Akhirnya, aku bisa menyelesaikan buku bacaan pertama di tahun ini. Buku fiksi, berlatar sejarah, nyerempet-nyerempet agama dan kepercayaan, serta berbau mistis.
Setelah satu dekade membiarkan buku ini tersimpan manis di rak buku, aku berhasil menyelesaikan juga.
The Lost Symbol, Dan Brown
Aku membeli buku ini ketika hamil anak pertama, lebih dari satu dekade yang lalu. Jatuh cinta pada Dan Brown karena The Da Vinci Code, membuatku membeli bukunya yang lain. Cetakan pertama tahun 2010, langsung dikekepin. Saat itu, aku memang mewajibkan diri ini untuk membeli minimal 2 buku setiap bulan.
Dasar lagi hamil, akhirnya buku itu hanya tersimpan dalam rak buku bersama buku-buku lain yang senasib.
Mendadak Terpanggil untuk Membaca The Lost Symbol
Tepat seminggu yang lalu, aku memenuhi janji untuk membelikan komik Dek Lou di Gramedia. Pas banget hari Rabu itu, dia pulang lebih cepat karena para guru ada acara.
Setelah Dek Lou memilih dua komik, aku pun melihat-lihat di bagian novel. Merasa kurang tertarik dengan buku non-fiksi (terbukti dengan lima buku terbaru yang kubeli belum ada satu pun yang selesai dibaca), aku mencoba peruntungan dengan buku fiksi. Pilihanku jatuh pada buku Rindu, Tere Liye dan buku The Immortalists, Chloe Benjamin.
Aku memang penasaran dengan karya Tere Liye, dan ini merupakan buku pertamanya yang kumiliki.
Buku satunya, aku pilih karena penasaran saja. Tidak pernah membaca referensi atau semacamnya.
Seperti menantikan kejutan, akankah aku tertarik menyelesaikannya, atau akan berakhir di rak buku saja.
Ternyata, setelah membaca halaman pertama masing-masing buku, aku merasa kurang tertarik. Aku justru teringat pada buku Dan Brown tebal yang ada di rak buku. Memang, saat di toko buku, aku melihat beberapa karya Dan Brown terpajang di sana.
Buku The Lost Symbol tersimpan di sudut terdalam rak. Halamannya sudah menguning karena dimakan waktu.
Entah ke mana saja aku, kenapa tidak tergerak untuk membaca buku semenarik ini. Bahkan, aku sudah terhipnotis sejak membaca kata pengantar.
Aku langsung memutuskan, harus menyelesaikan buku tersebut.
The Lost Symbol … aku bertekad akan menamatkanmu kali ini!
Tidak Bisa Berhenti
Seperti karya Dan Brown yang lain, The Lost Symbol berlatar sejarah dan mitologi, sarat dengan misteri.
Masih bercerita tentang Robert Langdon, seorang profesor dari Harvard. Kali ini, dia harus menghadapi banyaknya teka teki yang terkubur di Washington DC.
Buku setebal lebih dari 700 halaman ini, menceritakan tentang kejadian yang terjadi dalam satu malam. Dan Brown memang luar biasa.
Aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Hampir 1 minggu.
Sudah Ada Versi Series-nya
Ternyata -- eh -- ternyata, The Lost Symbol sudah ada versi series yang tayang di Netflix tahun 2021. Akan tetapi, tampaknya hanya sampai season 1. Aku tidak tertarik untuk nonton. Sepertinya memang tidak sesukses novelnya.
Rating Umur
Karena buku ini dicetak lebih dari satu dekade yang lalu, maka belum mencantumkan klasifikasi rating umur pembaca. Akan tetapi, untuk seriesnya diberi rating 13+.
Memang cerita ini berat, seberat bukunya.
Beberapa kali, aku harus membaca ulang agar memahami maksud dari tulisannya. Untuk penjelasan kitab suci yang memang tidak aku ketahui, sengaja tidak terlalu dibaca.
Penutup
Membaca The Lost Symbol membangkitkan kembali hobi membaca novel berat yang sempat meredup. Mungkin memang waktunya yang tepat sehingga aku bisa sangat menikmati kegiatan membaca kali ini.
Mungkin juga karena penulisnya adalah Dan Brown yang memang sudah diakui kehebatannya dalam membawa pembaca untuk masuk ke dalam ceritanya.
Sekali lagi, novel ini merupakan fiksi. Meskipun pada bagian awal buku, terdapat pengungkapan fakta mengenai adanya lokasi, tokoh, beberapa organisasi, ritual, karya seni, dan ilmu pengetahuan yang tertulis di dalam novel memang benar-benar ada di dunia nyata.
Untuk novel terjemahan, kata-kata yang digunakan sangat mudah dipahami dan sesuai dengan PUEBI. Tidak mengherankan karena novel ini diterjemahkan oleh Penerbit Bentang.
Novel apa lagi yang akan aku ulas selanjutnya? Mari kita lihat koleksi dalam rak buku yang belum sempat terbaca.
Merah Itu Aku
Jogja, 1 Maret 2023