Wednesday, December 15, 2021

Aliran Rasa KLIP 2021

Tahun ini bisa jadi merupakan tahun terberat sepanjang sejarah kehidupanku. Kehilangan seseorang yang amat sangat berarti dalam hidupku, cukup mengguncang jiwaku.

Kejadian itu, mempengaruhi sebagian besar tulisan yang aku setorkan untuk KLIP.

Namun, aku cukup kecewa dengan performa diriku sepanjang tahun ini. Dalam 12 bulan, aku nyaris menjadi jajaran konsisTEN, dengan jumlah setoran sepuluh tiap bulan.

Bahkan, untuk tugas akhir KLIP saja, aku jadi golongan mepeters. Padahal sudah dicicil sejak awal bulan Desember. 

Niat awal menyelesaikan novel untuk skripsi pun hanya wacana.

Ya, untuk tahun ini, tugas akhir KLIP bukan lagi berupa aliran rasa. Ada skripsinya. Greget pisan. hihi ...

Skripsi ini merupakan tulisan yang dikumpulkan selama setahun. Boleh berupa novel, ebook, kumpulan cerita, yang penting ada benang merahnya.

Karena gagal kumpulin novel sebagai skripsi, akhirnya aku mengumpulkan tulisan-tulisan sepanjang tahun ini.

Tema yang pada awal tahun sudah aku usung, yaitu self love. Jadi, aku mengumpulkan beberapa tulisan tentang bagaimana aku berusaha mencintai diri sendiri. Ada tentang olahraga, crafting, menulis antologi, serta proses belajar di kelas Gemarrapi dan Bunda Cekatan. Semua itu, aku kumpulkan sebagai bentuk mencintai diri sendiri.

Untuk tulisan awal, aku mulai dari healing karena kehilangan. Writing for healing juga mewarnai skripsiku. Hhh ... cukup menguras emasi sewaktu menyusunnya.

Inilah skripsiku, sebagai persyaratan kelulusan KLIP tahun 2021.

Skripsi KLIP 2021 - Firda Rosiana




Merah Itu Aku
Jogja, 15 Desember 2021


Continue reading Aliran Rasa KLIP 2021

Sunday, December 5, 2021

Jurna Zona X

Jurnal sebelum libur akhir tahun 😁. Lumayan membuatku berpikir keras untuk memahami.

Apalagi, pekan ini benar-benar banyak kegiatan yang harus dilakukan. Sedihnya, ada kejadian tidak terduga dan membuat targetku banyak meleset. Sedih.

Memasuki zona X, ArtaCraft kehilangan satu tetangga. Kini, kami tinggal berdelapan. Semoga kami semua tetap semangat mencapai akhir perjalanan.

Zona X adalah zona xtra miles, di mana kami mulai melihat dampak dari aktivitas yang sudah dilaksanakan.

Aktivitasku:

1. Mengerjakan jurnal

2. Menjahit masker dan aksesoris

3. Belajar copywriting untuk media sosial.



Ada empat kuadran dalam memilah aktivitas.

1. Quick wins: aktivitas high impact, low effort

2. Fill in: aktivitas low impact, low effort

3. Major project: aktivitas high impact, high effort

4. Thankless task: aktivitas low impact, high effort.


Kemudian, kami memasukkan aktivitas masing-masing, ke dalam project passion CH ArtaCraft.







🌻Belajar pencatatan keuangan dengan orientasi bisnis (bukan sekadar bendahara) (Aisyah: kolom Fill Ins)

🌻Menjahit contoh baju dari kain motif WISE (quick wins)

🌻Membuat konten edukatif tentang budaya dan flora Indonesia, terutama yang gambarnya digunakan dalam eleman desain (Mbak Reni: quick wins)

🌻 Membuat short video promosi (Mbak Novi: major project)

🌻 Belajar copywriting untuk media sosial (Firda: kolom quick wins)

🌻 Membuat sample Bucket hat dewasa dan anak serta Sling Bag (Indy kolom major project)

🌻 Menjahit pouch (Arin : major project)

🌻 Belajar marketing produk (Riska: Quick wins)


Demikianlah kegiatan kami di zona X pekan pertama.

Selamat liburan ...


Merah Itu Aku

Jogja, 5 Desember 2021



Continue reading Jurna Zona X

Saturday, November 27, 2021

Jurnal Zona E Pekan ke-2

Masih berada di zona E, pekan ini, aku berjalan-jalan mengunjungi fasilitas kota. Yiey!!!

Sudah siap, Teman-teman?

Ada lima fasilitas Hexagon City yang kece abis. Hexamarket, Hexalink, Fanpage Hexagon City, Youtube Hexagon City, dan Instagram Hexagon City.

Yuk, ikuti gimana serunya jalan-jalan pekan ini.



1. Hexamarket

Menggunakan platform facebook, Hexamarket merupakan marketplace co-housing. Sebagai Hexagonia, kita dapat melakukan kegiatan jual beli di tempat ini.

Begitu masuk, aku langsung disuguhi berbagai macam produk menarik dengan kalimat pengantar yang sangat menarik hati. Hexamarket melabeli diri sebagai one stop shopping. Sangat memanjakan jiwa-jiwa belanja dan jualan emak-emak.

Ada mainan edukasi untuk anak, ada buku resep, ada hasil crafting, dan masih banyak produk lainnya. Kesemuanya itu dikemas apik dalam bentuk visual berupa foto-foto produk dan copywriting yang cantik.

Para calon pembeli sudah diberi panduan lengkap, bagaimana cara berbelanja di Hexamarket. Bagi yang berencana menjadi vendor juga sudah ada penjelasan lengkap bagaimana cara dan persyaratannya.

Berjalan-jalan di Hexamarket, membuatku bersemangat membayangkan bagaimana produk dari project passion co-house ArtaCraft, turut tampil di sana. Makin berbinar, ya ...


2. Hexalink

Selanjutnya, aku mengunjungi ke Hexalink. Masih menggunakan platform facebook, Hexalink menawarkan berbagai pelatihan yang dapat diikuti para Hexagonia.  

Dikutip dari penjelasannya, Hexalink merupakan grup untuk para Hexagonia yang memerlukan tenaga ahli untuk project passion-nya. Selain itu, Hexalink juga memberikan peluang bagi para Hexagonia untuk berkontribusi di project passion co-housing lain secara personal dan profesional.

Uwow banget, kan ... semacam lapak untuk mencari pekerjaan. Masya Allah ... banyak sekali peluang yang diberikan Hexagon City kepada warganya.

Bisa nih, buat cari tenaga pemasaran jikalau kami kebanjiran order. Ecieee ... optimis manis πŸ’ƒπŸΌ.


3. Fanpage Hexagon City

Melanjutkan perjalanan ke Fanpage Hexagon City, aku menemukan berbagai informasi terkait kegiatan yang akan diselenggarakan di Hexagon City. 

Sering-sering kunjungi Fanpage Hexagon City, agar tidak ketinggalan agenda-agenda menarik yang akan terselenggara 😘.


4. Youtube Hexagon City

Siapa yang suka jalan-jalan ke Youtube? 

Nah, Hexagon City punya acara-acara kece yang disiarkan melalui youtube. Ada tentang edukasi, acara-acara yang diselenggarakan Hexagon City, dan yang rutin adalah breakingnews.

Kalau enggak mau ketinggalan acara terkini di Hexagon City, segera subscribe youtube chanel-nya. Setelah nonton, tinggalkan like dan komen. Karena semua itu gratis, Gaes … πŸ˜„


5. Instagram Hexagon City

Kalau yang ini, sesungguhnya sudah aku follow lama. Bahkan, sebelum perkuliahan Bunda Produktif dimulai. 

Jalan-jalan ke akun instagram Hexagon City, kita akan disambut dengan berita-berita singkat tentang kegiatan di Hexagon City.

Yuklah, kamu udah follow, belom? 😁


Selain jalan-jalan ke fasilitas kota, pekan ini, aku mendapat raport dari leader co-house ArtaCraft, yaitu Mbak Arin. Beberapa pekan yang lalu, Mardika dan Teh Erni sudah sedikit membocorkan tentang rapot ini. Namun, ketika mendapatkannya pagi tadi, rasanya tetep terkejut dan happy banget.

Membaca report dari Mbak Arin membuatku sangat amat terharu. Sebagai co-house leader, Mbak Arin membaca semua jurnal yang sudah dibuat warganya. Masya Allah banget, ya …

Selain mendapat raport, para warga juga diberi kesempatan untuk memberikan aliran rasa kepada co-house leader. Bagiku, Mbak Arin benar-benar leader yang sangat bertanggung jawab. Saat sedang hamil dan segala hal yang mengikuti, beliau tetap menjalankan tugasnya dengan sangat baik.

Terima kasih banyak, Mbak Arin πŸ˜™


Kegiatan co-housing semakin sibuk dengan persiapan awal produksi. Rencananya akan mulai cetak kain. Bismillah. Semoga dimudahkan.

Ohiya, Jumat sore, jajaran city leader dalam format lebih lengkap, mendatangi co-house ArtaCraft. Sayangnya, aku ada agenda yang berbarengan. Jadi, hanya mengikuti obrolan setelah beliau-beliau pulang.


Merah Itu Aku

Jogja, 27 November 2021



Continue reading Jurnal Zona E Pekan ke-2

Thursday, November 25, 2021

Selamat Hari Guru

Selamat Hari Guru, untuk semua Bapak dan Ibu Guru di seluruh Nusantara. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan dapat menjadi pahala yang terus mengalir. Aamiin ...



Setiap tanggal 25 November, diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Sebenarnya, aku baru merasakan peringatan Hari Guru, sejak anak-anakku bersekolah. Pada hari tersebut, biasanya mereka diliburkan. 

Saat aku sekolah dulu, rasa-rasanya tidak pernah mengalami libur di Hari Guru. Usut punya usut, ternyata Hari Guru baru ditetapkan tahun 1994. Dan memang, tidak pernah diperingati secara khusus ketika aku sekolah dulu.

Hari ini, aku begitu terharu mengikuti acara live streaming peringatan Hari Guru di sekolah Kakak-Kakak. Meskipun murid-murid diliburkan, ternyata para ustaz dan ustazah tetap datang ke sekolah. Ada acara yang diselenggarakan murid kelas 4 beserta para wali, berupa persembahan bagi para ustaz dan ustazah.

Bagian paling mengharukan adalah saat para murid memberikan souvenir untuk ustaz dan ustazah. Ah, aku memang mudah tersentuh 😭❤.

Seharusnya, kegiatan menonton live streaming itu merupakan tugas anak-anak kala libur. Kenapa jadinya justru aku yang nonton, sih? 😌

Membahas tentang guru, aku selalu terngiang kalimat, "Guru iku digugu lan ditiru."

Digugu artinya dipercaya. 

Ditiru artinya diikuti.

Guru adalah sosok yang kata-katanya dipercaya dan tingkah lakunya diikuti.

Tumbuh besar di lingkungan keluarga yang kebanyakan guru, membuatku memiliki cita-cita menjadi seperti mereka. 

Ibu merupakan seorang guru agama Sekolah Dasar. Beberapa tahun sebelum pensiun, beliau menjadi pengawas.

Ketiga adik kandung Ibu, berprofesi sebagai guru SD. Bahkan, para suami mereka pun tidak jauh-jauh berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Ada dua adik Embah Putri dari Ibu, yang menjadi dosen. 

Seingatku, adik Embah Putri dari Bapak pun, ada yang menjadi guru. Bahkan, kami memanggilnya dengan sebutan Mbah Guru. Mungkin karena profesi sebagai guru begitu mulia di mata masyarakat sana.

Benar-benar, aku sudah dikelilingi para guru sejak kecil. Tak heran jika menjadi guru, sudah menjadi cita-citaku. Ketika teman-teman lain bercita-cita sebagai dokter, aku tidak menginginkannya. Duniaku tidak dekat dengan profesi tersebut.

Namun, belum juga menapaki jalan, impian itu kandas. Atau mungkin, aku yang kurang gigih. Kemudian, aku justru terdampar menjadi apoteker. Meskipun itu tidak jauh dari profesi Mbah Buyut yang seorang peracik jamu tradisional.

Bagiku, guru merupakan profesi yang sangat mulia. Mengajarkan kebaikan kepada anak-anak, yang bahkan tidak memiliki ikatan darah dengan mereka.

Aku sempat terheran-heran ketika ada berita tentang orang tua yang menuntut guru karena mendapat laporan dari sang anak, bahwa ada guru yang bertindak tegas padanya. Si orang tua itu marah dan tidak terima.

Coba saja jika hal tersebut terjadi saat aku kecil dulu. Melapor kepada orang tua dimarahi guru di sekolah? Yang akan didapat, justru kemarahan tambahan dari orang tua kepada diri ini. Ah, jangan berani-berani.

Guru memang seseorang yang harus kita hormati. Mereka begitu ikhlas mengajari murid-muridnya. Kadang, mereka tidak menghitung, berapa gajinya dibandingkan dengan waktu bekerja.

Kesederhanaan guru begitu melekat. Dibesarkan di lingkungan guru, memudahkanku belajar tentang kesederhanaan. 

Ngomong-ngomong tentang guru, ada hal yang sungguh menggelitik. Menurut beberapa murid, wajah Ibu tidak pernah berubah sejak mengajar mereka SD, hingga sekarang, sudah beranak cucu. Sepertinya, berinteraksi dengan anak-anak memang membuat awet muda, ya 😁.

Sehat-sehat terus ya, Bapak dan Ibu Guru ... jasa kalian sungguh tiada tara ❤❤❤.



Merah Itu Aku

Jogja, 25 November 2021


Continue reading Selamat Hari Guru

Wednesday, November 24, 2021

Non-Scale Victories

Dalam sebuah perjalanan diet, non-scale victories ini penting, lho ... Apa sih, non-scale victories?

Berdasarkan pemantauan, non-scale victories, bisa diartikan sebagai pencapaian yang tidak dapat diukur dengan alat. 

Sumber: Google


Kebanyakan dari kita, menganggap bahwa penurunan atau kenaikan angka pada timbangan menjadi tolak ukur keberhasilan program diet atau olahraga. Begitu pula dengan pengurangan atau penambahan lingkar tubuh.

Sudahlah, ini bukan tentang berapa persen lemak tubuh, berapa usia sel, berapa lingkar perut, paha, ataupun lengan. Bukan tentang itu.

Karena sesungguhnya, tidak semua keberhasilan dari suatu program, dapat diukur menggunakan alat berupa angka-angka pasti. Ada banyak hal yang dapat kita lihat. Inilah yang disebut sebagai non-scale victories.

Sumber: Google


Setelah lebih dari dua bulan mengikuti program diet tanpa pantangan, berikut ini non-scale victories aku:

1. Melatih habit baik

Sejak memutuskan istiqomah dalam menjalankan hidup sehat, ada kebiasaan-kebiasaan baik yang aku lakukan setiap harinya.

- Rajin olahraga

Sebelumnya, aku udah lumayan rajin olahraga sih. Tapi jenisnya suka-suka dan tidak terprogram. Setelah mengikuti kelas, aku lebih disiplin dan teratur dalam menjalankan olahraga.

Program workout yang sudah disusun sedemikian rupa, membuatku merasa lebih kuat dengan cara yang tidak membosankan.


- Disiplin makan

Bukan disiplin dalam konteks yang menakutkan dan menegangkan. Setelah mendapat ilmu tentang kalori, aku jadi rajin menghitung kalori masuk.

Kenapa sih repot-repot ngitung makanan? 

Karena aku belum mampu menghitung secara manual. Dan memang cara ini sangat efektif untuk mencukupkan kebutuhan kalori harian. Dengan menghitung, aku jadi dapat lebih mengontrol asupan yang masuk ke dalam tubuh. Tidak berlebih, tetapi juga tidak kekurangan. Pas.

Aku juga sudah mulai disiplin dalam makan sesuai jadwal.

Terbukti, hal ini dapat menghindarkan dari ngemil berlebihan. Dengan mematuhi jadwal tersebut, sebelum merasa lapar, kita sudah tiba pada jam makan selanjutnya.

Ini adalah jadwal makan harianku:

Sarapan 07.00 - 09.00

Camilan pagi 10.00

Makan siang 12.00 - 14.00

Camilan sore 16.00

Makan malam 18.00 - 20.00


Peningkatan yang aku lakukan dalam hal makan adalah menuju makanan sehat. Aku mulai mengurangi memasak menggunakan minyak, seperti gorengan dan kawan-kawan. 

Dengan berbagai macam godaan makanan yang menerpa, aku bisa mengapresiasi diri karena cukup hebat dalam menahan keinginan. Seperti halnya berbelanja, dalam hal makan, kita juga harus bisa memilah mana yang masuk sebagai keinginan dan kebutuhan.


- Rajin minum

Setiap orang, memiliki kebutuhan air minum yang berbeda. Berdasarkan berat badan, aku membutuhkan minum, minimal 2.7 liter per hari.

Sejak menyetorkan laporan jumlah air minum yang dikonsumsi setiap hari, aku jadi lebih tertantang untuk minum dengan jumlah yang sesuai dengan target.

Tak mengapa jika saat ini, aku melakukan karena tantangan. Semoga, aku akan terbiasa.


2. Lebih berbahagia

Hormon yang dihasilkan tubuh setelah berolahraga adalah endorfin yang merupakan hormon kebahagiaan. Tak heran ketika kita selesai berolahraga, rasa bahagia itu meningkat.

Bahagia itu, kita sendiri yang menentukan. Kita tidak bisa menggunakan standar orang lain untuk mengukur kebahagiaan kita.

Bahagiaku adalah ketika bisa menaklukkan tantangan workout pada hari itu. Tantangannya bukan hanya jumlah set yang dapat aku lakukan, tetapi lebih kepada seberapa konsisten dapat workout setiap hari.


3. Lebih percaya diri

Kebahagiaan itu akan memancarkan percaya diri. Tidak usah menunggu body goal untuk bisa tampil percaya diri. 


4. Mendapat banyak teman perjuangan

Berkumpul dengan orang-orang yang memiliki visi dan misi sama memang sangat menyenangkan. Kami dapat saling menyemangati dan juga introspeksi diri.

Bentuk lain dari rezeki adalah teman-teman baik yang ada di sekeliling kita.


5. Ilmu kesehatan dan kebugaran dari Coach maupun teman sekelas

Dalam obrolan yang random, seringkali terselip ilmu-ilmu baru yang dapat menambah pengetahuan perdietan dan kebugaran.

Selain itu, kami juga mendapat ilmu seputar kebugaran dari Coach. Sejauh ini, banyak sekali ilmu-ilmu penunjang yang dapat mendukung program yang sedang aku jalankan.


Merah Itu Aku

Jogja, 24 November 2021



Continue reading Non-Scale Victories

Sunday, November 21, 2021

Jurnal Zona 4E

Dua pekan ini, kami berada di zona 4E (Easy, Enjoy, Excellent, Earn). Kami diminta untuk menuliskan aktivitas yang selama ini dilakukan sebagai Hexagonia. Baik untuk diri sendiri, maupun co-house, terkait dengan project passion.

Masuk ke zona 4E, bukan berarti berhenti menjalankan habit yang sudah dibuat pada zona sebelumnya. Habit adalah kebiasaan baik yang harus dilakukan terus menerus. Sebagai crafter, aku selalu melakukan sesuatu yang berhubungan dengan crafting setiap hari. Baik yang berhubungan dengan project passion co-house, maupun terkait passion pribadi.

Jika menilik dari yang dilakukan, maka aku masuk yang identity based habit. Semoga memang benar begitu, ya 😁.

Sebelum melangkah lebih lanjut, aku melakukan check in. Saat check in, aku kembali merenung, apakah yang dilakukan selama menjadi Hexagonia, sudah benar-benar sejalan dengan passion yang aku ambil? Atau justru semakin jauh?

Bagaimana perasaanmu?

- Galau. Entahlah, semakin ke sini, aku makin merasa jauh dari apa yang ingin aku capai. Satu sisi, aku berkomitmen untuk melakukan project passion co-house. Namun, sisi yang lain, hal tersebut agak jauh dari yang aku bayangkan sebelumnya. 

Aku memutuskan untuk melanjutkan project passion co-house, dengan melatih habit baik sebagai crafter dan menjalankan tanggung jawab sebagai warga co-house.


Untuk ice breaker, ada beberapa pertanyaan yang aku jawab:

1. Sejak menjadi warga Hexagon City, kegiatan rutin apa yang baru darimu?

Berdiskusi project passion di wag.


2. Coba sebutkan tetangga yang paling berkesan di co-housing-mu?

Mbak Siti. Beliau yang paling bersemangat dan menularkan kepada tetangga.


3. Hal apa yang paling challenging yang kamu temukan dalam project passion ini?

Banyaknya macam produk yang direncanakan untuk diproduksi. Karena kemampuanku sebatas crafting, aku ambil bagian yang kecil-kecil saja.

Di sini, kadang aku merasa sebagai penghambat. 


4.  Siapakah tetangga favoritmu?

Semua favorit πŸ˜†.


5. Habit apa yang paling kamu sukai saat ini?

Membuat scrunchie πŸ˜‚.


Nah, sekarang kita masuk pada jurnal yang terkait dengan 4E.



Aktivitasku sebagai Hexagonia:

1. Mengikuti diskusi dalam FBG Bunda Produktif -- Easy

2. Mengikuti diskusi co-housing ArtaCraft -- Enjoy


Aktivitas prioritas untuk tim:

1. Menjahit masker -- Earn

2. Menjahit aksesoris -- Earn

3. Copywriting -- Enjoy


Aku memilih copywriting sebagai prioritas. Akan tetapi, aku juga akan tetap mendukung produksi.

Semua aktivitas yang aku jalankan, tidak ada yang kuberi label excellent. Karena memang belum merasa sampai seperti itu 😁.


Kami juga melakukan brainstorming terkait aktivitas yang dilakukan masing-masing warga.


Aktivitas kami, dibagi menjadi 3 action.

Action 1 (Fokus pada desain)

Desain: 

Gambar icon: Novi, Reni, Ayu

Printing: Novi


Action 2 (Fokus pada produksi)

Menjahit baju: Siti

Menjahit topi: Arin, Indy

Menjahit pouch/ masker kain: Arin, Indy, Firda

Menjahit slingbag: Indy

Menjahit aksesoris: Ais, Ayu, Riska, Firda


Action 3 (Fokus pada pemasaran)

Free class: (diselenggarakan sebagai awalan pengenalan produk)

- Fasilitator : Novi (Textile Printing), Reni (Seamless Pattern)

- Moderator : Ayu, Riska

Marketing:

- Flyer: Reni

- Copywriting: Firda

- Admin PO: Arin

- Bendahara: Ais


Banyak dari kami yang memutuskan untuk double, triple, maupun multijob. Meskipun demikian, kami tetap memutuskan untuk fokus pada satu aktivitas. Misalnya, aku yang akan fokus di action 3, tetapi tetap terlibat dalam produksi di action 2.





Dari ketiga aktivitas tersebut, ada yang kami sepakati sebagai aktivitas yang kami butuhkan, tetapi belum kami miliki. Meskipun justru aktivitas itu yang menjadi fokus untuk kukerjakan.



Merah Itu Aku

Jogja, 21 November 2021






Continue reading Jurnal Zona 4E

Tuesday, November 16, 2021

Drama Korea 2021

Hai ... hai ...

Kalau ada yang menyangka bahwa aku akan me-review drakor-drakor sepanjang tahun 2021, Anda salah 😁. Ya iyalah ... aku baru nonton satu drakor di tahun ini. Mmm ... dua sih, kalau Full House yang aku tonton ulang, masuk hitungan. Atau tiga, dengan Hometown Chachacha yang baru aku tonton 1 episode.

Ngomong-ngomong tentang Full House, ya, aku baru selesai nonton ulang 16 episode beberapa hari yang lalu. Ceritanya, aku lagi lihat-lihat film di Vidio, sebelum akhirnya menemukan bahwa ada drakor di sana. 

Mataku langsung tertuju pada Full House. Dulu, aku nonton drakor itu, tentu saja akibat diracuni oleh Mr. Right. Aku tonton ulang karena kayak-kayaknya, aku kurang inget dengan ceritanya. Hihi ... penting, ya ... padahal 16 episode, Buk ...

Untuk Hometown Chachaca, aku diajakin nonton bareng Mr. Right. Mungkin dia penasaran karena drakor itu masuk dalam jajaran yang banyak ditonton. Namun, baru 1 episode, rasa-rasanya butuh alasan yang kuat untuk meneruskannya.

Nah, aku mau cerita tentang drakor yang baru aja aku tamatkan dengan maraton delapan episode dalam semalam. My Name.

Sumber: Google


Alasan aku nonton

Jelas saja, yang pertama adalah diracuni Mr. Right. 

Alasan yang kedua, jumlah episodenya cuma delapan 😁.

Biasanya, aku nonton drakor itu karena pemainnya ganteng dan cantik versi aku. Pemain di My Name, engga ada yang aku banget. Kalau bukan karena Mr. Right, drakor ini jelas bukan pilihan yang akan kutonton.

(Dih, biasanya ... kayak yang aku rajin nonton drakor aja πŸ˜†.)

Awalnya, dia tanya-tanya ke aku, udah nonton atau belom. Tentu saja belum. Tau drakor itu aja engga, pada saat itu.

Ternyata, malam itu juga, dia nonton tanpa mengajakku. Sampai episode keempat, barulah kami nonton bareng. Selama nonton, aku bertanya-tanya karena belum nonton gimana awalnya dan memang engga cari sinopsisnya. Sowry, aku no spoiler spoiler club, ya ...

Nonton loncat tiga episode memang sesuatu banget. Beneran engga nyambung dan mengganggu karena jadi banyak tanya.

Besokannya, aku belum lanjut nonton. Mr. Right pulang malam dan aku males nonton sendirian. Beberapa malam selanjutnya, waktu aku ajakin Mr. Right nonton, ternyata dia udah kelar dong.

Ih, aku benar-benar merasa dikhianati. Aku pun ngambek beberapa malam enggak tergerak buat nonton.

Barulah kemaren malam, aku selesaikan secara maraton delapan episode. Sendirian.

Gosah nanya siapa aja pemainnya. Aku engga hafal πŸ˜†.


Bagus ga?

Karena no spoiler spoiler club, aku engga akan kasih tahu ceritanya di sini 😁.

Menurut penilaian orang yang engga terlalu suka drakor, aku cukup puas dengan ceritanya. Meskipun ada beberapa cerita yang aku sesali.

My Name, memang masuk genre action yang lumayan sadis. Banyak banget adegan berantem yang begitu jelas diperlihatkan. Darah ada di mana-mana dan kesadisan-kesadisan lain.

Karena itu, tidak disarankan menonton di siang hari, ketika anak-anak berpotensi menonton secara tidak sengaja.

Untuk ceritanya, banyak banget kejutan-kejutan. Plot twist-nya dapet. Bener-bener dipelintir ke sana ke mari. Aku merasa dipermainkan 😌. 

Justru itu yang membuat penilaianku terhadap My Name, cukup memuaskan.

Sampai menjelang episode terakhir, barulah misteri-misteri yang ada, mulai terkuak satu per satu.


Apakah setelah nonton My Name, aku akan meneruskan Hometown Chachaca?

Belum tahu. Sampai saat ini, aku belum tergerak buat nerusin nonton. Entah esok atau lusa πŸ˜†.


Sekian cerita tentang menonton My Name, sebagai drakor baru yang aku tonton pertama kali di tahun 2021.

Kalau tahun lalu, aku nonton dua drakor, tahun ini belum keliatan hilalnya πŸ˜‚.

Yah, aku sih bakalan rajin nonton, asal ditemenin Mr. Right πŸ˜…. Haha ... dasar tidak punya pendirian. Eh, malah justru berpendirian, ya ...

Kalau kamu, udah berapa drakor yang ditonton sepanjang tahun 2021?


Merah Itu Aku

Jogja, 16 November 2021

Continue reading Drama Korea 2021

Sunday, November 7, 2021

Jurnal Zona Habit Pekan 1

Setelah libur setor jurnal pekan kemarin, akhirnya aku kembali menjurnal lagi. 

Hexagonia co-house ArtaCraft melakukan perkenalan lebih mendalam. Dari perkenalan yang dilakukan, ternyata ada beberapa yang merupakan alumni sebuah universitas negeri di Jogja. Ah, rasanya kami semakin dekat saja sebagai tetangga. Yang paling mengharukan, ternyata ada yang seangkatan sama aku loh πŸ™Œ.

Libur pekan kemarin, sebenarnya adalah untuk melakukan habit yang sudah kami pilih, dua pekan yang lalu. Aku memilih habit: Konsisten Crafting, termasuk menjahit masker sesuai pola yang sudah diberikan, sehari minimal 30 menit.



Selama dua pekan, kami semua melatih kebiasaan baik yang sudah dipilih, sesuai dengan pembagian peran yang dilakukan sebelumnya. Tentu saja, peran yang kami ambil, sesuai dengan passion masing-masing.

Habit masing-masing Hexagonia co-house ArtaCraft, akan mendukung passion project WISE (Wonderful Indonesia Signature). Masing-masing dari kami, berusaha untuk memberikan terbaik yang bisa dilakukan. 



Dalam melaksanakan habit yang aku pilih, ternyata masih mengalami kendala. Pada pekan pertama, aku fokus pada persiapan workshop macrame. Jadi, sebenarnya aku tetap melakukan crafting, hanya saja bukan merupakan hal yang mendukung project passion.

Untuk pekan kedua, aku juga masih belum menemukan ritme yang pas. Bekerja dengan mesin jahit memang memerlukan dukungan bagi orang sekitar. Karena setiap aku mulai menjahit, ada supporter yang setia berada di sampingku dan ikutan sibuk.



Mudah-mudahan, semakin hari, habit pendukung project passion yang aku lakukan lebih konsisten lagi.

Dari habit yang sudah kami pilih, kami berdiskusi menentukan milestone untuk memudahkan kami dalam melaksanakan passion project.

Kami berdiskusi dan memutuskan untuk membagi menjadi tiga milestone. Rencananya, untuk masing-masing milestone, akan dilakukan selama dua bulan.



Berikut adalah milestone passion project Wonderful Indonesia Signature dari co-house ArtaCraft:

Milestone 1

Desain 

Kami sudah mendiskusikan elemen apa saja yang akan dimasukkan ke dalam desain dan juga pemilihan warna dasar. Tim desain sudah mulai bergerak.

Produksi untuk pengenalan produk (membuat contoh produk) 

Rencananya akan menggunakan kain dengan desain yang sudah jadi. Kain dipesan dengan minimum order, atau sesuai dengan kebutuhan minimal kami.


Habit baik: 

- konsistensi belajar 

- saling urun ide untuk desain 

- atur waktu untuk praktek produksi 

- mulai membuat contoh produk (bisa dibagi-bagi siapa yang bikin contoh bucket hat, contoh masker, baju dll) 


Penghambat: 

- tidak konsisten


Solusi: 

- atur waktu lebih baik 

- saling mengingatkan 

- pekan depan bisa disetorkan contoh produk yang sudah dibuat. 


Milestone 2

Promosi 

Promosi diperlukan untuk menarik pembeli. Sepanjang masa promosi, kami akan sekaligus membuka pra pesan.

Free Class Digital Drawing & Printing 

Kegiatan workshop secara daring dilakukan sebagai salah satu bentuk promosi produk ArtaCraft.


Habit baik: 

- konsisten promosi di sosial media 

- diskusi menyusun acara workshop 

- membuat personal branding projek ArtaCraft 


Penghambat: 

- tidak berkontribusi 


Solusi:

- saling support 


 Milestone 3 

Pra produksi (pencetakan dan pemesanan kain sesuai jumlah PO) 

Setelah pemesanan ditutup, kami akan mulai order kain. Jika memungkinkan, kami bisa melakukan pemesanan kain di tengah masa PO untuk mencicil produksi.


Produksi 

Pembagian tugas sudah dilakukan pada awal perencanaan project passion. Jadi, jika ada perubahan, pasti tidak terlalu signifikan.


Penjualan 

Setelah semua pesanan jadi, kami akan mengirimkan secara serentak.


Habit baik: 

- pembagian tugas produksi 

- menyelesaikan tugas sesuai jadwal 


Penghambat:

- tidak bisa membagi waktu dengan baik 

- ketidakselarasan waktu penyelesaian tugas antar anggota team 


Solusi: 

- pembagian tugas produk yang jelas dan deadline produksi (siapa yang bikin baju siapa yang bikin masker dll) 

- koordinasi yang baik


Milestone yang sudah kami susun, sejatinya menuju pada goal project passion co-house ArtaCraft, Wonderful Indonesia Signature, yaitu:

- mencipta produk

- konsumen puas dan nyaman dengan produk

- pemesanan berulang

- produk bisa meluas dan menebar manfaat tidak hanya di Hexagonia tapi juga ke luar Hexagonia.

Diskusi dalam co-house, dilakukan melalui whatsapp group. Awalnya akan digunakan zoom, tetapi ada beberapa Hexagonia yang tidak bisa mengikuti, termasuk aku. Alhamdulillah, aku tidak banyak ketinggalan karena bisa mengikuti meskipun terlambat.


Merah Itu Aku

Jogja, 7 November 2021



Continue reading Jurnal Zona Habit Pekan 1

Sunday, October 31, 2021

Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan

Dalam percakapan sehari-hari, biasanya kita lebih banyak menggunakan bahasa daerah. Apalagi jika kedua orang yang sedang berkomunikasi tersebut berasal dari daerah yang sama. Kalau pun berbahasa Indonesia, maka akan ada beberapa bahasa daerah yang turut dimasukkan ke dalam percakapan.

Beberapa hari yang lalu, aku tergelitik dengan pembahasan di Kelas Literasi Ibu Profesional tentang acara literasi yang diadakan di sebuah kota. Meskipun aku tidak ikut menanggapi pembahasan tersebut, tetapi cukup membuat kepikiran. 

Duh, maafkan aku yang masih sering ketinggalan pembahasan di grup dan bingung mau menanggapi dari sebelah mana.

Wah, kalau di sebuah kota di Jawa Barat memasukkan bahasa Sunda dalam percakapannya, apakah di kota lain dengan bahasa daerah tertentu, juga akan memasukkan bahasa daerahnya? Ini dalam konteks acara besar, ya, bukan sekadar kumpul arisan. 

Jawabannya, tentu saja iya. Pasti kita sering menemui acara, di mana pembicaranya memasukkan bahasa daerah dalam pidatonya. Bahkan mungkin, kita sendiri yang menggunakannya.

Mungkin, dengan menyisipkan kata dalam bahasa daerah, akan lebih akrab dan dapat diterima oleh pemirsa.

Tak lama berselang, aku pun menghadapi sebuah acara yang cukup besar, di mana aku menjadi salah satu narasumbernya. Hal tersebut tentu saja membuatku banyak berbicara. Entah saat memaparkan materi, atau pun menjawab pertanyaan dari peserta.

Berbahasa Indonesia secara lisan memang cukup menantang. Menurutku, dalam tulisan, penggunaan bahasa baku lebih bisa diterima pembaca. Berbeda dengan bahasa lisan. Selain terdengar aneh, ada kalanya bahasa yang baik dan benar, justru tidak dimengerti oleh pendengar. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah dapat menjadi solusi agar komunikasi mudah dipahami.



Kesulitan berbahasa Indonesia dalam bentuk lisan, bukan hanya dialami oleh pendengar. Namun, bagi pembicara pun, hal tersebut cukup menantang. Seperti yang terjadi padaku saat menjelaskan langkah-langkah dalam membuat ikatan makram di sebuah acara. Aku sempat bingung menggunakan kata 'menekuk' pada kalimat '... menekuk tali sama panjang.' Apakah kata menekuk dapat diganti dengan 'melipat'?

Padahal, setelah aku cek di KBBI, kata menekuk merupakan kata baku dan memang digunakan untuk tali. Kenapa saat itu aku merasa ragu? Ya, karena orang-orang tampak aneh saat mendengarku mengucapkannya. Jika menulis, kita dapat mengecek KBBI saat ragu. Namun, dalam bahasa lisan, hanya mengandalkan ingatan dan rasa percaya diri saja. Haha ...

Kadang, kekayaan bahasa daerah tidak dapat digantikan dengan bahasa Indonesia. Akan tetapi, bahasa tersebut belum masuk dalam KBBI sebagai bahasa serapan. Sedangkan bahasa tersebut jauh lebih populer dibanding bahasa baku. Duh, pelik banget, ya ... sepelik tata bahasa yang aku gunakan dalam menjelaskannya. Atau sepelik perasaan wanita? 😌

Menilik kejadian yang kerap kali terjadi, penting bagi kita, para penulis yang lebih dahulu memahami tata bahasa, agar memopulerkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Apa yang bisa kita lakukan?

1. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika menulis pesan. Kalau bisa, gunakan huruf miring pada kata asing atau serapan bahasa daerah. Termasuk juga cara penulisan sesuai PEUBI.

2. Hindari menyingkat kata dalam menulis pesan. Biasakan menulis dengan kata yang utuh.

3. Baca ulang pesan sebelum dikirim untuk menghindari salah ketik.

4. Sebisa mungkin, gunakan bahasa lisan yang baku saat berbicara dengan teman atau anak. Mungkin pada awalnya terdengar aneh. Akan tetapi, sesuatu yang baik memang perlu dibiasakan agar terbiasa, bukan?

5. Bergaul akrab dengan KBBI dan PEUBI agar kita terbiasa. 


Semoga dengan beberapa tips di atas, kita dapat lebih menyebarluaskan penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan sekitar.

Bahasa tulisan dan lisanku pun masih belum sempurna, tetapi aku berusaha untuk terus belajar. 

Jika bukan kita, siapa lagi. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?


Merah Itu Aku

Jogja, 31 Oktober 2021



Continue reading Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan

Friday, October 29, 2021

Tantangan SaGuSaKa

Akhir September, aku melihat ada info tantangan menulis di akun instagram @ruang_nulis. Memang sepanjang bulan September, aku mengikuti September Menulis yang diselenggaran oleh @ruang_nulis. Jadi, aku cukup rajin memantau feed-nya.

Belum juga selesai mengikuti September Menulis, aku tertantang untuk mendaftar SaGuSaKa (Satu Minggu, Satu Karya). Event yang diselenggarakan @ruang_nulis ini, berlangsung selama bulan Oktober. 

Seperti namanya, SaGuSaKa merupakan event menulis dengan menghasilkan karya setiap minggu. Cukup menantang, kan?

Ternyata, SaGuSaKa sudah dilaksanakan sebanyak tiga kali. Bulan Oktober 2020, bulan Maret 2021, dan yang sekarang. Alhamdulillah, aku banyak belajar dri event ini.

Hal paling menantang dari SaGuSaKa adalah, tidak semua nsakah yang masuk, bisa terpilih. Misalnya pada tantangan minggu pertama, hanya 50 naskah yang terpilih. Jadi, jika semua naskah kita lolos, ada empat buku antologi yang bisa kita dapat. Menggiurkan banget kan? Tentu saja juga menantang. Cocok banget buat yang menyukai tantangan.

Tantangan yang diberikan pada event ini juga nggak kaleng-kaleng. Minggu pertama, kami ditantang menulis kisah yang renyah, dengan tema kukis. Ada syarat dan ketentuan yang harus diikuti. Dari jumlah kata, ukuran halaman, margin, jenis dan ukuran huruf, judul, serta bionarasi. Baiknya, pihak penyelenggara memberikan template word untuk memudahkan peserta dalam menulis. Biar gampang, memang lebih aman pakai template yang sudah dikasih.

Alhamdulillah, naskah minggu pertamaku lolos.

Minggu kedua, tema rumah sakit dan kami harus memilih tokoh utama sebagai tenaga kesehatan. Ada beberapa jenis profesi yang ditawarkan. Masing-masing profesi hanya boleh diisi oleh beberapa orang saja. Dengan nekat, aku pilih apoteker. 

Sebagai apoteker, aku justru belum pernah membuat cerita tentang profesi ini. Pertama kali menuliskan tokoh utama seorang apoteker, aku agak gamang. Bener kayak gini, ga, yah? Khawatir aja kalau nggak logis. Hihi ... kan memalukan ya ...

Keuntungannya, aku nggak perlu banyak-banyak riset tentang profesi yang aku pilih itu. Cukup membayangkan teman-teman apoteker yang kerja di rumah sakit. 

Asli sih, sebenarnya aku merasa kurang percaya diri bakalan lolos. Peserta yang lain nampak sudah lebih berpengalaman karena pernah mengikuti SaGuSaKa sebelumnya. 

Alhamdulillah, naskahku di tantangan kedua juga lolos. Udah ketar ketir aja bawaannya setiap hari Kamis. Karena pengumuman naskah lolos dilakukan di hari itu.

Tantangan ketiga semakin challenging saja. Kami diberi tiga kondisi untuk dijadikan cerita. Dua di antaranya amat sangat sungguh fantasi sekali. Aku belum punya pengalaman menulis fantasi. Tadinya pengen mencoba untuk menuliskannya. Namun, saat aku konsultasi pada Mr. Right, dia pilihkan kondisi yang tidak fantasi. 

Kondisi yang dipilihkan itu sebenernya bergenre thriller. Memang nggak fantasi, tetapi dalam imajinasiku, bermain-main cerita psikopat sadis. Meskipun saat eksekusi, aku nggak sampai memberi kesan itu. Hanya akhir yang mengajak pembaca untuk menentukan akhirnya bagaimana.

Alhamdulillah lagi, naskahku di tantangan minggu ketiga juga lolos.

Tantangan minggu keempat, sebagai penutup, kami diminta menulis berpasangan. Padahal aku nggak kenal satu pun peserta yang lain. Aku sempat menghubungi dua orang di grup dan ditolaknya. Haha ... penolakan pertama karena beliau sudah ada pasangan, sedangkan yang kedua karena ternyata sudah menyerah.

Namanya jodoh memang tidak bisa kita ketahui dari mana datangnya. Aku justru menemukan pasangan menulisku di grup finisher September Menulis. Haha ... karena grup SaGuSaKa dikunci setelah arahan mencari pasangan, ternyata pesertanya menempuh jalan ninja cari pasangan di grup sebelah. 

Untuk tantangan terakhir ini, belum ada pengumuman. Naskah aja belom disubmit πŸ˜‚. Pengumuman hari Kamis depan.

Apa pun hasilnya, mari kita syukuri. Karena proses yang sudah kita lalui di SaGuSaKa sungguh mengayakan.

Aku yang biasanya mengikuti event nulis bareng, merasakan jantung yang berdegup kencang setiap membaca tantangan dan pengumuman naskah lolos. 

Semoga semuanya semangat sampai akhir, ya ... dengan menyetorkan naskah, sebenarnya kita sudah menjadi pemenang bagi diri sendiri.


Merah Itu Aku

Jogja, 29 September 2021

Continue reading Tantangan SaGuSaKa

Thursday, October 28, 2021

Komunikasi Keluarga

Sebenarnya, materi tentang komunikasi, sudah pernah aku dapatkan pada perkuliahan Bunda Sayang. Komunikasi produktif. Namun, dalam perjalanan, kita memang butuh untuk diingatkan kembali. Apalagi, jika nyatanya, komunikasi produktif belum sepenuhnya bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh nyata adalah aku. Meskipun sudah beberapa kali mendapat kuliah komunikasi produktif, tetapi masih juga mengalami tantangan dalam menyampaikan suatu pesan pada anak-anak. Yang kemudian terjadi adalah, kami berdua sama-sama kesal karena maksud dan tujuan tidak tercapai.

Pentingnya mengulang kuliah tentang komunikasi, aku seperti diingatkan kembali dengan lembut. Lakukan ini, lho! 

Iya ... iya ... praktik memang tidak semudah teori yang ada. Aifilyu ...

Aku sudah jungkir balik dan koprol-koprol untuk menahan amarah, menahan tangis, menahan segala rasa yang kadang bikin aku ingin teriak. Cukup! Aku mau berhenti. Se-ka-rang!

Tantangan yang aku hadapi adalah anak yang menjelang remaja. Enggak mau dibilang masih kecil, tetapi belum besar juga. Angkat topi buat Buibu yang sudah melewati masa-masa ini.

Beberapa pekan yang lalu, kami berbicara dari ke hati. Aku dan anak sulung. Malam hari, saat dia berusia 11 tahun. Setelah dia mengungkapkan kekecewaan terhadapku.

Kak, Bunda masih perlu banyak belajar menghadapi Kakak. Kakak adalah anak pertama yang mengajarkan Bunda mengenai banyak hal. 

Wajar kalau Kakak merasa bahwa Bunda banyak kekurangan. Wajar juga jika kadang Kakak merasa kecewa. Kakak enggak pernah memilih untuk berada di keluarga ini. Mungkin Kakak pernah terpikir untuk bertukar keluarga dengan yang lain. 

Bunda dan Ayah yang berdoa, minta ke Allah untuk menghadirkan Kakak di keluarga ini. Jadi, Bunda dan Ayah akan selalu berusaha menjadi orang tua yang baik untuk Kakak.

Kakak sudah ditakdirkan ada di keluarga ini. Jadi, bantu Bunda, ya ....

Rasanya lega sudah mengungkapkannya. Meskipun keesokan harinya, kami kembali berbeda pendapat. Namun, paling tidak, aku sudah mengungkapkannya.

Membahas tentang komunikasi, beberapa pekan belakangan, aku mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Acara diselenggarakan oleh berbagai komunitas yang peduli pada ilmu pengasuhan.

Komunikasi yang diberikan adalah komunikasi keluarga. Jadi, kami belajar tentang komunikasi dengan suami dan juga dengan anak-anak.

Ada beberapa insight yang aku dapat tentang komunikasi.

1. I-messages

Ini aku dapatkan dari komunitas Rangkul. Seperti me-review kembali pelajaran di Bunda Sayang.

Ketika berbicara, ungkapakan dulu apa yang kita inginkan atau rasakan. Baru kemudian, kita sampaikan apa yang kita harapkan darinya.


2. Pahami perasaan

Kalau ini lebih kepada komunikasi terhadap anak. Kita harus memahami apa yang sedang dirasakan oleh anak. Ajak juga agar mereka mengetahui apa yang sedang mereka rasakan.

Misalnya: "Adek lagi sedih?" Atau "Adek marah?"

Tanyakan hal-hal seperti itu agar anak memahami perasaan yang sedang melanda.

Begitu pula dengan kita. Ketika  sedang marah, coba tanya diri sendiri. Sebenarnya kita memang marah? Kecewa? Sedih? Atau lapar? 😁.

Serius, banyak orang yang mendadak 'senggol bacok' hanya karena sedang lapar. Jika memang merasa lapar, maka makanlah dulu. Baru kalibrasi kembali rasa pada diri.


3. Perbedaan komunikasi perempuan dan laki-laki



Ini aku dapatkan dari acara SAMBER (sharing member) di Kampung Komunitas Nagari. Narasumbernya adalah Mbak Tantri, Ibu dari empat orang anak laki-laki. Iya, lebih challenging ke mana-mana 🀭.

Seperti kita tahu, perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang berbeda. Tidak selalu, tetapi secara keilmuan, begitulah adanya.

Ada beberapa poin yang mau aku bagikan:

Laki-laki lebih peka terhadap arah. Peremouan tidak.

Ini pernah banget kejadian. Aku yang membuat Mr. Right tersesat gara-gara salah menyebutkan kanan dan kiri. Iya, kanan-kiri banget. Belum tentang utara, barat, selatan, atau timur. Oke, tidak semua perempuan separah aku. Namun, kebanyakan memang laki-laki lebih jago untuk urusan arah.

Ada hal baru yang aku dapat. Ternyata, laki-laki akan merasa tercabik-cabik harga dirinya, kalau perempuan minta dia tanya arah ke orang lain. Kecuali kalau ide itu muncul dari laki-laki itu sendiri.

Haha ... oke siap.


Laki-laki bertindak atas dasar logika. Perempuan lebih mengedepankan perasaan.

Laki-laki lebih memilih menyendiri jika ada masalah. Perempuan cenderung untuk bercerita jika ada masalah.

Laki-laki cenderung memberi solusi. Perempuan hanya ingin didengarkan.

Ini rombongan banget. Intinya tentang rasa.

Ya ... gimana, ya ... meskipun udah sering dibahas, tetep aja dalam kenyataan tidak semudah itu menerima.

Yang perlu kita lakukan adalah, stop baper dan katakan apa yang kita inginkan. Enggak usah lah pake kode-kode yang akan berakhir dengan 404 not found. Atau ngambek-ngambek biar diperhatiin. Enggak akan mempan.


Laki-laki fokus pada satu hal. Perempuan bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu.

Jadi, ya, Buibu, kalau suami atau anaknya lagi nonton tivi dan kita mau panggil, tepuk bahunya biar mereka menyadari keberadaan kita.

Sering, sih, aku merasakan kesel karena manggil anak-anak atau Mr. Right sekali pun, berkali-kali tetapi masih dicuekin. Mereka itu emang ga denger. Karena fokus mereka adalah nonton tivi. Bukannya cuek, mereka memang begitu.

Hal ini juga mengingatkanku untuk memberi instruksi satu per satu pada para lelaki. Minta mereka menyelesaikan satu pekerjaan, baru beri yang lainnya. 

Percakapan yang sering terjadi:

Aku: "Ayo, bangun, salat, mandi, siap-siap sekolah. Jangan lupa sarapan."

Anak: gegoleran di tempat tidur. 

Saat kita kesel dan ngomel, dia bilang, "Sebenernya Bunda nyuruh yang mana sih?"

Rasanya pengen garuk-garuk tembok. Iya ... iya ... aku yang salah ... 😭

Kalau seharusnya, sebagai perempuan satu-satunya di rumah, aku menjadi Mrs. Always Right, tetapi kenyataannya adalah aku selalu salah πŸ˜†


Jangkauan pandangan laki-laki sempit.

Nah, ini adalah jawaban dari kenapa anak-anakku dan Mr. Right kalau nyari barang-barang sering enggak ketemu dan mengambil jalan ninja dengan memanggilku untuk mencarikan.

Bukan karena mereka malas atau manja. Namun, mereka memang enggak mampu buat meluaskan pandangan. 

Pernah ga sih, kalian wahai para ibu ditanya tentang keberadaan benda yang ada di depan mata pria? Ya, mereka emang enggak ngliat itu. Sabar ya, Buibu ... (sambil pukpuk diri sendiri).

Sebenernya, ini bisa diatasi dengan mengembalikkan barang-barang kembali ke tempat semula. Akan tetapi, meminta mereka melakukan ini juga sama susahnya. 

Yuk, usaha, yuk πŸ˜ͺ

Membahas komunikasi memang selalu seru. Apalagi tentang komunikasi lintas gender. Lucu tapi ngeselin πŸ˜†.


Merah Itu Aku

Jogja, 28 Oktober 2021




Continue reading Komunikasi Keluarga

Monday, October 25, 2021

Jurnal Zona Karakter Hexagonia (1)

Pekan ini, kami mendapatkan materi tentang karakter. Dari penjelasan dari Bu Septi, aku mendapat insight bahwa karakter akan memberikan perbedaan warga Hexagonia dengan warga yang lain.

Ada tiga karakter moral yang harus dimiliki oleh warga Hexagonia, yaitu moral knowing (mengetahui), moral feeling (merasakan), dan moral action (menjalankan). 

Ketiga karakter moral tersebut saling berhubungan, hingga terciptanya nilai-nilai kebajikan.

Kami memilih karakter apa yang akan didalami dan dipegang untuk mendampingi passion. Karakter tersebut bukan hanya untuk kemajuan diri sendiri, tetapi juga memiliki pengaruh bagi project passion yang telah direncanakan oleh co-house.



Karakter yang aku pilih adalah TEKUN.

Tekun, menurut KBBI artinya rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Saya memilih karakter tekun agar dapat menguatkan diri untuk bergandengan tangan dengan Hexagonia dalam co-house ArtaCraft untuk mencapai goal yang telah kami susun. Bismillah, semoga saya selalu konsisten dan berkomitmen untuk memegang teguh karakter ini hingga goal kami tercapai dan untuk selamanya 😊.



Masing-masing Hexagonia memilih karakter yang sesuai dengan diri sendiri. Berikut adalah karakter yang telah dipilih Hexagonia dari co-house ArtaCraft.

1. Mbak Siti : Spirit 

2. Mbak Novi : Focus 

3. Mba Indy : Empathy 

4. Aku : Tekun 

5. Mbak Riska dan Mbak Ais : Responsibility 

6. Mba Reni : Kooperatif 

7. Mbak Arin : Disiplin 

8. Mbak Ayu : Sabar


Kami memilih secara sadar dan sesuai dengan diri kami. Ada alasan di setiap pemilihan karakter tersebut. Masing-masing sudah menuliskannya pada tempat yang sudah disediakan oleh tim formula. 

Insya Allah, dengan delapan karakter yang telah kami pilih masing-masing ini, dapat semakin menguatkan project passion yang telah kami rencanakan.

Awalnya memang aku agak meraba-raba karena project passion yang diambil, bukan sesuatu yang biasa aku lakukan. Agak lega karena ternyata, yang merasakan hal tersebut bukan hanya aku. 

Sebenarnya, aku jadi khawatir akan menghambat project passion yang sudah direncanakan. Setelah berdiskusi, aku mulai berani ambil peran dalam project kami.

Bismillah, semoga Allah mudahkan semua rencana kami. Aamiin ....


Untuk menunjang project passion co-house ArtaCraft, ada beberapa karakter yang sudah kami diskusikan dan diharapkan dapat semakin menguatkan kami semua.



Karakter yang mendukung kemajuan passion co-house ArtaCraft:

1. Tanggung jawab 

2. Semangat 

3. Tepat waktu 

4. Sabar 

5. Jujur 

6. Inisiatif 

7. Focus (fokus) 

8. Empathy (Empati) 

9. Comunication (komunikasi) 

10. Disiplin 

11. On time (Tepat waktu) 

12. Tekun 

13. Kooperatif 


Karakter yang menghambat (Delays

1. Santai 

2. Menunda waktu 

3. Tidak kooperatif 

4. Tidak konsisten dan komitmen 

5. Silent reader 

6. Tidak komunikatif 


Karakter yang bisa menghentikan (Risiko)

1. Suka menyalahkan 

2. Mudah menyerah/pesimis 

3. Tidak bertanggung jawab 

4. Tidak kompak 

5. Tidak melakukan perencanaan 


Goals 

- mencipta produk 

- konsumen puas dan nyaman dengan produk 

- pemesanan berulang 

- produk bisa meluas dan menebar manfaat tidak hanya di Hexagonia tapi juga ke luar Hexagonia



Pada pekan ini, kami juga mendapat kunjungan dari Ibu Walikota beserta jajaran City Leader. Kami berdiskusi tentang project passion yang sedang direncanakan untuk beberapa bulan ke depan. 

Walaupun hanya tiga puluh menit, tetapi rasanya sangat bahagia karena mendapat perhatian dari Ibu Walikota dan jajaran City Leader. Beneran macam rakyat yang ketemu pemimpin. Menambah seru kehidupan di Hexagon City.


Merah Itu Aku

Jogja, 25 Oktober 2021


Continue reading Jurnal Zona Karakter Hexagonia (1)

Monday, October 18, 2021

Jurnal Zona Passion Hexagonia

Pekan lalu, kami semua mendapat materi tentang passion dari founding mother yaitu Ibu Septi Wulandani. Beliau menjelaskan tentang bagaimana membuat passion canvas yang akan memudahkan kami dalam menggali kekuatan dan kelemahan terkait passion.

Ada dua aktivitas yang kami lakukan, yaitu menggali passion terkait diri sendiri dan membuat project bersama co-house berdasarkan passion canvas yang telah kami buat secara pribadi.

PASSION CANVAS


Passion 
Kami hanya diperbolehkan memilih satu saja. Sebenarnya, passion ini sudah kami pilih ketika awal mendaftar kuliah Bunda Produktif. Jadi, aku tidak galau menentukan. Untuk passion, aku pilih crafting.

Life stage passion
Tahapan passion ada bermacam-macam. Bisa dilihat berdasarkan usia, tetapi tidak mutlak. Lebih pada melihat ke dalam diri sendiri. Sudah sampai tahap mana, kita berjalan bersama passion.
Aku agak berpikir, apakah aku masih tahap belajar, atau mulai membawa kepada bisnis? Nampaknya, untuk saat ini, aku mulai berpikir membawa passion ke arah bisnis. Jadilah aku memasukkan passion for bussines pada life stage passion.

Hard skill
Merupakan kemampuan yang sudah dan ingin dikuasai. Ada beberapa ketrampilan yang menunjang passion crafting-ku yaitu macrame, menjahit, merajut, dan menyulam. Semua kemampuan ini aku peroleh dengan otodidak dan pelatihan yang diselenggarakan oleh komunitas. Untuk kursus ketrampilan tersebut, belum pernah aku lakukan.

Soft skill
Kemampuan ini merupakan penunjang dalam menjalankan passion.
Aku merasa kurang dalam ketrampilan berkomunikasi dan public speaking. Jadi, aku akan memperbanyak praktik.

Tantangan
Tantangan yang aku hadapi dalam menjalankan passion selama ini:
1. Kurang berani dalam memasarkan produk. Selama ini, aku masih made by order untuk kalangan terbatas.
Karena keterbatasan tenaga, aku agak khawatir jika ada pesanan dalam jumlah banyak dan tidak bisa memenuhi target. Hal tersebut agak menghambat kemajuanku sih, hanya saja, aku berusaha mengukur kemampuan diri sendiri.
Kadang, aku merasa lebih aman ketika membuat sesuatu sesuai dengan permintaan. 
Mungkin karena aku terkendala dengan tempat display juga. Jadi, kalau ada kerajinan buatanku yang belum dipinang, aku bingung mau menyimpan di mana.

2. Sulit mencari tempat pelatihan macrame. Selama ini terbatas pada pencarian mandiri, pelatihan singkat bersama komunitas, dan belajar secara otodidak.


Solusi
1. Mencari pasar yang sesuai dan meningkatkan skill berjualan.
Menambah kecepatan produksi, bisa juga menjadi solusi. Dengan begitu, aku akan lebih percaya diri dalam memasatkan dan menerima pesanan.

2. Sharing dengan para pembuat macrame untuk meningkatkan ketrampilan.


Ide
Membuat workshop untuk berbagi ilmu dan menawarkan produk.
Aku mempunyai keinginan untuk memberi pelatihan macrame sekaligus menjual bahan-bahan pembuatan macrame, sekaligus memasarkan hasil karya yang sudah kubuat. Aku berpikir bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa disebarkan kepada orang lain.

 

PROJECT PASSION CO-HOUSE ARTACRAFT
Co-house ArtaCraft terdiri dari gabungan dua passion, yaitu craft dan art. Kami merencanakan untuk membuat desain sendiri, yang dilakukan oleh Hexagonia dengan passion art, dan eksekusi produk oleh Hexagonia dengan passion craft.

Dari diskusi yang dilakukan, kami sepakat untuk membuat project dengan nama Wonderland Indonesia Signature. Produk yang kami buat adalah OOTD (Outfit of The Day) yang meliputi masker, bucket hat, sling bag, pouch, dan baju.

Dalam menentukan produk apa saja yang nantinya akan dieksekusi, kami menyebarkan angket untuk mengetahui produk mana yang paling diinginkan.

Untuk desain, rencananya akan dibuat pattern yang berisi ciri khas dan keunikan budaya Indonesia. Saat diskusi, sudah ada beberapa contoh yang sekiranya cocok dengan rencana kami.

Kami berencana menawarkan outfit dengan harga terjangkau. Jika dilihat di pasaran, outfit dengan desain khusus, dibandrol dengan harga yang lumayan membuat geleng-geleng kepala.

Semoga project kami dapat menjadi solusi bagi para perempuan untuk tampil unik dan cantik, dengan harga terjangkau.






Project passion ini kami presentasikan di FB messenger group Custer Eureka. Bahagia sekali ketika mendapat sambutan hangat dari Hexagonia Cluster.


Merah Itu Aku

Jogja, 18 Oktober 2021


Continue reading Jurnal Zona Passion Hexagonia