Pages

Wednesday, March 1, 2023

The Lost Symbol, Dan Brown (Book Review)

Akhirnya, aku bisa menyelesaikan buku bacaan pertama di tahun ini. Buku fiksi, berlatar sejarah, nyerempet-nyerempet agama dan kepercayaan, serta berbau mistis.

Setelah satu dekade membiarkan buku ini tersimpan manis di rak buku, aku berhasil menyelesaikan juga.


The Lost Symbol, Dan Brown





Aku membeli buku ini ketika hamil anak pertama, lebih dari satu dekade yang lalu. Jatuh cinta pada Dan Brown karena The Da Vinci Code, membuatku membeli bukunya yang lain. Cetakan pertama tahun 2010, langsung dikekepin. Saat itu, aku memang mewajibkan diri ini untuk membeli minimal 2 buku setiap bulan.

Dasar lagi hamil, akhirnya buku itu hanya tersimpan dalam rak buku bersama buku-buku lain yang senasib.


Mendadak Terpanggil untuk Membaca The Lost Symbol

Tepat seminggu yang lalu, aku memenuhi janji untuk membelikan komik Dek Lou di Gramedia. Pas banget hari Rabu itu, dia pulang lebih cepat karena para guru ada acara.

Setelah Dek Lou memilih dua komik, aku pun melihat-lihat di bagian novel. Merasa kurang tertarik dengan buku non-fiksi (terbukti dengan lima buku terbaru yang kubeli belum ada satu pun yang selesai dibaca), aku mencoba peruntungan dengan buku fiksi. Pilihanku jatuh pada buku Rindu, Tere Liye dan buku The Immortalists, Chloe Benjamin.

Aku memang penasaran dengan karya Tere Liye, dan ini merupakan buku pertamanya yang kumiliki.

Buku satunya, aku pilih karena penasaran saja. Tidak pernah membaca referensi atau semacamnya.

Seperti menantikan kejutan, akankah aku tertarik menyelesaikannya, atau akan berakhir di rak buku saja.

Ternyata, setelah membaca halaman pertama masing-masing buku, aku merasa kurang tertarik. Aku justru teringat pada buku Dan Brown tebal yang ada di rak buku. Memang, saat di toko buku, aku melihat beberapa karya Dan Brown terpajang di sana.


Buku The Lost Symbol tersimpan di sudut terdalam rak. Halamannya sudah menguning karena dimakan waktu.

Entah ke mana saja aku, kenapa tidak tergerak untuk membaca buku semenarik ini. Bahkan, aku sudah terhipnotis sejak membaca kata pengantar.

Aku langsung memutuskan, harus menyelesaikan buku tersebut.

The Lost Symbol … aku bertekad akan menamatkanmu kali ini!


Tidak Bisa Berhenti

Seperti karya Dan Brown yang lain, The Lost Symbol berlatar sejarah dan mitologi, sarat dengan misteri.

Masih bercerita tentang Robert Langdon, seorang profesor dari Harvard. Kali ini, dia harus menghadapi banyaknya teka teki yang terkubur di Washington DC.

Buku setebal lebih dari 700 halaman ini, menceritakan tentang kejadian yang terjadi dalam satu malam. Dan Brown memang luar biasa.


Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Hampir 1 minggu. 


Sudah Ada Versi Series-nya

Ternyata -- eh -- ternyata, The Lost Symbol sudah ada versi series yang tayang di Netflix tahun 2021. Akan tetapi, tampaknya hanya sampai season 1. Aku tidak tertarik untuk nonton. Sepertinya memang tidak sesukses novelnya.


Rating Umur

Karena buku ini dicetak lebih dari satu dekade yang lalu, maka belum mencantumkan klasifikasi rating umur pembaca. Akan tetapi, untuk seriesnya diberi rating 13+.

Memang cerita ini berat, seberat bukunya.

Beberapa kali, aku harus membaca ulang agar memahami maksud dari tulisannya. Untuk penjelasan kitab suci yang memang tidak aku ketahui, sengaja tidak terlalu dibaca.


Penutup

Membaca The Lost Symbol membangkitkan kembali hobi membaca novel berat yang sempat meredup. Mungkin memang waktunya yang tepat sehingga aku bisa sangat menikmati kegiatan membaca kali ini.

Mungkin juga karena penulisnya adalah Dan Brown yang memang sudah diakui kehebatannya dalam membawa pembaca untuk masuk ke dalam ceritanya.

Sekali lagi, novel ini merupakan fiksi. Meskipun pada bagian awal buku, terdapat pengungkapan fakta mengenai adanya lokasi, tokoh, beberapa organisasi, ritual, karya seni, dan ilmu pengetahuan yang tertulis di dalam novel memang benar-benar ada di dunia nyata.


Untuk novel terjemahan, kata-kata yang digunakan sangat mudah dipahami dan sesuai dengan PUEBI. Tidak mengherankan karena novel ini diterjemahkan oleh Penerbit Bentang.


Novel apa lagi yang akan aku ulas selanjutnya? Mari kita lihat koleksi dalam rak buku yang belum sempat terbaca.



Merah Itu Aku

Jogja, 1 Maret 2023



Thursday, January 26, 2023

Seragam Sekolah

Setiap pagi, kerempongan memang selalu menyertaiku. Setelah urusan sarapan beres, aku mulai bersiap melakukan pengantaran. Memiliki tiga anak dengan jam mulai belajar yang berbeda, membuatku harus gesit dalam mengatur waktu.


Anak pertama yang sudah kelas 6 SD, mulai pembelajaran jam 06.30.

Anak kedua, meskipun berada dalam gedung yang sama, tetapi baru kelas 4, mulai jam 07.15.

Sedangkan anak terakhir yang masih TK dan berada di sekolah serta yayasan berbeda dengan kedua kakaknya, mulai jam 08.00.


Untuk anak pertama dan kedua, aku antar ke sekolah pada jam yang sama. Jam 06.15 berangkat dari rumah. Walau kadang, eh, sering telat karena ada yang mandinya lama pakai banget T.T


Kerempongan pagi ini bertambah lagi karena aku salah mengingat jadwal seragam anak paling kecil. Sudahlah jadwal masuknya beda-beda, seragam pun harus beda setiap hari. Kurang menantang apa hidupku? Selain memastikan urusan alat sekolah sudah beres, aku pun harus memantau seragam.


Sebagai informasi, seragam kedua anakku yang SD dan satu yayasan berjumlah 6 set. Dari Senin hingga Jumat, mereka memakai baju yang berbeda, ditambah 1 set pakaian olahraga. Jadwal olahraga yang berbeda, membuatku harus menghafal kapan dan siapa (yang ada jadwal olahraga).

Untuk anak terakhir, dia memiliki 4 set seragam (salah satu seragam, dipakai dua kali dalam seminggu).


Setiap hari Kamis, kedua anakku yang besar memakai seragam batik yayasan. Tanpa curiga dan merasa ada yang aneh, aku pun mengambilkan seragam batik untuk anak terkecil. Saat mengantar ke sekolah, barulah tersadar ketika melihat teman-temannya memakai seragam yang berbeda. Batik yayasan merupakan seragam hari Jumat untuk anak terkecil. Argggghhhh …. Meskipun anak kecil tidak merengek karena salah seragam, tetapi aku benar-benar merasa bersalah dan harus kembali ke sekolah untuk mengantar seragam yang seharusnya.


Kejadian salah seragam hari ini, sebenarnya bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, anak terkecil pernah salah seragam gara-gara ada kegiatan sekolah yang meminta untuk menukar jadwal karena baju itu akan dipakai pas kegiatan. 

Pengumuman itu disampaikan melalui grup Whatsapp sekolah yang terlewat olehku. Saking banyaknya grup yang aku miliki, ada saja informasi yang terlewat. Entah karena hanya terbaca sekilas, atau justru grupnya sudah tenggelam dalam luka dalam


Kejadian ajaib salah seragam pun pernah dialami anakku yang nomor dua. Aneh tapi nyata, ketika kekeliruan itu terjadi, kedua anakku yang besar, memakai baju seragam yang berbeda dan kami semua baru menyadari begitu sampai di sekolah. 

Bayangkan, kami bersama-sama sejak pagi, kemudian berada dalam kendaraan yang sama menuju sekolah, dan baru menyadari kalau seragam mereka berdua berbeda ketika sampai di sekolah.


Banyaknya seragam anak memang mempunyai tantangan tersendiri. Jika sudah bertahun-tahun, secara otomatis akan teringat. Yah, walaupun kadang salah juga. Bukan karena tidak ingat hari apa pakai seragam yang mana? Akan tetapi lebih sering karena salah mengingat hari. Haha ….


Berbeda sekali dengan zaman aku sekolah. Ketika SD, aku hanya memiliki dua macam seragam, putih merah dan pramuka. Hari Senin hingga Kamis, aku memakai seragam putih merah, sedangkan Jumat dan Sabtu memakai seragam pramuka.

Ketika SMP, seragamku ada 3 set. Senin hingga Kamis memakai seragam putih biru, Jumat memakai batik sekolah, Sabtu memakai seragam pramuka.


Fenomena banyaknya seragam ada plus dan minusnya. 

Plusnya, dengan banyaknya seragam, sudah bisa dipastikan bahwa mereka berganti baju setiap harinya. Polusi udara dapat ditekan. Kalau mengingat saat aku sekolah, seragamku saja dipakai dua hari baru ganti. Haha … yah, jam sekolahku juga cuma sampai jam 12 saat SD dan 13.45 saat SMP dan SMA. Bahkan hari Jumat, aku pulang jam 11.00. Bau-baunya masih bisa diterima.

Plus yang kedua, tidak membosankan. Aku sih suka ya dengan warna-warna seragam yang lucu-lucu itu. 


Minusnya, berbanding lurus dengan banyaknya seragam, maka biaya untuk seragam juga lebih besar. Saat seragam kekecilan, maka tidak hanya satu seragam yang ganti, tetapi semua.

Yang kedua, harus mengingat jadwal pemakaian seragam. 


Apakah kamu punya cerita tentang seragam sekolah?



Merah Itu Aku
Jogja, 26 Januari 2023

Thursday, January 19, 2023

Selamat Ulang Tahun KLIP yang ke-4

Tepat hari ini, Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP) menginjak usia yang keempat. Lahir pada tanggal 19 Januari 2019, menjadikan angka 19 sebagai favorit. 



Sambil merayakan ulang tahun, KLIP mengadakan acara penyambutan KLIPers 2023. Menyuntikkan semangat dan berbagi tips agar dapat mencapai titik akhir.

Meskipun baru disambut hari ini, sesungguhnya kami telah melakukan setor tulisan sejak tanggal 1 Januari 2023. Karena perjalanan menulis di KLIP selayaknya lari maraton, aku tidak mau terlalu ngebut di awal. Cukup melampaui setoran minimal. Kalau bisa lebih, alhamdulillah. Kalau pun tidak, yang penting amankan badge dulu. Hihi ....

Selain menulis rutin sepanjang tahun, KLIP juga menyediakan program-program yang bertujuan untuk mendukung kemampuan dalam menulis.

Program KLIP 2023

1. Ruang Berbagi 

Pada acara Penyambutan Peserta 2023, Mbak Mia sebagai PJ program menyebutkan ada sembilan materi Ruang Berbagi yang sudah direncanakan. 

- Strong Why Menulis dan Free Writing - Februari

Alasan kuat untuk menulis merupakan pondasi yang harus dimiliki KLIPers agar dapat mencapai garis finis. Jadi, jangan sampai ketinggalan, ya ....

Materi free writing ini favorit banget bagi para curcolers (mengutip istilah Mbak Alfi-Red), termasuk aku 😅. Ini jugalah yang menyelamatkanku sampai bulan-bulan akhir sebelum gugur tahun lalu 😁.

- Membuat Kerangka Karangan (Outline) - Maret

Ini tak kalah menarik, terutama bagi KLIPers yang menempuh jalur yang lebih serius. 

- Mengenal Genre Tulisan Sendiri - Mei

Ini untuk mengenali karakteristik tulisan kita. Setiap penulis memiliki gaya masing-masing. Penasaran, kan ... kamu termasuk genre yang mana? Sama 😁

- Segenggam Ilmu Membuat Review - Juni

Ish ... ini bisa banget membantu kita untuk menulis review buku dan film yang menarik pembaca.

- Story Telling dalam Menulis - Juli

Yuk, Curcolers mari merapat 😄. Etapi, story telling juga bisa dipakai untuk menulis fiksi. Pada materi ini, kita akan mendapatkan ilmu, bagaimana menulis pembukaan agar menarik pembaca.

- Membuat Image Pendukung untuk Menguatkan Tulisan - Agustus

Supaya bisa memanjakan pembaca visual. Sebagai persiapan skripsi juga, ygy. Bisa sekalian nyicil bikin cover 😁.

- Tips dan Trik Membuat Blog dari Halaman Pertama Google - Agustus

Nah, penting buat blogger untuk mempertahankan tulisannya agar bertahan di halaman pertama google. Penulis pemula kayak aku, ngintip dulu. Haha ... dah bertahun-tahun nulis di blog, tetapi judulnya tetep pemula aja. Semoga, setelah mengikuti materi ini, bisa agak naik kelas 😋.

- Cross Editing (Mengedit tulisan orang lain) dan Menghasilkan Sebuah Karya - November

Dari Ruang Berbagi ini, bisa menghasilkan karya, seperti e-book.

- Tips Ikutan Lomba Menulis - Desember

Kemungkinan akan menghadirkan narasumber yang pernah menjuarai lomba menulis atau bahkan juri lomba menulis 😍.


Uwow ... semua materinya emas banget. Terlalu sayang untuk dilewatkan.


2. TTM (Tema Tantangan Menulis)

Program ini masih digawangi oleh Mbak Rella. Bagi KLIPers yang belum punya ide menulis, bisa banget, nih, pakai tema ini. 

TTM dilaksanakan seminggu sekali. 

Program ini membantu kita banget, kan? 😉


3. KBK (Klub Buku Klip)

Duo Mbak Alfi dan Mbak Rhein, sudah tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam KBK.

Program ini biasa digunakan para KLIPers untuk curhat. Durasi acara yang sangat panjang, membuktikan bahwa selain jago menuliskan kata-kata, KLIPers juga juara dalam berkata-kata dalam arti sebenarnya. Kesempatan untuk mengeluarkan 20.000 kata 😁.

Curhat bukan sekadar curhat. KBK ini, seperti namanya, adalah program yang diadakan untuk mereview buku. Dilaksanakan dengan pertemuan daring. 

Hasil dari KBK, bisa teman-teman dengarkan melalui podcast.

Oiya, bagi KLIPers yang telah gugur, masih bisa ikutan KBK 👌


Seru banget, kan, semua program KLIP?


Tak terasa, ini merupakan tahun kelimaku menjadi KLIPers. Meskipun tahun lalu gagal menjadi finisher, aku tetap mendaftar di tahun ini. Sempat ragu apakah akan sanggup menulis karena merasa sangat kesulitan pada tahun sebelumnya di bulan-bulan terakhir. Padahal, aku sudah menyiapkan tulisan untuk skripsi sebagai tugas akhir.

Aku agak kecewa dengan diri sendiri karena tahun lalu merupakan kegagalan pertamaku sejak menjadi KLIPers tahun 2019. Ya sudahlah ... semoga tahun ini dapat lebih baik lagi hingga mencapai akhir. Aamiin ...

Sebagai penutup, aku ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun, KLIP! Semoga di usia yang keempat ini, KLIP semakin bermanfaat dan bersinar sebagai wadah bagi para penulis yang ingin konsisten serta meningkatkan kemampuan diri.


Merah Itu Aku

Jogja, 19 Januari 2023



Tuesday, January 10, 2023

Resep Makan Siang Praktis



Karena di awal tahun sudah membuat resolusi buat rajin masak, aku bakalan share resep makan siang hari ini. Seperti biasa, di bagian jumlah bahan, tidak aku sebutkan berapa-berapanya, ya. Dikira-kira aja sesuai dengan perasaan dan keyakinan masing-masing.

Siang tadi, aku makan ayam panggang dengan mashed potato dan tumis buncis. Bukan gaya-gayaan mengganti nasi pake mash potato, tetapi karena magic com-ku lagi rusak dan pagi tadi ga sempet masak nasi. Nah, sisa kentang sarapan itulah yang aku bikin mash potato. Haha …


Dada ayam panggang merupakan salah satu menu andalan karena bahannya mudah didapat dan cara masaknya so simple. Berita baiknya, bisa banget dijadikan sebagai booster protein. Menurut fatsecret, dalam 100 g dada ayam, mengandung 24,5 g protein. Lumayan banget, kan ….


Yuk, mari, langsung aja aku share resep makan siang tadi.


Ayam panggang minimalis

Bahan: 

Dada ayam 

Margarin untuk memanggang


Bumbu marinasi:

Bawang putih bubuk

Garam

Merica bubuk


Cara membuat:

  1. Marinasi dada ayam yang sudah dipotong sesuai selera. Kalau aku, lebih suka yang lebar-lebar seperti di foto. Biarkan kurang lebih 30 menit.

  2. Panaskan margarin menggunakan pan.

  3. Panggang ayam yang sudah dimarinasi hingga berwarna kecokelatan pada kedua sisinya. Gunakan api kecil agar dada ayam matang sempurna hingga ke dalam.


Mashed potato a.k.a kentang tumbuk

Bahan:

Kentang 

Keju parut

Susu UHT Full cream plain

Parsley (Pakai oregano juga boleh. Sejujurnya, buatku pribadi, kedua bahan itu sama aja fungsinya. Meskipun pada beberapa artikel yang aku baca, ada perbedaan dalam penggunaannya.)

 

Bumbu:

Merica bubuk

Garam 


Cara membuat:

  1. Rebus kentang hingga matang. 

  2. Tumbuk kentang hingga halus, tambahkan sedikit margarin, merica bubuk, dan garam.

  3. Masak dengan api kecil, tambahkan susu UHT, keju parut, dan parsley.

  4. Aduk hingga tekstur sesuai dengan keinginan dan harapan.


Tumis buncis

Bahan:

Buncis, iris miring atau sesuai selera

Dada ayam, potong dadu

Jagung manis, pipil

Bawang bombay, iris tipis

Margarin untuk menumis

(Kalau suka pedas, bisa ditambah irisan cabai. Aku ga pakai cabai karena sekalian masak buat anak kecil.)


Bumbu:

Garam

Merica bubuk

Saus tiram

Gula pasir


Cara membuat:

  1. Panaskan margarin, tumis bawang bombay hingga layu.

  2. Masukkan dada ayam, aduk-aduk hingga berubah warna dan mengeluarkan air.

  3. Tambahkan saus tiram, garam, gula pasir, dan merica bubuk.

  4. Masukkan buncis dan jagung manis pipil. Masak hingga kematangan yang disukai.


Selesai ….

Mudah, bukan?

Selamat memasak, Buibu 💖



Merah Itu Aku
Jogja, 10 Januari 2023

Monday, January 9, 2023

Melewatkan Momen



Sering kali, aku kehilangan momen dalam melakukan sesuatu. Misalnya saja ketika ada chat di grup WhatsApp, jika aku menunda untuk membalasnya, maka akan sangat membagongkan jika aku ujug-ujug membalas di hari yang lain, atau chat pagi yang dibalas ketika sore atau malam hari. Inginku cepat tanggap, apa daya, banyak hal terjadi yang membuatku harus mengutamakan pekerjaan lain, sehingga melewatkan momen tersebut. Yang akhirnya, aku harus diam saja, tanpa memberikan tanggapan sepatah kata pun.

Di lain waktu, ketika memiliki momen untuk post di feed Instagram, ternyata banyak hal yang harus aku siapkan. Menyiapkan image yang eyecatching, itu harus. Menyiapkan 3 image yang senada, juga tidak boleh dilewatkan. Demi feed Instagram yang tertata rapi. Iyaaa … aku semacam menyulitkan diri sendiri dengan mengatur feed sedemikian rupa agar selaras, serasi, dan seimbang. Hehe ….

Untuk Instagram, aku memang menetapkan standar kelipatan tiga post, untuk setiap feed. Meskipun tidak di-post dalam sekali waktu, bisa pada hari yang berbeda, tetapi aku harus sudah memastikan akan ada konten yang menemaninya.


Setelah image siap, aku harus memikirkan kata-kata yang cakep, sebelum akhirnya layak tayang di Instagram. Prosesnya terasa panjang dan lama, hingga akhirnya momen itu pun berlalu. Mau dibikin last post, rasanya sudah malas. Semua berakhir tanpa pernah tayang di mana pun.


Kesulitan dalam mengejar momen pun, aku rasakan saat menulis di blog. Kadang, tangan sudah ingin mengetik, tetapi akhirnya terlewat atau hanya tersimpan dalam draft yang nasibnya sama, tidak pernah publish di mana pun hingga kapan pun.


Ada rasa tidak percaya diri yang terlibat di sana. Pertanyaan-pertanyaan yang bertalu dalam hati, apakah ini cukup kayak? Apakah ini memang perlu untuk menjadi konsumsi publik? Atau harus aku simpan untuk sendiri saja?


Pertanyaan-pertanyaan itu yang membuatku akhirnya menyembunyikan diri dan tidak ke mana-mana. Mungkin, apa yang aku alami juga dirasakan oleh orang lain. Rasa tidak percaya diri cukup merugikan, tetapi masih saja dilakukan.


Mulai sekarang, aku coba tanamkan bahwa kita tidak pernah tahu apakah tulisan kita bermanfaat bagi orang lain. Tidak perlu terlalu memikirkan hal itu. Asalkan tidak menyinggung orang lain dan tidak melanggar peraturan, semestinya tidak perlu khawatir.

Luruskan niat dan jangan overthinking.


Itu butuh pembiasaan. Dan semoga di tahun ini, ada banyak perubahan baik yang membuatku lebih percaya diri. Aamiin ….



Merah Itu Aku

Jogja, 9 Januari 2023


Sunday, January 1, 2023

Tahun 2023, Mau Ngapain?

Hai … I'm back!

Gimana kabar resolusi tahun lalu? Apakah sudah tercapai, atau menjadi resolusi tahun ini? 

Tenang saja … tidak perlu terlalu dikhawatirkan, Saudara!


Resolusi tahun 2022-ku tidak terlalu membahagiakan. Banyak sekali kegagalan yang aku alami dan jujur saja, cukup membuat kecewa. 

Mungkin aku berhasil membagi waktu, tetapi gagal dalam memanagemen pikiran. Yah, nyatanya, itu merupakan dua hal yang berbeda.

Namun, tidak ada gunanya meratapi yang sudah berlalu. Di awal tahun ini, aku tetap membuat resolusi seperti jutaan orang pada umumnya.

Belajar dari kegagalan tahun lalu, aku tidak akan memasang target yang terlalu tinggi. Pengennya malah nggak pasang target apa pun. Akan tetapi, rasanya kok hampa banget, ya, hidup tanpa target. Hilih!


Fokusku kembali pada keluarga, terutama anak-anak. Akhir-akhir ini, aku mulai menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan justru membuat waktuku bersama anak-anak berkurang. Mungkin aku hadir di dekat mereka, tetapi pikiranku jauh di luar sana.


Hal-hal di atas, membuatku menyusun resolusi yang tidak terlalu muluk-muluk. Aku hanya ingin memiliki banyak waktu tenang, tanpa harus memikirkan berbagai deadline.

Alasan utamaku berhenti dari pekerjaan beberapa tahun yang lalu adalah untuk anak-anak. Saat ini, aku sudah terlalu jauh mengejar passion yang ternyata belum bisa beriringan dengan tugas utamaku sebagai seorang ibu.

Ketika memikirkan ini, aku sempat merasa kalah. Akan tetapi, aku harus rasional. Beberapa tahun belakangan, aku sudah cukup merasakan kebahagian menjajal banyak hal. Sudah saatnya aku kembali.



Aku memikirkan beberapa resolusi 2023:

  1. Selalu siap sedia ketika dibutuhkan anak-anak.

Tahun ini, aku memutuskan untuk seleh dari semua amanah komunitas di luar sana. Kecuali komunitas yang mendukung Mas Bojo sebagai abdi negara, tentu saja.

Aku juga ingin mengurangi screentime, karena sungguh, sejak pandemi hingga tahun lalu, aku terlalu sering menatap layar. Entah hanya untuk mengurangi jumlah pesan yang belum terbaca-yang jumlahnya mencapai ribuan-, atau mengerjakan tugas dari komunitas yang aku ikuti, atau mengecek info-info yang ada agar tidak ada yang terlewat. Meskipun nyatanya, ada saja yang terlewat saking banyaknya.


  1. Lebih rajin masak.

Resolusi selanjutnya adalah rajin masak di dapur sendiri, bukan dapur warung #ehgimana.

Rajin masak juga merupakan salah satu usaha untuk menyediakan makanan sehat yang memenuhi kebutuhan tubuh. Setelah mengikuti kelas mealplan dan mempraktikkannya, aku semakin peduli dengan makro dan mikro nutrien.

Bukannya menghindari jajan sama sekali, karena itu agak berat, Bestie 🥲.

Tujuan lain dari rajin masak juga katanya biar hemat 😆. Hohoho … aku textbook sekali.


  1. Hidup sehat.

Ini seharusnya meningkat di tahun ini. Semoga bisa lebih konsisten olahraga dan makan sehat. 

Semoga bisa berbonus menurunkan kadar lemak dalam tubuh, yang masih terpantau memprihatinkan.


  1. Crafting sebagai me time.

Nah, tahun ini, aku mau rajin ngecraft (lagi). Karena tahun lalu, aku merasa kurang banget mainan tali dan benang. Yang aku rasakan, ternyata kurang happy.


  1. Menulis untuk mendokumentasikan kegiatan.

Aku memutuskan untuk vakum menulis antologi tahun ini. Bukannya sudah puas dengan pencapaian, tetapi karena aku butuh waktu untuk berhenti sejenak.

Aku memang menghindari segala hal yang berhubungan dengan deadline di tahun ini. Huhuhu … 

Aku kembali pada tujuan awalku menulis, yaitu sebagai cara untuk selfhealing. Semoga dengan menuliskan apa saja yang kuinginkan tanpa berpaku pada tema tertentu, dapat mengembalikan mood menulisku.

 

  1. Menyelesaikan membaca buku yang dibeli tahun 2022.

Ini PR banget. Tahun lalu, enggak ada satu buku pun yang aku baca hingga tuntas. Aku hanya membaca sepintas lalu.

Ada tiga buku yang mau aku selesaikan dan rencananya kutulis ulasannya dalam blog. Tanpa deadline, ya 😆

Jadi, judulnya bukan target. Akan tetapi, keinginan 😁.


Bismillah, semoga diriku tahun ini lebih baik dari tahun lalu.

Sehat-sehat semua, ygy ....

Semoga apa pun resolusi kalian di tahun 2023 dapat terwujud dan menjadikan diri semakin baik lagi.



Merah Itu Aku

Jogja, 1 Januari 2023