Membuat jadwal kegiatan harian sudah aku lakukan sejak jaman SD. Suka aja kalo kegiatan sehari-hari sesuai dengan perencanaan. Cuma kegiatan sehari-hari saja. Belum membuat target-target yang harus dicapai.
Perencanaan target mulai aku lakukan saat kuliah. Karena berkaitan dengan tugas-tugas dan penyusunan skripsi. Biar kuliahnya ga kelamaan maksudnya😁
Penyusunan jadwal mulai menemukan tantangan ketika aku menjadi ibu menyusui. Bagaimana tidak, jika waktunya sudah tiba untuk melakukan sesuatu tapi bayi minta menyusu yang biasanya akan dilanjutkan tidur (beserta ibunya). Stres? Iya awalnya, mengingat aku sudah terbiasa melakukan apa yang ditulis dan menulis apa yang dilakukan. Yang pernah nge lab bakalan ga asing dengan kalimat itu😂.
Akhirnya aku berhenti membuat jadwal harian. Daripada stres yekan? Itu sebelum aku dipertemukan dengan komunitas ibu profesional yang amat sangat mengerti kebutuhan perempuan. Saat ada PR menyusun jadwal harian, aku ngrasa sedih. Jadwalnya sih udah keren, tapi eksekusinya nol. Huhu... Tapi kesedihan itu tidak berlangsung lama. Kendala busui yang tidak bisa menjalankan jadwal setepat harapan dialami oleh banyak busui lain (tarbukti dari banyaknya pertanyaan dari busui mengenai bayi yg tidak bisa diprediksi kapan tidur dan kapan minta menyusu. Belum lagi penyakit busui yang tiba-tiba ikutan bobo cantik barengan bayi yg disusui. Nikmat😄).
Jadwal harian tetap dibuat sesuai ukuran kemampuan. Buat kandang waktu. Menyusui bayi yang utama. Nyuci baju dan piring bisa nunggu, kalo ga sempet masak, banyak warung. Jangan stres itu koentji.
Apa aku sekarang punya jadwal harian? Ya
Apa aku konsisten menjalankannya? Banyak melesetnya
Apa masih stres kalo ga sesuai jadwal? Kadang 😃
Merah Itu Aku
Jogja, 31 Januari 2019
0 comments:
Post a Comment