Aku membutuhkan waktu sekitar setengah bulan untuk menyelesaikan tiga jilid novel 1Q84. Ketiga bukunya tebal. Aku tidak menyangka bahwa bahwa buku tiga jilid setebal itu, rela aku beli tanpa mencari tahu ceritanya terlebih dahulu.
Aku mendapat rekomendasi dari @bukuakik. Ternyata, cerita dalam novel ini bukan genre yang aku suka. Akan tetapi karena sudah terlanjur beli, aku tuntaskan juga membacanya.
Awalnya aku happy karena tokoh utama wanitanya keren banget. Pelatih bela diri dan pembunuh bayaran. Aku berharap bahwa ceritanya lebih action dibanding drama. Ternyata aku hanya terlalu positive thinking.
Jilid pertama begitu lambat alurnya. Aku membutuhkan waktu paling lama ketika membaca jilid tersebut. Bikin ngantuk juga. Aku pikir, banyak bagian yang bisa dihilangkan. Meski setelah aku selesai membaca, jika banyak bagian dihilangkan, dapat mengurangi bagian-bagian yang berhubungan dengan cerita selanjutnya.
Untuk buku kedua dan ketiga lebih cepat alurnya karena sudah mulai terlihat benang merah antar bab.
Penulis Jepang memang paling pintar memberikan detail dalam penggambaran setiap tokoh dan kejadian serta tempat. Membuat para pembaca lebih mudah membayangkannya.
1Q84
Haruki Murakami1Q84 menceritakan kejadian di tahun 1984. Ada dua dunia sejajar yang terjadi dengan pintu masuk di sebuah tangga di jalan keluar darurat sebuah jalan tol.
Masing-masing bab menceritakan tokoh yang berbeda. Pada jilid 1 dan 2, bergantian antara dua tokoh utama, Aomame dan Tengo. Pada jilid 3, ada bab yang menceritakan tokoh lain.
Aomame dan Tengo, karena suatu hal memiliki hubungan. Kejadian demi kejadian yang mereka lewati, semakin menegaskan hubungan keduanya. Entah karena takdir, setelah terpisah puluhan tahun, mereka dipertemukan kembali.
Aku kecewa karena mengharapkan cerita action alih-alih drama cinta.
Bagi yang menyukai cerita drama percintaan dibalut sci-fi dan multiverse, buku ini untuk kalian.
Merah Itu Aku
Yogyakarta, 31 Agustus 2024