Beberapa pekan yang lalu, aku menyelesaikan buku A Good Girl’s Guide to Murder atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Panduan Membunuh dari Anak Baik-Baik. Buku ini ditulis oleh Holly Jackson.
Aku tertarik membaca buku ini karena membaca tautan yang dikirim Mbak Alfi di Whatsapp Group KLIP. Ada sebuah challenge yang diadakan oleh Gramedia. Aku tidak berminat ikut, tapi kemudian penasaran dengan bukunya. Bagiku, judulnya terlalu panjang. Jika melihat di toko buku saja, rasanya aku tak akan tertarik membacanya.
Saat membeli buku ini secara daring, aku sedang menyelesaikan buku lain. Jadi, aku tidak berharap bukunya segera datang. Eh, ternyata kilat sekali, pagi hari aku pesan, siangnya sudah diantar ke rumah. Khawatir tergoda langsung membaca, aku memutuskan untuk menunda unboxing paket hingga menyelesaikan buku yang sedang aku baca.
Buku yang menurutku, judulnya nggak banget ini, ternyata bikin aku nggak bisa berhenti membaca. Aku sampai menahan diri untuk mencari tahu ataupun membaca ulasan buku ini sebelum selesai membacanya. Tidak rela jika mendapat spoiler. Mengurangi kenikmatan dalam membaca.
A Good Girl’s Guide to Murder (Panduan Membunuh dari Anak Baik-Baik)
Holly Jackson
Gramedia Pustaka Umum
480 hamalan
Rating usia: 17+
Buku ini menceritakan seorang anak SMA bernama Pippa Fitz-Amobi yang sedang mengerjakan proyek sekolah. Dia tertarik pada kejadian pembunuhan yang terjadi di daerah tempat tinggalnya untuk dijadikan bahan proyek tersebut.
Kasus yang terjadi lima tahun yang lalu sudah ditutup. Pembunuh Andie Bell yang tidak pernah ditemukan tubuhnya adalah Sal Singh, kekasihnya.
Sal Singh ditemukan bunuh diri di sebuah hutan dengan surat pengakuan.
Semua orang percaya bahwa Sal Singh adalah pelakunya. Namun, tidak dengan Pip. Dia yakin bahwa pelaku sebenarnya masih berkeliaran.
Banyak plot twist yang disajikan dalam buku ini.
Satu per satu kebenaran terkuak. Bagaimana Pip menghadapi berbagai teror yang datang menghadang?
Cerita Pip membuatku berpikiran liar tentang kejadian pembunuhan yang sedang viral belakangan ini.
Bagaimana jika kejadian sebenarnya tidak seperti yang sudah diyakini banyak orang selama delapan tahun ini?
Bagaimana jika pelaku sebenarnya belum tertangkap? Atau malah belum terungkap?
Ada banyak asumsi aneh yang berputar di kepalaku.
Tampaknya kita membutuhkan orang seperti Pip untuk menyelesaikan kasusnya.
Merah Itu Aku
Jogja, 31 Mei 2024