Membaca Laut Bercerita, membuatku susah sekali untuk move on. Rasanya ingin memberi tahu pada Asmara bahwa pencariannya sudah dekat.
Bagi pencinta cerita happy ending, aku sungguh agak kecewa membaca Laut Bercerita. Namun, harus kuakui bahwa novel Leila S. Chudori ini memang sanggup mencabik-cabik perasaanku.
Awalnya, aku kurang tertarik untuk membeli novel Laut Bercerita. Aku pikir, novel ini bercerita tentang pelestarian lingkungan, semacam curhat laut yang tercemari oleh limbah. Ternyata aku salah besar.
Aku memutuskan langsung membeli Laut Bercerita karena melihat ada novel ini di rak buku milik keponakanku yang sudah beranjak remaja. Aku penasaran dan menanyakan penilaiannya tentang buku ini. Tak hanya menjawab bahwa novel ini bagus, dia pun memberi bonus berupa spoiler yang agak aku sesalkan sekaligus bersyukur.
Aku yang tidak suka spoiler, jelas menyayangkan kemurahan hati keponakanku yang agak bablas bercerita.
Di lain sisi, aku bersyukur mendapat spoiler sehingga kepikiran dan mulai menimbang-nimbang, haruskah aku mencari spoiler tentang buku-buku best seller agar tidak ketinggalan membaca buku bagus?
Mengingat bahwa aku yang tidak suka membaca reviu buku, sering kali membuat buku yang aku beli hanya berakhir di rak tanpa aku selesaikan membacanya. Bahkan ada yang hanya aku baca beberapa lembar awalnya saja.
Memang ada beberapa buku yang mengejutkan karena bagus banget dan aku suka.
Pertimbangan mencari referensi buku bagus juga mencegah hal-hal seperti Laut Bercerita tidak masuk radar. Bahwa buku sebagus itu, yang diterbitkan tahun 2017, baru aku baca tujuh tahun kemudian, pada cetakan ke-74. Betapa tertinggalnya aku.
Laut Bercerita
Leila S. Chudori
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan ke-1, Oktober 2017
Cetakan ke-74, April 2024
Rating usia: 18+
x + 379 halaman
Adalah Biru Laut, seorang mahasiswa Sastra Inggris UGM yang juga merupakan aktivis.
Laut bercerita tentang kehidupannya sebagai aktivis yang penuh ketegangan.
Bagaimana Laut mengalami penyiksaan demi penyiksaan hingga akhirnya ditenggelamkan ke dasar laut.
Laut Bercerita terdiri atas dua bagian, yang dituliskan menggunakan POV 1.
Satu bagian diceritakan oleh Biru Laut, bagian lain diceritakan oleh Asmara Jati (adik Biru Laut).
Biru Laut adalah salah satu aktivis yang dihilangkan paksa sebagai buntut dari peristiwa 98. Bagi orang yang kurang suka dengan sejarah politik Indonesia seperti aku, ternyata sangat bisa menikmati novel ini.
Ada persahabatan, pengkhianatan, cinta, dan kehilangan.
Ceritanya terasa nyata karena memang berdasarkan kisah yang benar-benar terjadi.
Membaca Laut Bercerita membuatku berpikir, kenapa banyak mahasiswa yang begitu gigih 'menyerang' pemerintahan Orde Baru saat itu? Seperti yang dipertanyakan Laut setelah mengalami penyiksaan yang pertama.
"... apa yang sebetulnya aku kejar?"
Kemudian, Kinan, perempuan pengambil keputusan menenangkan dan mengobarkan kembali semangat Laut dengan kalimat-kalimat magisnya.
Laut Bercerita membuatku memandang sejarah peristiwa 98 tidak sama lagi.
Aku tidak habis pikir dengan tindakan para mahasiswa yang mendedikasikan dirinya untuk Indonesia yang lebih baik dengan melakukan aksi. Namun, aku lebih tidak habis pikir lagi dengan para oknum yang mengambil paksa, menyiksa mahasiswa, dan menghilangkannya.
Sebegitu berbahayakah para mahasiswa tanpa senjata itu?
Pada bagian akhir, tentang penulis, baru aku tahu bahwa Laila S. Chudori adalah penggagas dan penulis skenario drama TV Dunia Tanpa Koma.
Aku masih simpan ini. Astaga 😄 |
Setelah Laut Bercerita, aku berkeinginan untuk membeli buku Leila yang lain. Pulang. Meski saat membaca resensi, aku dapat spoiler bahwa tidak happy ending. Duh!
Merah Itu Aku
Jogja, 17 April 2024
0 comments:
Post a Comment