Thursday, May 23, 2024

Reviu Buku Ancika - Pidi Baiq

Jujur saja, aku baca buku ini by ujug-ujug. Nggak ada rencana dan terkesan impulsive

Awalnya, aku liat Instagram Netflix yang baru saja menayangkan Posesif. Film yang dibintangi oleh Putri Marino dan Jefri Nichol. Tanpa pikir panjang, aku nonton ini sampe abis. Karena udah lama nggak marathon nonton, kayaknya kalau berhenti di satu film aja agak kurang, akhirnya aku melanjutkan nonton Ancika, yang merupakan film baru juga yang tayang di Netflix.

Ketika nonton, aku baru tau kalau Ancika merupakan lanjutan dari kisah Dilan.

Sudah bisa dipastikan, abis nonton Ancika, aku jadi tertarik baca bukunya.

Biasanya aku lebih milih baca buku daripada menonton filmnya. Selain karena merusak imajinasi tentang para tokoh, biasanya film yang diadaptasi dari buku, kurang maksimal dalam penceritaan. Yah, film memang terbatas oleh waktu. Dan aku pribadi, merasa kurang puas. Apalagi jika bukunya bagus, tapi filmnya kureng.

Aku punya buku Dilan 1990, Dilan 1991, dan juga Milea. Merasa kecolongan karena baru tau ada buku keempat, Ancika. Aku baca dalam bentuk e-book karena sudah terlalu pengen baca setelah selesai nonton filmnya.

Menurutku, filmnya kurang oke karena beberapa pemain yang ada di film sebelumnya berganti. Seperti pemain Dilan dan Milea.

Kalau yang jadi Dilan agak mirip meski berasa jadi versi lebih dewasa dan berisi. Sedangkan yang jadi Milea, beuh, jauh banget bedanya. Aku nilai beda, ya, bukan membandingkan kecantikan atau kegantengan para tokoh.


Spoiler Alert‼️

Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995

Pidi Baiq
Digitalisasi: Rakata
Diterbitkan oleh Pastel Book
PT. Mizan Pustaka
291 halaman

Ancika, seorang siswa SMA yang tinggal di Bandung. Dia berwajah manis dan sedikit tomboi. 

Buku ini menggunakan point of view 1, dengan Ancika sebagai pencerita.

Menggunakan latar tahun 1995, Dilan sudah menjadi mahasiswa di ITB dan tidak lagi menjadi anggota genk motor.

Ancika merupakan kekasih Dilan setelah Milea.

Jika jadi Ancika, aku pasti tidak bisa menghapus bayang Milea selama hidup bersama Dilan. Pasti akan aku ungkit setiap bertengkar dengan Dilan. Bagaimana mungkin Milea diceritakan dalam 3 buku, sedangkan Ancika hanya 1 buku. Aku nggak bisa digituin 😌.

Yah, untungnya, aku bukan Ancika. Dan kisahku tidak ada mirip-miripnya dengan Ancika.

Ada bagian yang mengganjal saat membaca buku ini. Penggambaran waktu yang sangat mengganggu. Bagaimana mungkin, pada tanggal 2 Oktober 1998, mereka membicarakan tentang rencana untuk menikah, tetapi pernikahan terjadi pada pertengahan 1998?

Sumber: Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995


Masa, sih, bisa-bisanya begini?


Akhirnya, aku baca ulang kembali. Kemudian aku berasumsi, mungkin pembukaan pada bab menikah itu, hanya menjelaskan tentang awal mula krisis moneter, bukan waktu pernikahan.

Dan berimbas pada pernikahan yang mereka langsungkan di tahun berikutnya.


Sumber: Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995



Akan tetapi, ada bagian yang menceritakan bahwa setelah lamaran, Dilan ditangkap bersama beberapa mahasiswa karena dianggap lantang menentang pemerintah pada saat itu. Bukankah itu terjadi pada awal tahun 1998?

Atau mungkin, lamaran terjadi tahun 1997?

Ah, sudahlah.


Seperti tiga serial Dilan sebelumnya, cerita di buku ini membuat aku sedikit bernostalgia dengan masa lalu. Sebagai anak yang beranjak remaja di tahun tersebut, aku bisa membayangkan bagaimana kondisi saat itu. 

Akan tetapi, aku tidak berniat untuk melengkapi 3 buku serial Dilan dengan Ancika. Cukup saja dibaca dalam bentuk e-book.


Jika ditanya, bagusan mana buku dengan filmnya, tentu aku pilih bukunya. Bukan karena filmnya tidak layak tonton, tetapi banyak cerita yang terlewatkan. Seperti yang aku tuliskan di awal bahwa kekurangan film yang diadaptasi dari buku adalah durasi yang terbatas.



Merah Itu Aku,

Jogja, 22 Mei 2024


0 comments:

Post a Comment