonton drakor bertahun-tahun silam πŸ˜„.

Tapi memang setelah aku membaca beberapa artikel yang mengulas Start Up ini, aku setuju kalo cerita yang disajikan benar-benar berbeda. Ada pelajaran tentang bisnis dan pengembangan teknologi di sana. Tentu saja dengan dibumbui cerita roman dan juga komedi. Ah, aku makin susah move on kalo begini caranya.

Alhamdulillah ya, aku mulai nonton saat episodenya kurang 2 lagi. Jadi ga perlu nunggu kelamaan buat menamatkannya πŸ˜„. Tapi emang PR banget sih nonton maraton. Kayaknya penasaran banget kalo ga dilanjutkan. Padahal mata udah sepet dan harus ngerjain yang lainnya. Huhu... aku jadi inget saat maraton jaman kuliah dulu.

Setelah beres nonton 2 episode terakhir, bayang-bayang adegan dalam drakor itu masih sering berkelebat dalam kepala 🀣. Aku beneran susah move on. Salah satu usaha biar bisa move on adalah mencari drakor lain yang perlu ditonton secara maraton. Haha... solusi macam apa itu? 😌

Ternyata, pencarian drakor yang pas di hati tidak mudah juga aku temukan. Dari beberapa referensi yang aku dapat, belum satu pun yang bisa membuatku rela maraton nonton 😁. Uh, pesona Start Up memang warbyasak.

Apakah Start Up menjadi awal bagiku untuk mengikuti drakor yang lain? Kita nantikan saja bagaimana hasil pencarianku dalam menemukan drakor yang pas di hati πŸ’•πŸ’•.


Merah Itu Aku

Jogja, 7 Desember 2020


Sunday, December 6, 2020

Merangkai Kata 2020

Sudah bulan Desember, saatnya melihat apa yang sudah terjadi sepanjang 2020. Tahun ini, tampaknya masih merupakan tahun menulis untukku. Ada banyak hal yang terjadi, banyak hal yang membuatku bahagia, tetapi ada juga yang masih menyisakan kecewa.

Mari kita telusuri πŸ’…πŸ’…


Konsisten menulis di KLIP

Tahun ini adalah tahun keduaku di KLIP. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, badge yang aku peroleh tahun ini tidak lebih baik. Artinya, jumlah tulisan (yang aku setorkan ke form setoran KLIP) sepanjang tahun ini, tidak sebanyak tahun sebelumnya.

Memang tiap bulan berhasil memperoleh badge, tapi jumlah setoran begitu mepet untuk mencapai badge dasar (10 tulisan dalam sebulan) πŸ™ˆ. 

Mungkin hal ini dipengaruhi oleh persyaratan jumlah minimal kata dalam tulisan yang disetorkan (300 kata). Atau bisa jadi karena adanya pilihan minat menulis yang membuatku memaksa menyetorkan tulisan dari blog (walopun kadang tetep setor tulisan di g-drive juga sih 😁).

Aku memilih jurusan blogger. Niatnya supaya aku lebih rajin nulis di blog, menghindari menyembunyikan tulisan di g-drive πŸ˜‚.

Tapi aselik, semua hal baru di KLIP membuatku banyak belajar untuk meningkatkan kemampuan dan konsistensiku dalam menulis.


Buku antologi

Tahun ini, aku bertemu mainan baru, yaitu jadi kontributor buku antologi. Alhamdulillah, sampe bulan Desember ini, aku berhasil menulis di 12 buku antologi yang sudah terbit 😍😍.

Buku antologi pertama terbit di awal Januari. Benar-benar menjadi awal ketertarikanku menulis buku antologi 😁.

Bukan hanya jumlahnya yang patut disyukuri, tetapi juga ilmu dan pengalaman yang begitu banyak aku dapatkan. Sungguh, aku tak pernah menyangka bisa terlibat dalam dunia penulis antologi seperti sekarang.


KMO (Kelas Menulis Online) club

Pada bulan September, aku mengikuti KMO. Di sana, aku mendapat banyak pengalaman. Salah satunya yang paling membekas adalah kegiatan sarapan kata (sarkat) yang memaksaku untuk menulis selama 30 hari berturut-turut. 

Jumlah kata minimal adalah 300. Sama kayak di KLIP, tetapi ga semua tulisan di sarkat, aku setorkan juga di KLIP πŸ˜‚. Entah karena lupa setor di gform, atau karena sudah berniat menulis di blog.

Dipaksa menulis setiap hari, membuatku memutar otak untuk menuangkan ide-ide dalam tulisan. Ada rasa tidak puas dengan alur ceritanya. Banyak plot hole di sana sini. Tapi aku tetap memberi apresiasi terhadap pencapaian yang telah aku raih.

Ternyata jika dipaksa, aku bisa juga menulis setiap hari πŸ˜†.


Mulai kuliah Gemari Madya

Setelah menunggu lebih dari setahun sejak lulus Gemari Pratama, akhirnya Gemari Madya batch kedua dibuka juga. Alhamdulillah, aku bisa keangkut 😁.

Aku merasa berat banget mengikuti kuliah ini karena harus membuka banyak kenangan di awal perkuliahan. Banyak beban jiwa yang aku angkat ke alam sadar supaya bisa aku regulasi. Berat pada awalnya, tetapi memudahkanku untuk melangkah lebih jauh lagi.

Mengobati jiwa yang pernah terluka, memaafkan, dan menerima diri dengan ikhlas. Aku masih harus banyak belajar untuk mengurangi beban yang ada dalam jiwaku.


Menjadi Srikandi Ibu Profesional Yogyakarta New Chapter

Dalam setahun ini, aku sudah dua kali pindah posisi. Di awal New Chapter, aku menjadi Manajer Operasional. Beberapa bulan setelahnya, aku digeser menjadi Manajer Aktivitas.

Jujurly, aku masih sering oleng πŸ˜‚. Tapi aku menikmati segala keriwehan dan privilege nya. Hihi... gimana ga happy coba, sebagai Manajer Aktivitas, aku bisa masuk semua Rumah Belajar di Komunitas IP Yogyakarta. Sedangkan member lainnya hanya boleh memilih maksimal 2 rumbel. Hoho...

Tapi ya konsekuensinya, kadang banyak yang terlewat karena kebanyakan notifikasi grup 🀭. Aku tetep fokus di dua rumbel pilihan untuk diikuti. Rumbel lainnya aku intip-intip untuk nambah pengetahuan 😁.


Covid 19

Hwaaa... ini bener-bener ga pengen aku tulis. Tapi wabah ini bikin kehidupan berubah. Sempat bertahan di rumah saja hampir selama setengah tahun. Sampe urusan belanja bulanan di-handle Me. Right πŸ™ˆ.

Merasakan kekhawatiran yang luar biasa untuk keluar rumah. Sampe akhirnya aku dan Mr. Right sepakat buat kasih tab ke anak-anak biar mereka ga bosen di rumah.

School From Home (SFH) yang bikin anak-anak dan orang tua senewen. Bayangkan saja, anak-anak yang biasa ketemu banyak temen, tiba-tiba harus dikurung di dalam rumah. Ga ketemu temen sekolah dan ga ketemu juga sama tetangga samping rumah. 

SFH masih berlangsung hingga saat ini. Mungkin sudah 8 bulan lebih. Kemaren-kemaren sempet ada kegiatan di sekolah sebentar, sebelum daerah kami 'memerah' kembali.

Entah kondisi seperti ini akan bertahan hingga kapan 😭😭.


Kira-kira itulah sekelumit kejadian di tahun 2020 yang tertangkap oleh ingatan.

Ada banyak hal yang terjadi. Ada bahagia dan ada juga kecewa. Bahagia karena beberapa passion punya kesempatan untuk dilakukan.

Harapan di tahun 2021 adalah semakin konsisten menulis yang berbobot (ga cuma curhat-curhat belakaπŸ˜‚). Aku juga akan berusaha untuk menjalani pola hidup yang lebih sehat. Selain itu, aku ingin menjadi teman yang baik untuk anak-anakku.


Merah Itu Aku

Jogja, 6 Desember 2020



Wednesday, December 2, 2020

PAS dan Komunikasi Produktif

Beberapa hari ini, aku bertugas menjadi pengawas ujian anak-anak di rumah. Jangan ditanya bagaimana rasanya. Meskipun bukan pertama kalinya anak-anak ujian take home selama kurun waktu delapan bulan belajar dari rumah, aku tetep senewen dibuatnya.

Ya, delapan bulan lebih mereka 'dirumahkan'. Entah sampai kapan, belum ada kepastian. Tadinya sempat berharap bahwa awal 2021 bisa kembali sekolah tatap muka. Namun, peningkatan jumlah kasus akhir-akhir ini, sedikit banyak membuatku ragu.

Hari ini, anak-anak baru memasuki hari ketiga Penilaian Akhir Semester (PAS). Tapi drama yang terjadi sudah menguras emosi jiwa dan ragaku πŸ˜†. Terutama drama si sulung.

Berdasarkan hasil diskusi dengan Mr. Right, Kakak Pertama memang sedang dalam masa-masa 'ngeyel' yang kebangetan. Prediksi Mr. Right, hal ini akan terjadi sampe dia SMA. Bhaique... dan aku masih harus menghadapi dua anak laki-laki lagi setelahnya 🀣.

Beberapa hari menjelang PAS, aku sudah menyiapkan diri untuk menghadapi keajaiban anak-anak. Aku fokuskan pada kakak pertama karena untuk kakak kedua, aku sudah bisa sedikit melepasnya.

Aku ajak kakak pertama ngobrol dan mendiskusikan beberapa kesepakatan. Kami juga membahas masalah hak dan kewajiban. Aku berusaha menekan ego dan emosiku ketika berhadapan dengannya. Thanks to komunikasi produktif.

Ada beberapa hal yang aku terapkan dalam membuat kesepakatan bersama kakak:

1. Menjadi pendengar yang baik

Ketika kakak mengungkapkan kegelisahan dan perasaannya, aku menahan diri untuk melontarkan komentar. Aku biarkan kakak berbicara hingga selesai. Berusaha menjadi pendengar yang baik, meskipun aku sangat ingin mengeluarkan kalimat sanggahan πŸ˜„.


2. Gunakan intonasi suara yang lembut.

Jangan terpancing emosi meskipun keinginan untuk menggunakan nada tinggi begitu menggodaku. Hihi... coba saja kamu berhadapan dengannya. Pasti kamu akan tahu bagaimana perasaanku.

Tapi, demi kebaikan semua, aku harus menahan diri. Ternyata memang efektif lho... ketika aku tidak terpancing untuk marah, kakak tidak terlalu ngotot untuk menyampaikan pikirannya.

Kalo kata kakak, selow 😌😌.


3. Posisikan wajah, sejajar dengan lawan bicara.

Ini juga efektif. Ketika berada pada posisi sama tinggi, aku lebih bisa berempati pada emosi yang dirasakan oleh kakak. Hal ini juga bisa membantuku untuk lebih menahan gejolak emosi.

Selain itu, posisi sejajar memudahkanku untuk melakukan kontak mata dengan kakak.


4. Ambil jeda.

Jangan over'reaktif terhadap setiap kata-kata yang keluar dari mulut kakak. Setelah kakak selesai mengungkapkan perasaannya, tarik napas dulu sebelum berbicara. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kakak sudah selesai mengungkapkan perasaanya. Selain itu, memberi waktu kepadaku untuk mengatur emosi yang ingin meledak setiap saat πŸ˜†.


5. Beri sentuhan.

Sesekali, sentuh rambutnya, lengannya, punggungnya... salurkan emosi positif untuk mengurangi gejolak perasaannya. Dengan sentuhan, kita bisa mempersempit jarak tak kasat mata yang terbentuk.


6. Pilih kalimat yang mudah dipahami.

Jangan gunakan kalimat yang panjang dan berbelit. Langsung pada intinya. 


Alhamdulillah, beberapa hari ini, aku berhasil mengendalikan emosiku. Aku tidak terlalu meledak-ledak menghadapi drama kakak. Aku masih harus banyak belajar mengendalikan emosi. Dan praktek dengan kakak memang salah satu tantangan pengendalian emosi yang cukup berat πŸ˜„.

Aku jadi teringat pada materi Jumagi (Jumat Berbagi) di Gemari Madya pekan lalu. Materinya sangat menarik, yaitu menghadapi anak yang mulai beranjak remaja. Salah satu kuncinya adalah menjadi teman bagi sang anak. Setelah mendapat materi langsung dari praktisi, aku jadi termotivasi untuk memperbaiki hubungan dengan kakak.


Merah Itu Aku

Jogja, 2 Desember 2020

Saturday, November 28, 2020

Refleksi Sebelas Tahun

Assalamualaikum πŸ’•πŸ’•

Hai... hai...

Hari ini, sebelas tahun yang lalu, aku resmi menjadi seorang istri... yiey!!! 

Kami ga pernah ngraya-ngrayain wedding anniversary sebenernya. Jadi, ketika aku kepikiran buat pesen cupcake lucu, rasanya agak gimanaaa gitu πŸ˜†. Entahlah ya, tetiba aku pengen aja, mengungkapkan perasaan cinta melalui kueh 🀭.

Ecieee... πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Salah satu cara mengungkapkan perhatian adalah dengan memberi hadiah. Critanya, kueh ini hadiah lah ya buat Mr. Right dan aku?. Meskipun pada kenyataannya, yang hepi tentu saja anak-anak πŸ˜†πŸ˜†.

Gemes banget ga sih 😍😍

Ya ampuunnn... melihat lucunya cupcake ini, rasanya sayang banget buat dimakan. Aku cuma bilang kalo aku suka warna merah. Dan hasilnya bener-bener aku banget. Mana ada mawarnya kan... huhu... terharu banget aku tuuu...

Makasih Farida, kawan SMA kami berdua, juragan kueh Skadifa. Cupcake nya cakep banget dan aku puas banget...nget..nget... 😘😘😘.


Refleksi sebelas tahun

Sebelas tahun, untuk ukuran manusia udah bukan usia 'anak-anak' lagi ya... Udah ga cengeng πŸ˜†.

Menurut Pak Cahyadi dalam buku Wonderful Family, usia pernikahan di atas lima tahun, sudah melewati masa romantis. Memang antara satu pasangan dengan lainnya, memiliki waktu yang berbeda untuk melewatinya. 

Nah, kalo sebelas tahun, pasti udah lewat banget. Aku malah merasa, setelah kelahiran anak pertama, yang mana ketika usia pernikahan kami menjelang satu tahun, kami sudah melewati masa romantis dan masuk ke masa penuh konflik πŸ˜†. 

Duh, bentar banget ya ngrasain jadi pengantin baru πŸ˜‚. Ya..ya.. kami memang terpaksa melewati dengan secepat kilat karena dua bulan setelah menikah, kami menjalani LDM (Long Distance Married). Berat? Ya gitu deh...

Kalo saat ini, mengingat konflik-konflik yang pernah terjadi, aku sudah bisa menertawakannya. Haha... padahal, saat mengalaminya, aku bisa nangis-nangis saking ga tahannya.

Ya, semua pasangan pasti punya konflik berbeda dengan cara penyelesaian yang berbeda pula. Alhamdulillah, masa-masa penuh konflik bisa kami lalui meskipun penuh air mata (buatku).

Sebelas tahun, sudah banyak sekali kejadian yang membuat kami lebih dewasa bersikap. Kami seperti bertransformasi menjadi sosok baru yang lebih baik. Kami saling berusaha untuk mempersempit jarak yang ada. Ya, menikah adalah menyatukan dua pribadi yang berbeda. Bertahun-tahun kami berusaha untuk saling memahami dan mempersempit perbedaan itu. 

Perbedaan pasti ada. Hingga saat ini, kami pun masih terus belajar untuk saling memahami. Cuma setelah sebelas tahun bersama, rasa kesel ketika ada perbedaan yang muncul, bisa kami hadapi dengan lebih santai.

Mungkin masa-masa romantis di awal menikah sudah tidak kami rasakan lagi. Mungkin perhatian-perhatian yang awalnya hanya untuk kami berdua, sudah harus terbagi dengan anak-anak. Tapi kami yakin, bahwa cinta kami sudah semakin dewasa. Selain sebagai sepasang kekasih, kami adalah sahabat yang saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Sebagai sahabat, kami sudah sampai pada tahap begitu nyaman untuk berbagi apa pun. Semoga kami akan selamanya saling memberi kenyamanan.

Hai, Mr Right...

Hari ini sebelas tahun yang lalu, kita mengikat janji yang disaksikan oleh seluruh penghuni langit.

Terima kasih atas sebelas tahun yang penuh warna.

Terima kasih sudah menerima dan memahami segala yang ada pada diriku.

Terima kasih sudah membuatku begitu nyaman.

Terima kasih sudah melindungiku selama ini.

Terima kasih, suamiku, ayah dari anak-anakku.

I love you more and more...


Merah Itu Aku

Jogja, 28 November 2020




Friday, November 27, 2020

Review Buku Kupilih Jalan Terindah Hidupku



Assalamualaikum πŸ’•

Entahlah kenapa kalo mau nge-review buku jatuhnya pake nginep-nginep di draft 🀣🀣. Padahal begitu bukunya nyampe rumah langsung aja dibacaπŸ˜†. Ataukah harus dibuat challenge menulis review buku di tahun 2021? Haha... kita nantikan saja 😁.

Buku ini udah lama banget pengen aku baca. Penulisnya Mba Ernawati Nandhifa. Aku kenal Mba Erna karena kami bareng di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP). Secara diam-diam, aku sering baca setoran tulisannya 😁. Aku pun menjadi salah satu followers di akun instagramnya.

Awalnya, buku Kupilih Jalan Terindah Hidupku ini, aku pikir merupakan buku non-fiksi yang menceritakan perjalanan hidup Mba Erna. Makanya aku maju mundur mau beli, sejak terjadinya niat yang sudah lama, hingga eksekusi 😁. Aku anaknya suka yang fiksi-fiksi sebenernya 🀭.

Tersebutlah, di suatu hari, aku lihat postingan Mba Erna di ig yang memajang foto buku yang udah lama aku pengen baca itu. Langsung aku kirim pesan ke Mba Erna untuk menanyakan cara mendapatkan buku tersebut.

Tak perlu menunggu lama, buku tersebut sampai di tanganku. Waktu aku baca blurb di sampul belakang, aku terbelalak karena ternyata ini buku fiksi. Ya ampuuun.... tau gini kan aku ga perlu maju mundur untuk beli. Pasti aku ga akan pikir-pikir lagi buat memilikinya 😍😍.

Seperti cerita-cerita khas Mba Erna, buku ini menceritakan kehidupan suami istri millenial, dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas.

Buku ini menceritakan tentang Mia yang memutuskan untuk resign dari pekerjaannya karena lebih memilih untuk mengurus anak-anaknya di rumah.

Baru baca awalnya, sudah sanggup menarikku lebih dalam untuk membaca. Aku seperti bertemu diriku di masa lalu. Ketika resign, aku juga sedang 'lucu-lucunya' menancapkan cangkul untuk mendaki karier. Jetlag yang dialami Mia, mirip-mirip denganku. Bingung menghadapi anak-anak sendirian. Stress karena harus bersama anak kecil tanpa ada orang dewasa yang membantu.

Suami Mia yang seharusnya bisa membantu Mia, paling tidak bisa mengurangi rasa rindu bertemu orang dewasa lain, justru tidak bisa didapatkan. Karakter suami Mia, bener-bener membuatku emosi.

Salah satu adegan yang paling bikin aku pengen nguleg suami Mia adalah ketika dia pulang kerja dan mendapati rumah dalam keadaan berantakan, dia langsung marah-marah ke Mia. Memang sih aku juga kesel sama temen kantor suaminya yang ikut mempengaruhi pikirannya. Tapi ya, tapi... masa iya sih nuduh istrinya begitu aja. Mbok ya ditanya baik-baik dulu baru menilai. Iya ga sih?

Coba buibu, mana suaranya?

Bagaimana rasanya ketika kita sudah susah payah beresin rumah, eh, pas waktunya suami pulang, mendadak rumah menjadi seperti baru kena tornado?

Kan kesel ya... ditambah lagi, dengan suami yang maunya ketika dia pulang, rumah rapi, anak-anak wangi dan cakep-cakep, makanan tersedia di meja makan. Haha... itu tidak akan terjadi ketika ada anak-anak kecil di rumah, Pak.

Intinya adalah komunikasi. Jika komunikasi antara suami istri lancar, insya Allah hal-hal semacam itu tidak akan terjadi. Suami mengetahui kondisi istrinya, dan istri mengetahui keinginan suaminya.

Di dalam buku ini, aku bisa menemukan beberapa tips dalam mengurus rumah. Dan aku merasa ada temennya 😁.

Tips yang dibagikan di buku ini, beberapa sudah aku terapkan. Seperti cara menjemur baju, menyetrika, dan mencuci piring.

Tadinya, aku merasa bahwa apa yang aku lakukan itu ribet bagi orang lain. Aku paling ga bisa kalo jemur baju berantakan. Aku terbiasa mengelompokkan jemuran sesuai dengan jenis dan ukuran. Misal baju, ya aku sebelahin sama baju. Kaos dalem, aku jemur sebelahan sama kaos dalem. Pun ketika menyetrika. Aku akan mengelompokkan pakaian sebelum mulai menyetrika.

Melalui buku ini, aku jadi tau bahwa apa yang aku lakukan bukan sesuatu yang aneh. Bukan karena aku mengidap suatu kelainan. 

Mungkin, kadang memang aku agak keterlaluan ya dalam mengelompokkan pakaian-pakaian itu. Selain besar kecil, aku juga punya kecenderungan untuk mengelompokkannya berdasarkan warna. Kalo ada warna yang ga sesuai, aku sering kesel sendiri πŸ˜†πŸ˜†.

Kehidupan yang Mia alami di dalam buku ini memang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Setiap orang pasti punya medan perang masing-masing. Sebagai ibu pekerja atau ibu yang selalu mendampingi anak-anak di rumah, semuanya ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya.

Kadang, keriwehan justru datang dari luar. Iya, ketika kita sudah tenang di dalam, tak jarang ada keriwehan dari luar yang mengganggu perjalanan kita mendampingi keluarga.

Untuk kalimat-kalimat yang digunakan dalam buku ini, sangat mengalir dan mudah dipahami. Namun, ada satu kejadian yang sepertinya terlewat, pada halaman 103. Saat itu, Mia sedang telepon mamanya. Tiba-tiba ada kalimat yang menggambarkan kontak fisik Mia dan mamanya yaitu 'Mama mengelus pundak Mia'.

Semoga untuk cetakan berikutnya, bisa diperbaiki πŸ˜‰.

Dari keseluruhan, aku suka cerita di buku ini. Dengan cerita dan bahasa yang ringan, Mba Erna berhasil memasukkan nilai-nilai perjuangan perempuan, kasah sayang ibu dan anak, nenek dan cucu, serta pentingnya komunikasi suami dan istri.

Bagi teman-teman yang galau, baik karena mau resign atau baru resign, buku ini pas banget untuk dibaca. Dari sini, teman-teman bisa sedikit banyak membayangkan situasi seperti apa yang kira-kira akan dihadapi setelah resign.

Tetap semangat semuanya... pilihan ada di tangan kita dan kita harus siap menghadapi segala resiko yang ada.


Judul Buku      : Kupilih Jalan Terindah Hidupku

Penulis Buku   : Ernawati Nandhifa

Penerbit       : Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai

Cetakan          : I, November 2018

Ketebalan       : 212

ISBN                 : 978-602-6328-75-5


Merah Itu Aku

Jogja, 27 November 2020

Thursday, November 26, 2020

Petualangan Wahana Banana Boat



Assalamualaikum πŸ’•πŸ’•
Haiiii... akhir-akhir ini, hujan seringkali turun. Udara terasa dingin banget. Selain masalah cucian, aku pun mulai merasakan tidak enak pada tubuhku. Semoga semua tetap sehat ya...

Meskipun sudah memasuki musim penghujan, wahana-wahana di Transcity Harmoni tetap buka dan menyajikan petualangan-petualangan seru bagi pengunjungnya.

Hari Selasa kemarin, kami diajak jalan-jalan ke wahana Banana Boat. Di wahana tersebut, kami ditemani oleh Biyung Ratna Palupi sebagai tourguide. Biyung, I miss you...

Biyung mengajak kami untuk mengingat kembali CoC Ibu Profesional yang pernah didapatkan sebelumnya. Ya, CoC atau Code of Conduct Ibu Profesional memang selalu diberikan pada awal jenjang perkuliahan. Bahkan, ketika awal masuk keranjang komunitas, CoC ini juga diberikan. Kalau begitu, pastilah CoC ini sesuatu yang penting untuk selalu kita pegang dan jalankan.

CoC Ibu Profesional sejatinya dibuat untuk memuliakan semua member. Hal itu untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman yang kadang terjadi dalam suatu komunitas. 

Setelah menikmati persembahan di Wahana Banana Boat, kami bertemu dengan misi kedua. Waaa.. apaan tuuuh? 

Jeng...jeng...jeng... ini misi kedua di wahana Banana Boat.




Adakah peran lain yang ingin dan/atau sedang kamu mainkan?
Untuk saat ini, aku memilih untuk mengambil peran sebagai mahasiswa saja.
Rasanya memang ingin mengambil peran lainnya. Hanya saja, saat ini aku sedang mendapat amanah di keranjang komunitas sebagai Manajer Aktivitas Regional. Aku khawatir jika terlalu banyak peran yang aku mainkan, membuatku tidak fokus dan justru malah mengabaikan kewajiban utamaku dalam mengurus keluarga.


Bagaimana saat kamu menjalankan peran tersebut?
Saat aku menjadi mahasiswa Bunda Cekatan nantinya, aku akan berusaha bersungguh-sungguh mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Aku akan melakukannya karena merasa bahwa aku membutuhkan ilmu itu untuk kehidupan yang aku jalani saat ini. 
Tentu semua itu harus dilakukan dengan penuh kesadaran karena mengikuti perkuliahan Bunda Cekatan merupakan pilihan yang aku buat sendiri.

Aktivitas apa yang sedang/akan kamu lakukan untuk memegang prinsip CoC dan adab berkomunitas?
Aktif dalam mengikuti perkuliahan. Berusaha datang sebelum perkuliahan dimulai. Menjadi ember kosong yang siap menerima ilmu yang diberikan.

Bagaimana jika kamu menemukan teman komunitas yang tidak memegang prinsip dan adab berkomunitas?
Aku akan mengajaknya berbicara secara pribadi, untuk mengingatkan tentang CoC dan adab berkomunitas kepada yang bersangkutan.

Alhamdulillah sudah masuk misi kedua. Semoga aku diberi kelancaran dalam mengikuti kegiatan pra-BunCek πŸ’ͺπŸ’ͺ. Aamiin...



Merah Itu Aku
Jogja, 26 November 2020

Wednesday, November 25, 2020

Tips Membersihkan Cermin Kamar Mandi

Haiii... Assalamualaikum πŸ’•

Udah lama banget pengen bagi tips-tips bebersihan begini. Cuma kok yang biasanya aku lakukan receh banget ya 🀭.

Nah, kebetulan banget, weekend kemaren, aku berhasil membersihkan cermin kamar mandi dengan sukses. Enggak sukses-sukses banget sih, karena masih ada sisa-sisa cipratan air yang belum menghilang dengan tuntas. Tapi, sejauh ini, aku merasa cukup puas.

Menyesal banget, aku enggak foto before dibersihkan. Karena awalnya, aku ga terlalu berharap akan berhasil. 

Jadi, perjalananku membersihkan cermin kamar mandi sudah berjalan cukup lama. Segala daya upaya sudah aku coba untuk menghilangkan bekas cipratan air yang makin lama makin menutup area cermin dan membuatnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ya, separah itu sampe cerminnya buram banget dan ga bisa buat ngaca.

Hihi... idealnya, setiap hari cermin itu kita keringkan supaya tidak ada jejak-jejak cipratan air yang membekas dan semakin membandel. Tapi ya karena eh karena... jadinya emang jadi separah itu kondisi cermin kamar mandiku.

Beberapa cara yang aku dapatkan dari hasil browsing, sudah aku coba. Misalnya menggunakan pasta gigi, menggunakan baking soda, dan terakhir aku mencoba menggunakan face toner. Rasanya ingin aku ganti saja cermin di kamar mandi itu saking putus asanya 🀣.

Bagi manteman yang mengalami masalah serupa denganku, jangan khawatir, bimbang, atau pun galau. Ada kabar gembira bagi kita semua. Untuk membersihkan cermin dari sisa-sisa cipratan air yang menempel secara membandel, kita hanya membutuhkan sedikit bahan dan usaha. Tenang saja, bahan-bahan yang dibutuhkan pun ada di sekitar kita.

Sesungguhnya, formula ini digunakan untuk membersihkan aquarium yang kusam menjadi baru kembali. Karena sesama perkacaan, aku pun mencoba untuk membersihkan cermin.

Langsung saja ya aku bagikan tips membersihkan cermin dari sisa-sisa cipratan air.

Teman-teman siapkan bahan-bahan sebagai berikut:



1. Asam sitrat (sitrun).

2. Sabun cuci piring.

3. Deterjen bubuk.

4. Kawat pencuci piring.

Catatan: takaran suka-suka πŸ˜„


Yang selanjutnya teman-teman lakukan adalah::

1. Campur sitrun dengan air. Balurkan pada permukaan cermin. Diamkan selama 3-5 menit.

2. Campurkan deterjen bubuk dan sabun cuci piring. Aduk rata. Balurkan pada permukaan cermin. Diamkan selama 10 menit.

3. Gosok permukaan cermin menggunakan kawat pencuci piring secara merata. 

4. Bilas dengan air.

5. Jika masih kurang bersih, ulangi lagi mulai dari langkah pertama.

Cermin kembali kinclong


Alhamdulillah, kombinasi ketiga bahan itu sukses membuat cermin di kamar mandi dapat kembali menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Ohiya, tips tambahan ya, untuk kawat pencuci piring, jangan diganti pake spons biasa. Karena ternyata kawat pencuci piring ini sangat ampuh membantu mengangkat sisa-sisa kerak yang membandel πŸ˜„.

Sebelumnya aku pake spons biasa, ternyata cerminnya masih buram aja.

Tips selanjutnya adalah, jaga cermin di kamar mandi untuk senantiasa kering. Rajin-rajinlah mengeringkan cermin setelah selesai menggunakan kamar mandi (ini tips juga buat diri sendiri 😁).

Semoga tips ini bermanfaat ya... bagi temen-temen yang menghadapi masalah yang serupa denganku, bisa mencoba tips ini.

Selamat bersih-bersih πŸ’•πŸ’•πŸ’•


Merah Itu Aku

Jogja, 25 November 2020


Monday, November 23, 2020

Mencintai Diri



Dih, judulnya gitu amat, sih?

Mungkin begitulah yang terlintas di pikiran, ketika pertama kali membacanya. Oke.. oke.. sebenernya, akulah yang sempat berpikir demikian πŸ˜‚.

Pertama kali aku berkenalan dengan mencintai diri sendiri, rasanya geli-geli gimanaaa... gitu. Semacam kurang kasih sayang dari orang lain, sampai harus mencintai diri sendiri. Menyedihkan sekali.

Please STOP! Jauhkan pikiran nyinyir itu dari dirimu, Laksmini πŸ§•.

Setelah mengikuti kelas Self Healing, aku baru mendapat pencerahan tentang mencintai diri sendiri.

Dari cerita beberapa teman yang sudah lebih dulu belajar tentang self healing, mencintai diri sendiri adalah salah satu cara untuk bisa mencintai orang lain. Jika kita sudah bisa mencintai diri sendiri, maka kita akan lebih mudah mencintai orang-orang di sekitar kita.

Akhir-akhir ini, aku sering sekali bersinggungan dengan materi self healing. Mungkin sekitar setahun belakangan ini. Aku merasa mendapat colekan mesra untuk melihat ke dalam diri sendiri. Sudahkan aku mencintai diri? Menerima diri?

Bulan lalu, materi self healing lebih santer lagi. Ternyata tanggal 10 Oktober merupakan hari kesehatan mental dunia. Beberapa kuliah dan event online bertemakan kesehatan mental pun banyak digelar.

Dua pekan yang lalu, aku mengikuti Jumagi via Zoom yang diselenggarakan oleh Gemar Rapi. Temanya adalah mengenal diri untuk dapat mencintai diri. Pas banget kan... Jumagi ini disampaiakan oleh Mba Diwien Hartono, seorang Holistic Healing Practitione.

Oh iya, seperti yang pernah aku ceritakan sebelumnya, Gemar Rapi Madya yang sedang aku ikuti, saat ini sedang mempelajari dan mempraktekkan ilmu menata jiwa. Jadi, yang kami lakukan adalah bagaimana cara menata jiwa. 

Mencintai diri ini, bisa aku bilang sebagai salah satu jalan untuk menata jiwa. Mencintai diri adalah mengenal diri kita sendiri dengan baik, kemudian menerima dengan ikhlas penuh kesadaran, segala kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri kita.

Mengenal diri tidak hanya dari kulitnya saja. Misal siapa nama kita, tinggal di mana, apa pekerjaannya. Akan tetapi, kita juga harus melihat ke dalam diri kita juga. 


Manusia terbentuk atas tiga hal, yaitu:

1. Diri sejati/ruh (sudah ada sebelum tubuh manusia terbentuk, dirawat oleh Tuhan)

2. Batin (pikiran dan perasaan).

3. Energi (dan tubuh)


Untuk mendapatkan sehat secara holistik, kita harus merawat diri secara menyeluruh. 


Saat itu, Mbak Diwien juga menyampaikan tentang teori sebab akibat penyakit:

1. Faktor primer. Berkaitan dengan batin.

2. Faktor sekunder. Berkaitan dengan diet, gaya hidup, alam, dan eksternal.


Dari penjelasannya, batin merupakan faktor penyebab yang sering menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, jika kita sakit, coba lihat dulu ke dalam diri. Apa yang sedang kita pikirkan? Karena pengobatan secara fisik hanya akan mengobati gejalanya saja, jika penyebab sebenarnya berasal dari batin.

Beberapa orang mengalami peningkatan produksi asam lambung hingga mengalami GERD (Gastroesophageal Reflux Diseases) ketika sedang stres. Jika pengobatan hanya pada GERD saja, besar kemungkinan GERD itu akan kembali menyerang tak berapa lama berselang.

Untuk itu, selesaikan urusan batin dulu. Jika sudah selesai urusan batin, barulah obati gejala yang tampak.

Ada quote menarik dari Jumagi bersama Mbak Diwien saat itu:

Jadilah lentera yang menghangatkan dan menerangi diri sendiri dan orang sekitarnya. -Anonymous-

Maksudnya adalah, jangan mengorbankan diri sendiri untuk membahagiakan orang lain.


Merah Itu Aku

Jogja, 23 November 2020

 

 





Tuesday, November 17, 2020

Menghijaukan Halaman Rumah


Sekitar sebulan yang lalu, aku mendapat challenge dari seorang sahabat di Facebook. Bunyinya begini :

Tantangan buat posting tanaman πŸ˜†

Berhubung aku ga punya banyak tanaman dan ga begitu aktif di dunia per-facebook-an, akhirnya aku tidak langsung menerima tantangan tersebut πŸ˜†.

Beberapa hari setelahnya, aku dapet challenge serupa dari Mbak Luki di instagram. Aku pun belum tergerak untuk mengikuti challenge yang diberikan. Selain karena ga pede dengan tanaman yang aku miliki, aku juga masih mengikuti sarkat* saat itu. Jadi, feed intagram udah aku atur buat setoran sarkat dulu 🀭.

*sarkat (sarapan kata): tugas mengunggah cerita bersambung selama 30 hari, di antara pukul 7-10 pagi, di aplikasi menulis KBM app, dan selanjutnya harus di-posting di feed instagram. Sarkat ini merupakan salah satu syarat kelulusan Kelas Menulis Online (KMO). 

Tak lama berselang, aku dapet challenge yang sama dari Mbak Army, melalui instagram. Akhirnya, aku memutuskan untuk menerima challenge dari ketiganya sekaligus πŸ˜„. Alasannya, karena tugas sarkat sudah selesai dan aku khawatir dapet challenge serupa lagi. Dih geer 🀣🀣. Sebenernya, sebagai banci challenge, aku paling ga tahan kalo ga menerima challenge dari orang lain πŸ˜†.

Jadilah aku mulai mengikuti challenge di hari pertama dengan mengunggah foto tanaman soka. Setelah aku hitung, tenyata jumlah tanaman yang aku miliki cuma sembilan πŸ˜„. Sementara itu, tantangan ini berlangsung selama sepuluh hari, dengan sepuluh tanaman. Sungguh aku begitu total mengikuti tantangan ini 🀣. Tapi ga apa-apa kan? Ini juga demi menghijaukan halaman rumah 🀭.

Hari-hari setelahnya, aku selalu menantikan tukang tanaman lewat depan rumah. Seperti yang sudah-sudah, ketika kita tunggu, dia tidak datang πŸ˜„. Aku pun gemas dan mulai browsing untuk mencari penjual tanaman yang ada di dekat rumah. Sepertinya, dunia sedang berpihak kepadaku. Jari jemariku menuntunku pada akun penjual kaktus yang hanya berjarak kurang dari 5 menit perjalanan dari rumah 😍😍.

Sehari sebelum challenge berakhir, aku mendatangi tetanggaku yang jualan kaktus. Di sana, aku nyaris kalap belanja. Alhamdulillah kemaren naik motor, jadinya agak memperhitungkan kemampuan mengangkut tanaman 🀭. Hari itu, aku membawa pulang tiga pot tanaman dari Tuskaktus (nama tokonya).

Salah satu tanaman yang aku bawa pulang

Sepulang dari belanja di Tuskaktus, penjual tanaman yang aku nantikan sejak seminggu yang lalu, datang juga lewat depan rumahku 🀣🀣. Kesel banget kan yaaa... 😌

Apakah aku membiarkannya lewat begitu saja? Tentu tidak, Mantili... aku langsung mencegatnya dan berbelanja tanaman lagi, sebanyak tiga pot πŸ˜„πŸ˜„. 

Semua tanaman yang aku beli, insya Allah mempunyai kemampuan bertahan hidup yang cukup tinggi. Berdasarkan penjelasan penjualnya ya.. dan aku percaya πŸ˜‚. Tapi, kalo diliat dari bentuknya memang tampak kuat dan mudah perawatannya sih. Semoga mereka tetap survive setelah berada di dalam dekapanku 😘😘.

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah memberikan challenge ini kepadaku. Terima kasih juga kepada siapa pun yang pertama kali memiliki ide untuk membuat challenge ini. Semoga kesukaanku pada tanaman tidak hanya saat ada challenge saja. Doakan agar aku bisa lebih menghijaukan pekarangan rumah yang cuma seuprit ini 😁.


Happy planting

Happy gardening

Happy greening (oposeh? πŸ˜‚)


Merah Itu Aku

Jogja, 17 November 2020

Friday, November 13, 2020

Wahana Perahu Kano

Assalamualaikum,

Hai..hai...

Beberapa saat yang lalu, kami diundang menjadi wisatawan di Transcity Harmony. Tiket masuknya adalah penjurusan yang kami lakukan di bulan Agustus.

Apa sih Transcity itu?

Jadi, seperti yang bisa kita tebak dari namanya, Transcity adalah tempat singgah atau transit (duh, eijk maksa banget ga sih? πŸ˜„). Wisatawan yang transit di Trancity Harmoni adalah mahasiswi institut Ibu Profesional yang sedang cuti kuliah atau sedang menunggu perkuliahan selanjutnya.

Kalau aku, menjadi wisatawan di Transcity karena sedang menunggu perkuliahan Bunda Cekatan. Aku dan teman-teman yang sedang menunggu kuliah Bunda Cekatan dijamu di Hotel Asyik. 

Tiket masuk Hotel Asyik

Ada tiga hotel lain, yaitu Hotel Bahagia (untuk mahasiswi yang menanti Matrikulasi), Hotel Mentari (untuk mahasiswi yang sedang menanti kuliah Bunda Sayang), dan Hotel Cemerlang (untuk mahasiswi yang sedang menanti kuliah Bunda Produktif).

Beberapa malam yang lalu, ada Wahana Perahu Kano di Balai Kota. Kami semua, para wisatawan di Transcity, diberi tiket gratis untuk masuk ke sana 😍.



Sepertinya, masa menunggu perkuliahan akan sangat seru. Ada banyak keseruan yang ditawarkan. Selain fasilitas hotel yang menyenangkan, kami juga dimanjakan dengan berbagai makanan enak dan pemandangan yang menarik.

Saat ini, kami diajak untuk menyusuri pantai menggunakan perahu kano, menuju perkuliahan Bunda Cekatan. Aku bertanya-tanya kepada diri sendiri, alasan apa yang mendorongku berkeinginan untuk mengikuti perkuliahan Bunda Cekatan.

Setelah lulus dari Bunda Sayang, aku memilih untuk beristirahat dengan mengambil keranjang komunitas saja, tanpa memilih institut. Kala itu, aku memang ingin fokus ke satu keranjang saja. Qodarullah, pembukaan kuliah Bunda Cekatan batch ke-2 belum dilakukan pada setengah tahun lalu. 

Ketika ada penjurusan lagi, aku memantapkan diri untuk memilih keranjang institut dengan tetap mengikuti kegiatan komunitas. Berdasarkan informasi dari seorang teman, perkuliahan Bunda Cekatan batch ke-2 akan dibuka tahun depan. Aku seperti mendapat petunjuk agar tidak berlama-lama beristirahat. 

Alasan terkuat kenapa aku memilih untuk melanjutkan kuliah di Bunda Cekatan karena aku ingin memantaskan diri sebagai perempuan. Kalau dari namanya, mungkin kami akan mendapatkan ilmu bagaimana menjadi Bunda yang cekatan. 

Cekatan dalam hal apa? Belum tau 😁. Kalau tebakan aku, setelah di Bunda Sayang, kami belajar tentang menghandle keluarga, maka di Bunda Cekatan, kami akan belajar mengenali potensi diri, untuk persiapan mengambil peran di luar rumah, tanpa mengabaikan peran sebagai ibu dan istri di rumah.

Nothing to lose sih sebenernya. Maksudnya, kalaupun bukan itu yang akan aku pelajari di Bunda Cekatan, aku tetap akan belajar sampai akhir. Karena aku yakin, setiap ilmu pasti ada manfaatnya. 


Merah Itu Aku

Jogja, 13 November 2020



Tuesday, November 10, 2020

Tempat Tissue Kering dan Basah




Hai...

Assalamualaikum,

Siapa yang udah kangen dengan tutorial DIY? 😁😁

Setelah mengumpulkan niat dan semangat yang sempat tercecer dan terserak, akhirnya aku bikin tutorial juga. 

Kali ini aku mau kasih tutorial pembuatan tempat tisu kering dan basah. Dulu... dulu banget, aku udah pernah bikin yang serupa. Kali ini, aku bikin yang new version dengan kain kanvas dan beberapa perbaikan biar lebih kece dan mantep 😌. 

Baiklah... mari kita mulai saja sebelum aku semakin memuji-muji diri sendiri, eh, maksudnya memuji-muji tempat tisu buatanku πŸ˜†.

Semoga mudah dipahami dan bermanfaat ya πŸ₯°πŸ₯°

Oh iya, mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa ga bikin 3 in 1 (dengan tambahan tempat handsanitizer) kayak yang lagi hits itu? Jawabannya adalah engga pengen aja sih πŸ˜‚. Kalo kalian mau nambahin kantong buat botol handsanitizer, silakan 😁.

Oke... berikut adalah langkah-langkah pembuatan tempat tisu 2 in 1.


Langkah 1.

Mari kita ucapkan niat supaya diberi kelancaran dalam membuat tempat tisu ini.


Langkah 2.

Siapkan alat dan bahan.


1. Kain kanvas ukuran 22 cm x 45 cm

2. Kain blacu ukuran 22 cm x 10 cm

3. Kain blacu ukuran 22 cm x 8 cm

4. Kancing

5. Karet

6. Tutup tisu basah

7. Lem tembak

8. Gunting dan alat jahit 


Langkah 3.

Lubangi kain kanvas (lihat gambar). Ukuran yang disesuaikan dengan tutup tisu basah. Kemudian jahit keliling lubang supaya rapi


Langkah 4.

Jahit bagian tepi kain kanvas dekat lubang yang telah dijahit pada langkah 3.



Langkah 5.

Satukan kain blacu, beri lubang di tengah.



Langkah 6.

Lipat kain kanvas yang berlubang ke arah tengah. Sisi baik berada di dalam. Jahit bagian kanan dan kiri hingga membentuk kantong.



Langkah 7.

Satukan kain blacu dengan kain kanvas. Sisi baik berada di dalam. Sisipkan karet di bagian tengah.

Jahit kanan dan kiri hingga membentuk kantong.


Langkah 8.

Balik kain hingga sisi baik berada di luar.



Langkah 9.

Jahit kancing kemudian tempelkan tutup tisu basah menggunakan lem tembak. 

Supaya lebih cantik, tempelkan kain kanvas pada tutup tisu basah.






Langkah 10.

Masukkan tisu kering dan tisu basah. Tempat tisu 2 in 1 siap diajak jalan-jalan 😁


Alasan kenapa aku pake kombinasi kain blacu adalah karena aku terkendala untuk mengepaskan motif di bagian dalam. Kalo motifnya aman, bisa menggunakan kain kanvas dengan motif yang sama.


Silakan bertanya jika ada langkah yang belum jelas.

Happy crafting πŸ’•


Merah Itu Aku

Jogja, 10 November 2020



Thursday, November 5, 2020

Habit Tracker

Hai ... hai ...

Assalamualaikum,

Sejak bulan Oktober, aku mulai kelas Gemari Madya #2. Kelas yang udah aku tunggu pembukaannya sejak setaun yang lalu. Eh, malah lebih ya ....

Materi pertama dari Gemari Madya adalah menata jiwa. Pas banget nih ya buat mengurangi berbagai clutter jiwa yang mengganggu.

Banyak hal baru yang aku dapat dari kelas menata jiwa. Pada awal kelas, aku diperkenalkan dengan Brain Dumping. Sebenernya banyak istilah yang dipake untuk menamai kegiatan itu.

Brain dumping adalah suatu cara menuliskan semua yang kita rasakan, kita alami, dan kita rencanakan. Tuliskan semuanya. Setelah itu, kita kelompokkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Hal ini penting untuk mengenali apa yang ada dalam pikiran dan perasaan kita.

Brain dumping, bisa dilakukan secara berkala untuk membawa beban jiwa ke level sadar, agar dapat kita regulasi dan tidak menjadikan kita overwhelmed. Aku langsung memasukkan brain dumping ke dalam salah satu agenda rutinku 😁.

Salah satu tugas di kelas Gemari Madya adalah membuat habit tracker. Satu habit saja untuk dilakukan selama empat belas hari. Setelah itu, boleh ditambahkan habit baru, dengan tetap meneruskan habit sebelumnya.

Mengenai habit trakcer, sebenernya aku sudah lama melakukannya. Sebelumnya, aku menuliskan habit tracker dengan banyak habit langsung. Yang terjadi, kadang aku jadi kurang fokus melakukan karena saking banyaknya habit yang mesti aku tracking. Akhirnya banyak yang bolong πŸ˜†

Bersama kelas Gemari Madya, aku mulai dari awal, dengan mentracker satu habit saja. Memang yang aku rasakan jadi lebih fokus dalam melakukannya. Semoga istiqomah.

Habit tracker bulan Oktober 2020


Habit pertama yang aku lakukan adalah membaca buku minimal sepuluh halaman sehari. Buku non-fiksi ya, Gengs. Soalnya aku masih mengalami kesulitan dalam membaca buku bergenre ini.

Dan ternyata, sejak bulan Oktober, KLIP bikin reading tracker lho. Kan aku jadi semakin semangat baca😁. Kalo reading tracker KLIP, membaca selama 15 menit. Hwaaa... berita baiknya, aku bisa baca lebih dari sepuluh halaman tiap hari 😍😍.

Setelah habit pertama dilakukan selama 14 hari, aku menambah satu habit baru, yaitu workout minimal 10 menit tiap hari. Walaupun pada kenyataannya, bisa lebih dari 10 menit πŸ˜‚. 

Habit tracker bulan November 2020

Selain menuliskan habit, aku juga menuliskan perasaan dan kondisi tubuh. Dengan mengisi tracker ini, aku semakin mengenal emosi yang berkecamuk di dalam jiwa. Tsah πŸ˜†.

Setiap hari, ada form yang harus diisi untuk menyetorkan habit. Hihi... kalo udah begini, tingkat kerajinanku akan meningkat berkali-kali lipat 🀣🀣. Padahal dulu pernah bikin mood tracker tapi banyak bolongnya karena ga harus laporan 🀭.

Untuk template habit tracker ini, sebenernya sudah disediakan oleh tim Gemari Madya. Tapi mereka membebaskan kami untuk menuliskan dengan cara yang paling kami suka. Aku pun memilih membuat sendiri 😁.

Semoga aku semakin rajin, semangat, dan istiqomah dalam melakukan habit-habit baik πŸ’•πŸ’•.



Merah Itu Aku

Jogja, 5 November 2020



Wednesday, November 4, 2020

Berkunjung ke Desa Wisata Nglinggo



Hari Kamis kemaren, kami mengunjungi Desa Wisata Nglinggo di Kulon Progo. Acara sebenernya adalah nemenin Mr. Right ngliat lokasi yang mau dibikin jalan. Ya udahlah, daripada anak-anak nge-game dan nonton tivi melulu di rumah, akhirnya kami ikutan.

Karena hari libur, jadi kami ga ngrasa bersalah juga ngintilin sesebapak kerja 🀣. Eh, tapi kan emang diajak ya 😁.

Kami berangkat dari rumah sekitar jam 9 pagi. Ga menyengajakan buat mruput juga. Pokoknya santuy banget lah.

Perjalanan ke Desa Wisata Nglinggo dari rumah, tidak sampai 1 jam. Jalanan menuju ke sana lumayan bikin degdegan karena menanjak dan berliku. 

Kami semua baru pernah berwisata setelah pandemi. Lumayan khawatir juga karena libur panjang, lokasi wisata bakalan ramai. Alhamdulillah, lokasi wisata ga begitu ramai. 

Kami menuju ke kebun teh yang lumayan luas. Dari tempat parkir, kami berjalan kaki dengan jalan yang menanjak. Semakin merasa sudah berumur dan kurang olah raga karena napas jadi ngos-ngosan.

Kami sempet foto-foto sebentar di kebun teh. Sekalian mengatur napas dan mempersiapkan diri manjat lagi ke gardu pandang.

Foto di kebun teh tingkat pertama

Selanjutnya, kami meneruskan perjalanan menuju gardu pandang. Nampaknya desa wisata ini baru dibuka karena jalan menuju gardu pandang masih dalam pembangunan. 

Sebelum naik, kami mampir ke area kemping. Kurang tau juga sih, lokasi ini beneran untuk kemping atau properti foto aja. 

Camping area

Di area kemping ini, ada beberapa ayunan dan spot foto. Sebenernya ada tempat api unggun di tengah hamparan batu putih pada foto di atas. Tapi ternyata ga kefoto πŸ™ˆ.

Salah satu ayunan di camping area 


Salah satu spot foto di camping area


Awalnya aku ragu buat manjat ke gardu pandang. Ngliat gardu dari bawah, udah bikin jiper duluan. Tapi tanggung ya, udah sampe sini kok ga naik. Akhirnya memantapkan diri buat naik.

Jalan menuju gardu pandang ada 2. Semuanya melewati tangga yang banyak. Jalan yang satu sudah jadi, sedangkan jalan satunya masih dalam tahap pembangunan. 

Kami naik melalui tangga yang belum jadi. Bukannya sengaja, tetapi karena salah jalan πŸ˜†. Aku pun kembali galau. Berdasarkan info dari Pak Tukang yang sedang bikin tangga, gardu pandang udah deket. Ya sudahlah, kami pun melanjutkan perjalanan kembali melalui jalan yang masih berupa tanah dan membelah semak-semak.

Tangga naik masih dalam pembangunan


Akhirnya kami sampai juga ke gardu pandang 😍😍

Gardu pandang Nglinggo, baru diresmikan tahun 2019

Foto di gardu pandang


Setelah puas foto-foto dan menikmati pemandangan dari gardu pandang, kami turun. Jalan yang kami lalui lebih manusiawi karena tangga sudah jadi. Tapi tetep ga berani jalan cepet πŸ˜†.

Penampakan gardu pandang dari bawah

Waktu udah di bawah dan ngliat gardu pandang begitu kecil, aku terharu banget karena berhasil naik ke atas bareng anak-anak 😍😍.

Sampe bawah, anak-anak menagih janji untuk ditraktir mie instan cup πŸ˜‚. Anak-anak memang jarang banget makan mie instan. Jadi, aku dan Mr. Right membuatnya sebagai rewards karena mereka berhasil naik ke gardu pandang 😌

Di dekat tempat parkir, tersedia banyak warung makan berupa gubugan-gubugan makan lesehan. Jadi, kami bisa pilih tempat yang sekiranya lapang. Alhamdulillah, kami dapet tempat yang kosong 😁.

Rata-rata gubugan makan, menyediakan meja kecil tiga buah. Masing-masing bisa lah untuk 2 orang dewasa. 

Kami makan di sini

Nyicipin teh sangrai petani Nglinggo, dengan gula aren πŸ’•



Spot foto di dekat tempat makan


Spot foto di dekat tempat makan

Setelah bersitirahat, makan, dan foto-foto, kami meninggalkan desa wisata Nglinggo. Kami melanjutkan perjalanan menjelajahi Kulon Progo. Melewati beberapa tempat wisata dan hutan pinus. Tapi lewat doang ya. Insya allah, kapan-kapan main ke situ 😁.

Desa wisata Nglinggo dapat menjadi salah satu tujuan wisata keluarga. Udara khas pegunungan dan hamparan kebun teh, bisa menyegarkan pikiran πŸ€—.


Desa Wisata Nglinggo

Lokasi:
Nglinggo Barat, Pagerharjo, Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55673

Tiket masuk:
Gerbang masuk: Rp. 6.000,-/ orang dewasa
Gardu pandang: Rp. 5.000,-/ orang dewasa


Merah Itu Aku

Jogja, 4 November 2020