Manajemen Emosi
Aku dapet challenge enam hari untuk memantau level emosi jiwa. Meskipun sudah ditahan-tahan, ternyata aku masih lemah dalam mengelola emosi. Dari 6 hari tersebut, hanya 3 hari sanggup menjaga tetap sabar, sedangkan 3 hari lainnya gagal.
Manajemen emosi memang sangat penting untuk dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan. Saking pentingnya, dari beberapa kuliah online yang aku ikuti, hampir semua memberi materi tentang manajemen emosi, di samping manajemen waktu. Dua ilmu manajemen yang sangat sulit, tapi bukannya tidak mungkin untuk dipelajari dan diamalkan.
Tidak mudah memang, apalagi untuk aku yang punya anak-anak lucu nan menggemaskan. Kalau pagi udah berhasil menahan emosi, belum tentu sampai sore akan bertahan. Alangkah indahnya jika semudah itu bersikap bak ibu peri yang sanggup berkata halus lembut sepanjang hari.
Ketika anak yang satu sudah bisa diatasi, belum tentu yang dua anak lagi bisa dikondisikan. Menantang sekali memang. Kalau kata Mr. Right, ini memang lagi umur-umurnya anak-anak itu ngeselin🤣🤣🤣. Ya tapi kan...aku ingin bisa jadi ibu yang penuh kasih sayang, yang tidak perlu menaikkan oktaf setiap berbicara pada anak-anak🤧. Apa kabarlah komunikasi produktif yang jika anak-anak mulai bertingkah, emaknya mudah sekali terpancing😌😌😌.
Jadi inget materi parenting dua hari yang lalu. Menohok sekali ketika Pak Ustadz bilang, 'Bagaimana kita bisa minta anak bicara lembut, sedangkan kita berbicara saja masih penuh emosi?'
Berkaca dari semua yang terjadi, seharusnya aku bisa menahan diri untuk tidak reaktif terhadap kelakuan anak-anak. Selama ini, aku memang mudah terpancing. Dengan alasan apapun, mestinya aku bisa lebih bisa sabar dan tabah menghadapi mereka. Bukan cuma 6 hari challenge aja, tapi berhari-hari yang akan datang.
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Merah Itu Aku
Jogja, 26 Mei 2019
0 comments:
Post a Comment