Sunday, October 31, 2021

Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan

Dalam percakapan sehari-hari, biasanya kita lebih banyak menggunakan bahasa daerah. Apalagi jika kedua orang yang sedang berkomunikasi tersebut berasal dari daerah yang sama. Kalau pun berbahasa Indonesia, maka akan ada beberapa bahasa daerah yang turut dimasukkan ke dalam percakapan.

Beberapa hari yang lalu, aku tergelitik dengan pembahasan di Kelas Literasi Ibu Profesional tentang acara literasi yang diadakan di sebuah kota. Meskipun aku tidak ikut menanggapi pembahasan tersebut, tetapi cukup membuat kepikiran. 

Duh, maafkan aku yang masih sering ketinggalan pembahasan di grup dan bingung mau menanggapi dari sebelah mana.

Wah, kalau di sebuah kota di Jawa Barat memasukkan bahasa Sunda dalam percakapannya, apakah di kota lain dengan bahasa daerah tertentu, juga akan memasukkan bahasa daerahnya? Ini dalam konteks acara besar, ya, bukan sekadar kumpul arisan. 

Jawabannya, tentu saja iya. Pasti kita sering menemui acara, di mana pembicaranya memasukkan bahasa daerah dalam pidatonya. Bahkan mungkin, kita sendiri yang menggunakannya.

Mungkin, dengan menyisipkan kata dalam bahasa daerah, akan lebih akrab dan dapat diterima oleh pemirsa.

Tak lama berselang, aku pun menghadapi sebuah acara yang cukup besar, di mana aku menjadi salah satu narasumbernya. Hal tersebut tentu saja membuatku banyak berbicara. Entah saat memaparkan materi, atau pun menjawab pertanyaan dari peserta.

Berbahasa Indonesia secara lisan memang cukup menantang. Menurutku, dalam tulisan, penggunaan bahasa baku lebih bisa diterima pembaca. Berbeda dengan bahasa lisan. Selain terdengar aneh, ada kalanya bahasa yang baik dan benar, justru tidak dimengerti oleh pendengar. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah dapat menjadi solusi agar komunikasi mudah dipahami.



Kesulitan berbahasa Indonesia dalam bentuk lisan, bukan hanya dialami oleh pendengar. Namun, bagi pembicara pun, hal tersebut cukup menantang. Seperti yang terjadi padaku saat menjelaskan langkah-langkah dalam membuat ikatan makram di sebuah acara. Aku sempat bingung menggunakan kata 'menekuk' pada kalimat '... menekuk tali sama panjang.' Apakah kata menekuk dapat diganti dengan 'melipat'?

Padahal, setelah aku cek di KBBI, kata menekuk merupakan kata baku dan memang digunakan untuk tali. Kenapa saat itu aku merasa ragu? Ya, karena orang-orang tampak aneh saat mendengarku mengucapkannya. Jika menulis, kita dapat mengecek KBBI saat ragu. Namun, dalam bahasa lisan, hanya mengandalkan ingatan dan rasa percaya diri saja. Haha ...

Kadang, kekayaan bahasa daerah tidak dapat digantikan dengan bahasa Indonesia. Akan tetapi, bahasa tersebut belum masuk dalam KBBI sebagai bahasa serapan. Sedangkan bahasa tersebut jauh lebih populer dibanding bahasa baku. Duh, pelik banget, ya ... sepelik tata bahasa yang aku gunakan dalam menjelaskannya. Atau sepelik perasaan wanita? 😌

Menilik kejadian yang kerap kali terjadi, penting bagi kita, para penulis yang lebih dahulu memahami tata bahasa, agar memopulerkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Apa yang bisa kita lakukan?

1. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika menulis pesan. Kalau bisa, gunakan huruf miring pada kata asing atau serapan bahasa daerah. Termasuk juga cara penulisan sesuai PEUBI.

2. Hindari menyingkat kata dalam menulis pesan. Biasakan menulis dengan kata yang utuh.

3. Baca ulang pesan sebelum dikirim untuk menghindari salah ketik.

4. Sebisa mungkin, gunakan bahasa lisan yang baku saat berbicara dengan teman atau anak. Mungkin pada awalnya terdengar aneh. Akan tetapi, sesuatu yang baik memang perlu dibiasakan agar terbiasa, bukan?

5. Bergaul akrab dengan KBBI dan PEUBI agar kita terbiasa. 


Semoga dengan beberapa tips di atas, kita dapat lebih menyebarluaskan penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan sekitar.

Bahasa tulisan dan lisanku pun masih belum sempurna, tetapi aku berusaha untuk terus belajar. 

Jika bukan kita, siapa lagi. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?


Merah Itu Aku

Jogja, 31 Oktober 2021



Continue reading Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan

Friday, October 29, 2021

Tantangan SaGuSaKa

Akhir September, aku melihat ada info tantangan menulis di akun instagram @ruang_nulis. Memang sepanjang bulan September, aku mengikuti September Menulis yang diselenggaran oleh @ruang_nulis. Jadi, aku cukup rajin memantau feed-nya.

Belum juga selesai mengikuti September Menulis, aku tertantang untuk mendaftar SaGuSaKa (Satu Minggu, Satu Karya). Event yang diselenggarakan @ruang_nulis ini, berlangsung selama bulan Oktober. 

Seperti namanya, SaGuSaKa merupakan event menulis dengan menghasilkan karya setiap minggu. Cukup menantang, kan?

Ternyata, SaGuSaKa sudah dilaksanakan sebanyak tiga kali. Bulan Oktober 2020, bulan Maret 2021, dan yang sekarang. Alhamdulillah, aku banyak belajar dri event ini.

Hal paling menantang dari SaGuSaKa adalah, tidak semua nsakah yang masuk, bisa terpilih. Misalnya pada tantangan minggu pertama, hanya 50 naskah yang terpilih. Jadi, jika semua naskah kita lolos, ada empat buku antologi yang bisa kita dapat. Menggiurkan banget kan? Tentu saja juga menantang. Cocok banget buat yang menyukai tantangan.

Tantangan yang diberikan pada event ini juga nggak kaleng-kaleng. Minggu pertama, kami ditantang menulis kisah yang renyah, dengan tema kukis. Ada syarat dan ketentuan yang harus diikuti. Dari jumlah kata, ukuran halaman, margin, jenis dan ukuran huruf, judul, serta bionarasi. Baiknya, pihak penyelenggara memberikan template word untuk memudahkan peserta dalam menulis. Biar gampang, memang lebih aman pakai template yang sudah dikasih.

Alhamdulillah, naskah minggu pertamaku lolos.

Minggu kedua, tema rumah sakit dan kami harus memilih tokoh utama sebagai tenaga kesehatan. Ada beberapa jenis profesi yang ditawarkan. Masing-masing profesi hanya boleh diisi oleh beberapa orang saja. Dengan nekat, aku pilih apoteker. 

Sebagai apoteker, aku justru belum pernah membuat cerita tentang profesi ini. Pertama kali menuliskan tokoh utama seorang apoteker, aku agak gamang. Bener kayak gini, ga, yah? Khawatir aja kalau nggak logis. Hihi ... kan memalukan ya ...

Keuntungannya, aku nggak perlu banyak-banyak riset tentang profesi yang aku pilih itu. Cukup membayangkan teman-teman apoteker yang kerja di rumah sakit. 

Asli sih, sebenarnya aku merasa kurang percaya diri bakalan lolos. Peserta yang lain nampak sudah lebih berpengalaman karena pernah mengikuti SaGuSaKa sebelumnya. 

Alhamdulillah, naskahku di tantangan kedua juga lolos. Udah ketar ketir aja bawaannya setiap hari Kamis. Karena pengumuman naskah lolos dilakukan di hari itu.

Tantangan ketiga semakin challenging saja. Kami diberi tiga kondisi untuk dijadikan cerita. Dua di antaranya amat sangat sungguh fantasi sekali. Aku belum punya pengalaman menulis fantasi. Tadinya pengen mencoba untuk menuliskannya. Namun, saat aku konsultasi pada Mr. Right, dia pilihkan kondisi yang tidak fantasi. 

Kondisi yang dipilihkan itu sebenernya bergenre thriller. Memang nggak fantasi, tetapi dalam imajinasiku, bermain-main cerita psikopat sadis. Meskipun saat eksekusi, aku nggak sampai memberi kesan itu. Hanya akhir yang mengajak pembaca untuk menentukan akhirnya bagaimana.

Alhamdulillah lagi, naskahku di tantangan minggu ketiga juga lolos.

Tantangan minggu keempat, sebagai penutup, kami diminta menulis berpasangan. Padahal aku nggak kenal satu pun peserta yang lain. Aku sempat menghubungi dua orang di grup dan ditolaknya. Haha ... penolakan pertama karena beliau sudah ada pasangan, sedangkan yang kedua karena ternyata sudah menyerah.

Namanya jodoh memang tidak bisa kita ketahui dari mana datangnya. Aku justru menemukan pasangan menulisku di grup finisher September Menulis. Haha ... karena grup SaGuSaKa dikunci setelah arahan mencari pasangan, ternyata pesertanya menempuh jalan ninja cari pasangan di grup sebelah. 

Untuk tantangan terakhir ini, belum ada pengumuman. Naskah aja belom disubmit 😂. Pengumuman hari Kamis depan.

Apa pun hasilnya, mari kita syukuri. Karena proses yang sudah kita lalui di SaGuSaKa sungguh mengayakan.

Aku yang biasanya mengikuti event nulis bareng, merasakan jantung yang berdegup kencang setiap membaca tantangan dan pengumuman naskah lolos. 

Semoga semuanya semangat sampai akhir, ya ... dengan menyetorkan naskah, sebenarnya kita sudah menjadi pemenang bagi diri sendiri.


Merah Itu Aku

Jogja, 29 September 2021

Continue reading Tantangan SaGuSaKa

Thursday, October 28, 2021

Komunikasi Keluarga

Sebenarnya, materi tentang komunikasi, sudah pernah aku dapatkan pada perkuliahan Bunda Sayang. Komunikasi produktif. Namun, dalam perjalanan, kita memang butuh untuk diingatkan kembali. Apalagi, jika nyatanya, komunikasi produktif belum sepenuhnya bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh nyata adalah aku. Meskipun sudah beberapa kali mendapat kuliah komunikasi produktif, tetapi masih juga mengalami tantangan dalam menyampaikan suatu pesan pada anak-anak. Yang kemudian terjadi adalah, kami berdua sama-sama kesal karena maksud dan tujuan tidak tercapai.

Pentingnya mengulang kuliah tentang komunikasi, aku seperti diingatkan kembali dengan lembut. Lakukan ini, lho! 

Iya ... iya ... praktik memang tidak semudah teori yang ada. Aifilyu ...

Aku sudah jungkir balik dan koprol-koprol untuk menahan amarah, menahan tangis, menahan segala rasa yang kadang bikin aku ingin teriak. Cukup! Aku mau berhenti. Se-ka-rang!

Tantangan yang aku hadapi adalah anak yang menjelang remaja. Enggak mau dibilang masih kecil, tetapi belum besar juga. Angkat topi buat Buibu yang sudah melewati masa-masa ini.

Beberapa pekan yang lalu, kami berbicara dari ke hati. Aku dan anak sulung. Malam hari, saat dia berusia 11 tahun. Setelah dia mengungkapkan kekecewaan terhadapku.

Kak, Bunda masih perlu banyak belajar menghadapi Kakak. Kakak adalah anak pertama yang mengajarkan Bunda mengenai banyak hal. 

Wajar kalau Kakak merasa bahwa Bunda banyak kekurangan. Wajar juga jika kadang Kakak merasa kecewa. Kakak enggak pernah memilih untuk berada di keluarga ini. Mungkin Kakak pernah terpikir untuk bertukar keluarga dengan yang lain. 

Bunda dan Ayah yang berdoa, minta ke Allah untuk menghadirkan Kakak di keluarga ini. Jadi, Bunda dan Ayah akan selalu berusaha menjadi orang tua yang baik untuk Kakak.

Kakak sudah ditakdirkan ada di keluarga ini. Jadi, bantu Bunda, ya ....

Rasanya lega sudah mengungkapkannya. Meskipun keesokan harinya, kami kembali berbeda pendapat. Namun, paling tidak, aku sudah mengungkapkannya.

Membahas tentang komunikasi, beberapa pekan belakangan, aku mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Acara diselenggarakan oleh berbagai komunitas yang peduli pada ilmu pengasuhan.

Komunikasi yang diberikan adalah komunikasi keluarga. Jadi, kami belajar tentang komunikasi dengan suami dan juga dengan anak-anak.

Ada beberapa insight yang aku dapat tentang komunikasi.

1. I-messages

Ini aku dapatkan dari komunitas Rangkul. Seperti me-review kembali pelajaran di Bunda Sayang.

Ketika berbicara, ungkapakan dulu apa yang kita inginkan atau rasakan. Baru kemudian, kita sampaikan apa yang kita harapkan darinya.


2. Pahami perasaan

Kalau ini lebih kepada komunikasi terhadap anak. Kita harus memahami apa yang sedang dirasakan oleh anak. Ajak juga agar mereka mengetahui apa yang sedang mereka rasakan.

Misalnya: "Adek lagi sedih?" Atau "Adek marah?"

Tanyakan hal-hal seperti itu agar anak memahami perasaan yang sedang melanda.

Begitu pula dengan kita. Ketika  sedang marah, coba tanya diri sendiri. Sebenarnya kita memang marah? Kecewa? Sedih? Atau lapar? 😁.

Serius, banyak orang yang mendadak 'senggol bacok' hanya karena sedang lapar. Jika memang merasa lapar, maka makanlah dulu. Baru kalibrasi kembali rasa pada diri.


3. Perbedaan komunikasi perempuan dan laki-laki



Ini aku dapatkan dari acara SAMBER (sharing member) di Kampung Komunitas Nagari. Narasumbernya adalah Mbak Tantri, Ibu dari empat orang anak laki-laki. Iya, lebih challenging ke mana-mana 🤭.

Seperti kita tahu, perempuan dan laki-laki memiliki kecenderungan yang berbeda. Tidak selalu, tetapi secara keilmuan, begitulah adanya.

Ada beberapa poin yang mau aku bagikan:

Laki-laki lebih peka terhadap arah. Peremouan tidak.

Ini pernah banget kejadian. Aku yang membuat Mr. Right tersesat gara-gara salah menyebutkan kanan dan kiri. Iya, kanan-kiri banget. Belum tentang utara, barat, selatan, atau timur. Oke, tidak semua perempuan separah aku. Namun, kebanyakan memang laki-laki lebih jago untuk urusan arah.

Ada hal baru yang aku dapat. Ternyata, laki-laki akan merasa tercabik-cabik harga dirinya, kalau perempuan minta dia tanya arah ke orang lain. Kecuali kalau ide itu muncul dari laki-laki itu sendiri.

Haha ... oke siap.


Laki-laki bertindak atas dasar logika. Perempuan lebih mengedepankan perasaan.

Laki-laki lebih memilih menyendiri jika ada masalah. Perempuan cenderung untuk bercerita jika ada masalah.

Laki-laki cenderung memberi solusi. Perempuan hanya ingin didengarkan.

Ini rombongan banget. Intinya tentang rasa.

Ya ... gimana, ya ... meskipun udah sering dibahas, tetep aja dalam kenyataan tidak semudah itu menerima.

Yang perlu kita lakukan adalah, stop baper dan katakan apa yang kita inginkan. Enggak usah lah pake kode-kode yang akan berakhir dengan 404 not found. Atau ngambek-ngambek biar diperhatiin. Enggak akan mempan.


Laki-laki fokus pada satu hal. Perempuan bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu.

Jadi, ya, Buibu, kalau suami atau anaknya lagi nonton tivi dan kita mau panggil, tepuk bahunya biar mereka menyadari keberadaan kita.

Sering, sih, aku merasakan kesel karena manggil anak-anak atau Mr. Right sekali pun, berkali-kali tetapi masih dicuekin. Mereka itu emang ga denger. Karena fokus mereka adalah nonton tivi. Bukannya cuek, mereka memang begitu.

Hal ini juga mengingatkanku untuk memberi instruksi satu per satu pada para lelaki. Minta mereka menyelesaikan satu pekerjaan, baru beri yang lainnya. 

Percakapan yang sering terjadi:

Aku: "Ayo, bangun, salat, mandi, siap-siap sekolah. Jangan lupa sarapan."

Anak: gegoleran di tempat tidur. 

Saat kita kesel dan ngomel, dia bilang, "Sebenernya Bunda nyuruh yang mana sih?"

Rasanya pengen garuk-garuk tembok. Iya ... iya ... aku yang salah ... 😭

Kalau seharusnya, sebagai perempuan satu-satunya di rumah, aku menjadi Mrs. Always Right, tetapi kenyataannya adalah aku selalu salah 😆


Jangkauan pandangan laki-laki sempit.

Nah, ini adalah jawaban dari kenapa anak-anakku dan Mr. Right kalau nyari barang-barang sering enggak ketemu dan mengambil jalan ninja dengan memanggilku untuk mencarikan.

Bukan karena mereka malas atau manja. Namun, mereka memang enggak mampu buat meluaskan pandangan. 

Pernah ga sih, kalian wahai para ibu ditanya tentang keberadaan benda yang ada di depan mata pria? Ya, mereka emang enggak ngliat itu. Sabar ya, Buibu ... (sambil pukpuk diri sendiri).

Sebenernya, ini bisa diatasi dengan mengembalikkan barang-barang kembali ke tempat semula. Akan tetapi, meminta mereka melakukan ini juga sama susahnya. 

Yuk, usaha, yuk 😪

Membahas komunikasi memang selalu seru. Apalagi tentang komunikasi lintas gender. Lucu tapi ngeselin 😆.


Merah Itu Aku

Jogja, 28 Oktober 2021




Continue reading Komunikasi Keluarga

Monday, October 25, 2021

Jurnal Zona Karakter Hexagonia (1)

Pekan ini, kami mendapatkan materi tentang karakter. Dari penjelasan dari Bu Septi, aku mendapat insight bahwa karakter akan memberikan perbedaan warga Hexagonia dengan warga yang lain.

Ada tiga karakter moral yang harus dimiliki oleh warga Hexagonia, yaitu moral knowing (mengetahui), moral feeling (merasakan), dan moral action (menjalankan). 

Ketiga karakter moral tersebut saling berhubungan, hingga terciptanya nilai-nilai kebajikan.

Kami memilih karakter apa yang akan didalami dan dipegang untuk mendampingi passion. Karakter tersebut bukan hanya untuk kemajuan diri sendiri, tetapi juga memiliki pengaruh bagi project passion yang telah direncanakan oleh co-house.



Karakter yang aku pilih adalah TEKUN.

Tekun, menurut KBBI artinya rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Saya memilih karakter tekun agar dapat menguatkan diri untuk bergandengan tangan dengan Hexagonia dalam co-house ArtaCraft untuk mencapai goal yang telah kami susun. Bismillah, semoga saya selalu konsisten dan berkomitmen untuk memegang teguh karakter ini hingga goal kami tercapai dan untuk selamanya 😊.



Masing-masing Hexagonia memilih karakter yang sesuai dengan diri sendiri. Berikut adalah karakter yang telah dipilih Hexagonia dari co-house ArtaCraft.

1. Mbak Siti : Spirit 

2. Mbak Novi : Focus 

3. Mba Indy : Empathy 

4. Aku : Tekun 

5. Mbak Riska dan Mbak Ais : Responsibility 

6. Mba Reni : Kooperatif 

7. Mbak Arin : Disiplin 

8. Mbak Ayu : Sabar


Kami memilih secara sadar dan sesuai dengan diri kami. Ada alasan di setiap pemilihan karakter tersebut. Masing-masing sudah menuliskannya pada tempat yang sudah disediakan oleh tim formula. 

Insya Allah, dengan delapan karakter yang telah kami pilih masing-masing ini, dapat semakin menguatkan project passion yang telah kami rencanakan.

Awalnya memang aku agak meraba-raba karena project passion yang diambil, bukan sesuatu yang biasa aku lakukan. Agak lega karena ternyata, yang merasakan hal tersebut bukan hanya aku. 

Sebenarnya, aku jadi khawatir akan menghambat project passion yang sudah direncanakan. Setelah berdiskusi, aku mulai berani ambil peran dalam project kami.

Bismillah, semoga Allah mudahkan semua rencana kami. Aamiin ....


Untuk menunjang project passion co-house ArtaCraft, ada beberapa karakter yang sudah kami diskusikan dan diharapkan dapat semakin menguatkan kami semua.



Karakter yang mendukung kemajuan passion co-house ArtaCraft:

1. Tanggung jawab 

2. Semangat 

3. Tepat waktu 

4. Sabar 

5. Jujur 

6. Inisiatif 

7. Focus (fokus) 

8. Empathy (Empati) 

9. Comunication (komunikasi) 

10. Disiplin 

11. On time (Tepat waktu) 

12. Tekun 

13. Kooperatif 


Karakter yang menghambat (Delays

1. Santai 

2. Menunda waktu 

3. Tidak kooperatif 

4. Tidak konsisten dan komitmen 

5. Silent reader 

6. Tidak komunikatif 


Karakter yang bisa menghentikan (Risiko)

1. Suka menyalahkan 

2. Mudah menyerah/pesimis 

3. Tidak bertanggung jawab 

4. Tidak kompak 

5. Tidak melakukan perencanaan 


Goals 

- mencipta produk 

- konsumen puas dan nyaman dengan produk 

- pemesanan berulang 

- produk bisa meluas dan menebar manfaat tidak hanya di Hexagonia tapi juga ke luar Hexagonia



Pada pekan ini, kami juga mendapat kunjungan dari Ibu Walikota beserta jajaran City Leader. Kami berdiskusi tentang project passion yang sedang direncanakan untuk beberapa bulan ke depan. 

Walaupun hanya tiga puluh menit, tetapi rasanya sangat bahagia karena mendapat perhatian dari Ibu Walikota dan jajaran City Leader. Beneran macam rakyat yang ketemu pemimpin. Menambah seru kehidupan di Hexagon City.


Merah Itu Aku

Jogja, 25 Oktober 2021


Continue reading Jurnal Zona Karakter Hexagonia (1)

Monday, October 18, 2021

Jurnal Zona Passion Hexagonia

Pekan lalu, kami semua mendapat materi tentang passion dari founding mother yaitu Ibu Septi Wulandani. Beliau menjelaskan tentang bagaimana membuat passion canvas yang akan memudahkan kami dalam menggali kekuatan dan kelemahan terkait passion.

Ada dua aktivitas yang kami lakukan, yaitu menggali passion terkait diri sendiri dan membuat project bersama co-house berdasarkan passion canvas yang telah kami buat secara pribadi.

PASSION CANVAS


Passion 
Kami hanya diperbolehkan memilih satu saja. Sebenarnya, passion ini sudah kami pilih ketika awal mendaftar kuliah Bunda Produktif. Jadi, aku tidak galau menentukan. Untuk passion, aku pilih crafting.

Life stage passion
Tahapan passion ada bermacam-macam. Bisa dilihat berdasarkan usia, tetapi tidak mutlak. Lebih pada melihat ke dalam diri sendiri. Sudah sampai tahap mana, kita berjalan bersama passion.
Aku agak berpikir, apakah aku masih tahap belajar, atau mulai membawa kepada bisnis? Nampaknya, untuk saat ini, aku mulai berpikir membawa passion ke arah bisnis. Jadilah aku memasukkan passion for bussines pada life stage passion.

Hard skill
Merupakan kemampuan yang sudah dan ingin dikuasai. Ada beberapa ketrampilan yang menunjang passion crafting-ku yaitu macrame, menjahit, merajut, dan menyulam. Semua kemampuan ini aku peroleh dengan otodidak dan pelatihan yang diselenggarakan oleh komunitas. Untuk kursus ketrampilan tersebut, belum pernah aku lakukan.

Soft skill
Kemampuan ini merupakan penunjang dalam menjalankan passion.
Aku merasa kurang dalam ketrampilan berkomunikasi dan public speaking. Jadi, aku akan memperbanyak praktik.

Tantangan
Tantangan yang aku hadapi dalam menjalankan passion selama ini:
1. Kurang berani dalam memasarkan produk. Selama ini, aku masih made by order untuk kalangan terbatas.
Karena keterbatasan tenaga, aku agak khawatir jika ada pesanan dalam jumlah banyak dan tidak bisa memenuhi target. Hal tersebut agak menghambat kemajuanku sih, hanya saja, aku berusaha mengukur kemampuan diri sendiri.
Kadang, aku merasa lebih aman ketika membuat sesuatu sesuai dengan permintaan. 
Mungkin karena aku terkendala dengan tempat display juga. Jadi, kalau ada kerajinan buatanku yang belum dipinang, aku bingung mau menyimpan di mana.

2. Sulit mencari tempat pelatihan macrame. Selama ini terbatas pada pencarian mandiri, pelatihan singkat bersama komunitas, dan belajar secara otodidak.


Solusi
1. Mencari pasar yang sesuai dan meningkatkan skill berjualan.
Menambah kecepatan produksi, bisa juga menjadi solusi. Dengan begitu, aku akan lebih percaya diri dalam memasatkan dan menerima pesanan.

2. Sharing dengan para pembuat macrame untuk meningkatkan ketrampilan.


Ide
Membuat workshop untuk berbagi ilmu dan menawarkan produk.
Aku mempunyai keinginan untuk memberi pelatihan macrame sekaligus menjual bahan-bahan pembuatan macrame, sekaligus memasarkan hasil karya yang sudah kubuat. Aku berpikir bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa disebarkan kepada orang lain.

 

PROJECT PASSION CO-HOUSE ARTACRAFT
Co-house ArtaCraft terdiri dari gabungan dua passion, yaitu craft dan art. Kami merencanakan untuk membuat desain sendiri, yang dilakukan oleh Hexagonia dengan passion art, dan eksekusi produk oleh Hexagonia dengan passion craft.

Dari diskusi yang dilakukan, kami sepakat untuk membuat project dengan nama Wonderland Indonesia Signature. Produk yang kami buat adalah OOTD (Outfit of The Day) yang meliputi masker, bucket hat, sling bag, pouch, dan baju.

Dalam menentukan produk apa saja yang nantinya akan dieksekusi, kami menyebarkan angket untuk mengetahui produk mana yang paling diinginkan.

Untuk desain, rencananya akan dibuat pattern yang berisi ciri khas dan keunikan budaya Indonesia. Saat diskusi, sudah ada beberapa contoh yang sekiranya cocok dengan rencana kami.

Kami berencana menawarkan outfit dengan harga terjangkau. Jika dilihat di pasaran, outfit dengan desain khusus, dibandrol dengan harga yang lumayan membuat geleng-geleng kepala.

Semoga project kami dapat menjadi solusi bagi para perempuan untuk tampil unik dan cantik, dengan harga terjangkau.






Project passion ini kami presentasikan di FB messenger group Custer Eureka. Bahagia sekali ketika mendapat sambutan hangat dari Hexagonia Cluster.


Merah Itu Aku

Jogja, 18 Oktober 2021


Continue reading Jurnal Zona Passion Hexagonia

Saturday, October 16, 2021

Balada Diet

Berat badan, memang merupakan permasalahan klasik yang dialami hampir banyak perempuan yang aku kenal. Entah itu kekurangan berat badan atau pun karena kelebihan berat badan. Kalau dibuat perbandingan, tentu saja lebih banyak yang mengalami kelebihan berat badan, daripada sebaliknya. Aku pun selalu berkata bahwa golongan orang yang diet untuk menaikkan berat badan, merupakan public enemies yang sesungguhnya 🤣.

Ini berdasarkan circle pertemananku, ya... mungkin kalau temen-temennya model, lebih banyak yang kesulitan menaikkan berat badan. Nggak tahu juga sih, temen-temenku kebanyakan ibuk-ibuk 😆.

Sumber: google


Ngomong-ngomong soal diet, berarti kita membahas tentang pola makan. Aku sudah beberapa kali mengikuti kelas diet. Baik yang menggunakan suatu produk, maupun yang tidak. Jelas, aku lebih memilih melakukan diet tanpa produk pendukung. 

Dalam suatu percakapan dengan Mr. Right beberapa bulan yang lalu, kami sepakat bahwa tidak ada produk yang benar-benar berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan berat badan. Produk tersebut hanya membantu. Jadi, kalau kita hanya konsumsi produk tersebut tanpa mengatur pola makan dan olahraga, tidak ada hasil yang tampak.

Aku akan mengerucutkan tulisan ini pada diet untuk menurunkan berat badan. Karena program inilah yang sedang aku lakukan.


TDEE dan BMR

Sebenarnya, prinsip dari diet adalah mengatur konsumsi kalori. Jika ingin turun berat badan, maka kita harus konsumsi kalori di bawah TDEE (Total Daily Energy Expenditure). TDEE merupakan jumlah kalori yang dibakar setiap hari, untuk melakukan aktivitas. Setelah mengetahui betapa pentingnya mengetahui jumlah kalori yang masuk, aku jadi rajin mencatat dan menghitung. Aku dibantu oleh sebuah aplikasi penghitung kalori. Mungkin ada perbedaan jumlah kalori dengan kondisi sesungguhnya. Akan tetapi, itu bisa jadi patokan untuk membuat diet tetap pada jalan yang lurus.

Pemangkasan jumlah kalori yang kita konsumsi setiap hari, tidak boleh di bawah BMR (Basal Metabolic Rate). BMR merupakan jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi dasar tubuh, seperti mengedarkan darah, bernafas, dan mencerna makanan. Jadi, defisit kalori yang terlalu ekstrim, sangat tidak disarankan karena akan mengganggu fungsi dasar tubuh.


Pentingnya Olahraga

Dalam ilmu perdietan, persentase keberhasilan dalam mendapatkan berat badan ideal adalah 80% pola makan dan 20% olahraga. Meskipun mendapat porsi yang jauh lebih kecil dari pola makan, olahraga tetap penting untuk menjaga elastisitas kulit, membantu meningkatkan pembakaran kalori, dan berperan dalam pembentukan massa otot.

Pada program yang sedang aku jalani, olahraga dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu. Ternyata, kita memang butuh beristirahat dalam menjalani diet. Supaya kita senantiasa bahagia dan tidak tertekan.

Ohiya, olahraga juga dapat meningkatkan hormon endorfin yang membuat kita happy, lho ....


Menghilangkan Lemak, Bukan Air

Pernah nggak sih, baca atau nonton video yang menjelaskan tentang program menurunkan berat badan dengan cepat? Menggiurkan? Cukup membangun harapan yang indah bagi masa depan? Oh, tunggu dulu, Mantili ... Jangan buru-buru mengoptimis.

Penurunan berat badan yang wajar adalah 1 kg per minggu. Bahkan setengah kilogram dalam seminggu, sudah bisa dikatakan berhasil. Namun, penurunan berat badan masing-masing individu berbeda, ya. Bagi pemilik berat badan yang masuk kategori overweight, kemungkinan turunnya memang lebih banyak. Kalau yang enggak berat-berat banget, penurunannya cukup setengah hingga satu kilogram seminggu.

Penurunan berat badan yang terlalu drastis pada program tertentu, kemungkinan adalah menghilangkan air. Itulah kenapa, penurunan berat badan yang terlalu cepat, juga akan berpotensi meningkat dengan cepat pula.

Penurunan berat badan yang bertahap, biasanya akan lebih bertahan lama karena yang dikurangi adalah lemak. Kombinasi mengatur pola makan dan olahraga, dapat membantu kita dalam mengikis lemak-lemak jahat dari dalam tubuh.


Bukan Pemuja Angka Timbangan

Setelah mengikuti program diet ini, aku melakukan pengukuran lingkar badan, di samping melihat angka timbangan. Aku melakukannya seminggu sekali.

Coach diet kami selalu mengingatkan bahwa kita jangan menjadi pemuja angka timbangan. Boleh jadi berat badan kita tetap atau bahkan naik, tetapi lingkar tubuh kita menyusut. Hal tersebut juga merupakan indikasi kemajuan program yang kita lakukan.

Meskipun demikian, aku kok tetep terobsesi buat mencapai angka timbangan tertentu, ya 🤣🤣. Yah, walau tetep happy tatkala berat badan tidak turun, tetapi lingkar tubuh dan kadar lemak mengalami penurunan 😁.


Makan dulu, biar dietnya kuat

Sebelumnya, aku pikir Coach ini lagi ngelawak. Namun, setelah ikut hampir semua kelasnya, aku baru menyadari bahwa kalimat tersebut benar adanya. 

Diet itu tidak identik dengan kelaparan. Kami bahkan dianjurkan untuk makan sehari lima kali. Tiga kali makan berat dan dua kali snack. Aseli, ini beneran terjadi. Selama menjalani program, aku tidak kelaparan. Yang paling penting, aku tetap bisa minum kopi sehari dua cangkir. Yiey!!!

Bahaya dari kelaparan adalah ketika tubuh kita memberi sinyal untuk mengunyah demi menuntaskan rasa lapar tersebut. Biasanya, ketika kita lapar, justru makanan yang masuk menjadi tidak terkontrol jumlahnya.

Pentingnya mengatur jadwal makan juga mencegah kita merasa lapar dan ngemil sepanjang waktu. Ini pengalaman pribadi sih, pengennya ngurangin makan berat, tetapi makan snack dikit-dikit tiap saat. Hihi... pada akhirnya aku menemukan biang keladi dari kegagalanku dalam menurunkan berat badan selama ini.

Jadi, kalau temen-temen udah merasa rajin olahraga, tapi berat badannya segitu-segitu aja, coba telusuri makanan yang masuk ke dalam tubuh setiap hari 😁.


Sebenernya masih banyak ilmu-ilmu perdietan yang aku dapet dari program @beranilangsingkuy. Biar nggak penasaran, temen-temen bisa langsung kepoin akun instagramnya. Kalau belum puas, bisa banget langsung mencemplungkan diri biar semakin terpampang nyata.

Terima kasih aku ucapkan pada Coach @rossadorable yang sudah mendampingiku sebulan kemarin dan tiga bulan atau berbulan-bulan ke depan. Semoga ilmu-ilmunya menjadi amal jariyah, ya, Coach 😘


Merah Itu Aku

Jogja, 16 Oktober 2021





Continue reading Balada Diet