Sunday, February 28, 2021

Jurnal Ulat-Ulat Pekan Ketiga

Haiiii ...

Pekan ketiga ini, aku masih belum tune in. Padahal di pekan ini, seharusnya aku berdiskusi dengan keluarga baru. Namun, entah kenapa aku kurang bisa menangkap pembagian keluarga management waktu yang aku ikuti. Mungkin karena aku lambat loading-nya 🙈.

Hari pertama berada di keluarga management waktu, kami saling berkenalan. Pada hari kedua, kami sharing peta pikiran dan jurnal ulat-ulat yang sudah kami buat sebelumnya. Nah, saat pembagian sub keluarga, aku mulai kehilangan arah. Aku sungguh tak tahu harus masuk ke sub keluarga yang mana. Akhirnya aku bertahan di wag keluarga pertama. 

Diskusi di keluarga management waktu berjalan untuk menemukan topik yang akan disajikan dalam sharing di bawah pohon apel. Keluarga kami, akan duduk melingkar mendengarkan sharing mba Dyah Saptaningtyas tentang Manajemen Waktu dan Multitasking di hari Jumat tanggal 6 Maret 2021, pukul 19.00-20.00.


Sementara sub keluarga kami belum tampil, aku menikmati sajian sub keluarga manajemen waktu yang disampaikan oleh Mba Icha tentang Tips Mengatur Waktu dan Gadget Ibu Produktif.

Pemaparan yang diberikan Mba Icha sangat enak dicerna dan menyenangkan. Selain mendapat ilmu tentang mengatur waktu dan gadget, selama menonton siaran tunda FBG, aku mendapat suntikan semangat dan kecipratan aura happy dari Mba Icha.

Masya Allah banget, selama sharing, Mba Icha selalu tersenyum dan menggunakan kalimat-kalimat yang menenangkan. Aku jadi semakin yakin memilih cara yang paling cocok untukku dalam mengatur waktu. Semua itu tergantung pada diri masing-masing. Tidak ada yang salah dengan diri kita ketika merasa tidak cocok dengan metode yang dilakukan oleh orang lain.

Hal ini sempat disinggung juga dalam diskusi sub keluarga kami. Ada anggota keluarga yang merasa tidak cocok dengan metode yang dinilai banyak disukai oleh orang lain. Ya, itu ga masalah. Kita ambil yang pas dilakukan oleh kita.

Jangan sampe, hanya karena ingin hits, kita memaksakan metode yang tidak membuat kita bahagia. Untuk apa?

Ah, aku makin semangat meskipun mungkin berbeda, yang penting aku merasa bahagia dan dapat meningkatkan produktivitasku. Meskipun akhir-akhir ini, aku merasa amat sangat tidak produktif 😌.

Sekian jurnal ulat-ulat pekan ketigaku. Semoga pekan depan lebih tune in mengikuti diskusi di sub keluarga 🥰.


Merah Itu Aku

Cilacap, 28 Februari 2021

Continue reading Jurnal Ulat-Ulat Pekan Ketiga

Sunday, February 21, 2021

Jurnal Ulat-Ulat Pekan Kedua

Pekan kedua kuliah Bunda Cekatan, aku ikuti dengan terseok-seok. Ada kejadian besar yang membuatku berusaha keras untuk menata hati.

Awalnya, aku sudah hampir menyerah untuk mengerjakan jurnal pekan ini. Selain peristiwa yang sedang aku alami, tugas di pekan ini sangat enggak aku banget.

Public speaking adalah hal yang tidak aku suka dan tidak aku bisa. Namun, pekan ini aku terpaksa harus membuat potluck dengan menonjolkan suara dan cahaya. Akhirnya aku memaksakan diri untuk membuat podcast. Ternyata aku mengalami banyak kendala. 

Selain kendala take vocal yang harus aku ulang beberapa kali, aku juga terkendala upload di aplikasi pendukung podcast. Entah karena sinyal yang kurang bersahabat atau aku yang belum bersahabat dengan podcast. Ya sudahlah, aku save di gdrive aja dulu. Eh, aku sudah berhasil mengupload di anchor nih... 💕💕




Dan taraaaa... inilah potluck yang berhasil aku kemas untuk kelengkapan jurnal pekan ini. Sebenarnya, aku sungguh tak pede 🤦‍♀️

👇👇👇👇👇👇

Mengenal Basic Knots Macrame

(Versi g-drive)

---

https://anchor.fm/firda-rosiana/episodes/Mengenal-Basic-Knots-Macrame-eqneau

(Versi anchor -podcast)

👆👆👆👆👆👆

Selamat mendengarkan ya, yugaes ...


Selain mengemas potluck untuk teman ulat lain, pekan ini, aku berkesempatan menikmati potluck dari teman-teman lain. Karena aku tipe pembelajar visual, pekan ini, aku kurang bersemangat untuk makan. 

Namun, makan adalah kebutuhan yang harus dilakukan oleh seekor ulat agar bisa bermetamorfosis menjadi kepompong. Akhirnya aku mencari potluck yang sesuai dengan makanan utamaku. Dan, inilah makanan yang aku santap pekan ini.


Untuk bullet journal, aku menemukan dua potluck yang sesuai dengan makanan utamaku:

1. Bullet journal 

2. Management kegiatan ala Umi


Untuk food preparation, aku pun menyantap dua potluck saja:

1. Meal plan.

2. Food preparation.


Ah, tadi aku melihat ada beberapa potluck yang sesuai dengan menu utamaku. Aku akan menyantap nanti saja setelah mengumpulkan jurnal ini.

Pekan kedua ini, aku tak banyak makan. Mungkin ketika aku menjadi kupu-kupu, aku akan menjadi kupu-kupu cantik yang langsing 😁.

Semoga pekan depan, aku sudah mulai bisa mengikuti ritme perkuliahan dengan perlahan. Bismillah ...


Merah Itu Aku

Cilacap, 21 Februari 2021

Continue reading Jurnal Ulat-Ulat Pekan Kedua

Saturday, February 20, 2021

Sudut Kenangan



Ketika seseorang pergi meninggalkan kita, maka yang tersisa adalah kenangan. Begitu pula yang saat ini kami rasakan. Tiap sudut rumah meninggalkan kenangan akan Bapak.

Kebiasaan-kebiasaan yang Bapak lakukan semasa hidup, sangat membekas dalam ingatan. 

Ketika azan berkumandang, ada rindu mendengar suara Bapak. Beliau yang selalu mengutamakan salat jamaah di masjid, membuat kami teringat kebiasaan Bapak memakai parfum, dan ajakan bagi para lelaki untuk ikut bersamanya. Suara azan dan iqamah membuat kami membayangkan suara Bapak. 

Suara pintu yang terbuka, mengingatkan pada Bapak yang pulang dari masjid. Ah, baru beberapa hari terlewat, dan kami sudah begitu merindukanmu.

Tiap sudut rumah seakan bercerita bagaimana Bapak berkegiatan di sana. Ada dapur yang menyimpan banyak hasil karya Bapak. Kabinet dapur buatan Bapak, peralatan masak yang biasa Bapak gunakan, dan segala kegiatan beliau di dapur, seperti memasak atau mencuci piring. 

Beliau yang rajin dan telaten, memang kerap melakukan berbagai hal di dalam dan luar rumah. Dari halaman depan dengan segala tanaman yang menghiasi, sudah pasti ada campur tangan Bapak di sana.

Masuk ke dalam rumah, tiap jengkal lantai, pernah Bapak sapu dan pel. Ada sofa tempat Bapak biasa tadarus dan membaca majalah atau buku. Juga tempat biasa Bapak berkutat dengan segala peralatan pertukangan.

Ada pohon belimbing yang sering Bapak panjat untuk memetik buahnya. Sekarang, entah siapa yang akan memanen belimbing yang berbuah tanpa mengenal waktu.

Ada meja setrika dan mesin jahit hitam, tempat Bapak sering meluangkan waktunya. Setiap aku menyetrika, ada rasa rindu yang menyeruak. Teringat bagaimana biasanya Bapak menyetrika pakaian dengan teliti dan licin. Mesin jahit hitam yang sudah menghasilkan banyak karya, termasuk seragam sekolahku dulu.

Sudut-sudut rumah seakan menjadi saksi bagaimana Bapak memiliki begitu banyak keahlian dan pernah bisa tinggal diam selama berada di rumah. Bahkan taman yang terletak di lapangan depan rumah pun tak luput dari sentuhan tangan beliau. 

Sungguh, berbagai kenangan tentang Bapak begitu banyak di rumah ini. 

Dari semua sudut-sudut penuh kenangan, relung hati kami yang paling banyak menyimpan segala hal tentang Bapak.

Untuk kesekian kalinya aku ingin mengatakan, “Bapak, aku rindu.”


Merah Itu Aku

Cilacap, 20 Februari 2021

Continue reading Sudut Kenangan

Thursday, February 18, 2021

Silaturahmi, Memperpanjang Usia



Setelah Bapak meninggal, ada banyak cerita baik yang aku dapat dari orang-orang yang mengenal beliau. Antara terharu dan bahagia mengetahui bahwa Bapak begitu melekat di hati orang-orang.

Dari sekian kebaikan-kebaikan yang mereka ceritakan, senang bersilaturahmi adalah salah satunya. Bapak memang senang mengunjungi saudara, baik yang tinggal berdekatan, maupun yang jauh. Baik yang usianya lebih tua, maupun yang berusia lebih muda.

Mungkin ada orang yang tidak mau mengunjungi yang lebih muda karena merasa lebih tua, maka harus dihormati dengan cara dikunjungi. Namun, tidak dengan Bapak. Beliau dengan senang hati akan berkunjung ke rumah adik atau saudara yang lebih muda, jika merasa kangen. Yah ... Bapak memang selembut itu hatinya, meskipun sikapnya tegas.

Tanpa bermaksud meragukan hadist tentang silaturahmi yang dapat memperpanjang usia, aku sempat bertanya kepada Ibu. Kenapa Bapak pergi secepat ini padahal beliau suka bersilaturahmi?

"Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadist di atas sahih. Berdasarkan cerita orang-orang dan pengamatanku sendiri, Bapak suka bersilaturahmi.

Ibu menjawab, "Setelah usia 63 tahun, Bapak selalu berkata bahwa usia yang dijalani setelahnya adalah bonus."

Masya Allah ...

Kemudian aku mencari artikel yang berkaitan dengan hadist tentang silaturahmi. Ada beberapa yang membukakan mataku, bahwa  memperpanjang usia dalam hadist tersebut, memiliki dua pendapat.

Pertama, memperpanjang usia memiliki makna ditambahkan umur seseorang. Bagaimana bisa? Padahal ajal sudah merupakan ketetapan dari Allah. Ada pendapat yang menyatakan bahwa ketika seseorang rajin bersilaturahmi, maka usia yang telah dicatat, dapat ditambahkan oleh Allah.

Kedua, ada pendapat yang menyatakan bahwa ketika ada orang yang senang bersilaturahmi, maka Allah akan menambah keberkahan dalam sisa usianya, memberikan taufik untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat sehingga waktu yang dimiliki tidak menjadi sia-sia.

Orang yang senang bersilaturahmi juga akan dikenang kebaikannya oleh orang lain, seakan tetap hidup meskipun raganya sudah tak ada lagi.

Masya Allah Tabarakallah ...

Semoga Allah melapangkan kubur Bapak dan mengampuni semua dosa, serta menerima ibadahnya. Aamiin ya Robbal 'alamiin ...


Merah Itu Aku

Cilacap, 18 Februari 2021



Continue reading Silaturahmi, Memperpanjang Usia

Wednesday, February 17, 2021

Kata Orang ...



Kata orang, garis wajah kami serupa ...

Ya ... meskipun anak perempuan satu-satunya, justru akulah yang paling mirip dengan Bapak.

Garis senyum kami, yang sama-sama lebar sumringah.

Bentuk hidung kami, yang kecil tapi berujung lancip.

Bentuk gigi kami, yang kecil dan sedikit rapuh,

Hingga warna kulit kami yang cenderung gelap.

Darahnya memang mengalir kental di tubuhku.


Kata orang, sifat kami mirip ...

Memiliki prinsip yang kuat, tetapi mudah tersentuh.

Karena terlalu miripnya, malah membuat kami sering salah paham.

Kami hanya mengandalkan rasa, yang terkadang justru membuat kami berdua salah sangka.

Kami, jarang saling bercerita, jarang saling mengungkapkan rasa. Namun, aku tahu bagaimana rasa cinta pada semua anak-anaknya, bukan cuma aku saja.

Kami berdua saling mencintai. Itu tak diragukan lagi.


Kata orang, aku adalah anak kesayangan Bapak ...

Bukan hanya aku. Semua adalah anak kesayangan Bapak.

Doa Bapak di sepertiga malam terakhir adalah untuk ketiga anaknya. Bukan hanya aku saja.

Bapak menyayangi semua anaknya, dengan caranya.


Kata orang, Bapak orang baik ...

Bapak memang tak pernah berprasangka buruk pada orang lain, bahkan ketika orang lain bersikap buruk padanya.

Bapak tidak pernah ingin menyusahkan orang lain.

Ada kalimat yang selalu aku ingat, "Sebaik-baiknya orang adalah yang membantu orang lain. Namun jika tidak bisa, maka jangan menjadi beban bagi orang lain."

Bapak tidak pernah menyulitkan kami, anak-anaknya. Bapak tidak pernah menuntut kami untuk ini itu. Hanya satu yang selalu beliau ingatkan. Ibadah jangan sampai terputus.


Kata orang, cara Bapak pergi sudah begitu indah ...

Diberi sakit sebagai penggugur dosa. 

Diberi kemudahan bagi orang lain untuk dapat memberikan penghormatan terakhir.


Banyak sekali kata orang yang yang membuatku semakin rindu pada Bapak. 

Banyak sekali cerita tentang Bapak yang baru aku dengar setelah Bapak tiada. Cerita tentang kebaikan-kebaikan beliau.

Banyak orang kehilangan beliau yang dinilai terlalu cepat pergi. Namun, bukankah orang baik memang lebih cepat dipanggil pulang? Allah lebih sayang Bapak. Dan memang hidup mati seseorang sudah ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Hidup.


Berkali-kali aku meyakinkan diri agar ikhlas menerima semuanya. Hati ini masih sering terasa sesak setiap menyadari bahwa kami sudah tidak bisa bertemu lagi di dunia. Maafkan aku yang masih membutuhkan waktu untuk menata hati.


Bapak, aku rindu ...



Merah Itu Aku

Cilacap, 17 Februari 2021









Continue reading Kata Orang ...

Tuesday, February 16, 2021

Selamat Jalan, Cinta Pertamaku



Innalillahi wa inna ilaihi roji'un


Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak kami tercinta pada tanggal 13 Februari 2021, pukul 16.16.


Bapak dimakamkan di Cilacap keesokan harinya di tempat pemakaman umum.


---


Sewaktu mendapat kabar bahwa hasil tes swab bapak negatif, kami semua sangat bahagia dan lega. Ada harapan besar untuk bisa menyambut dan bertemu dengan bapak dan ibu, sebelum kami kembali ke Jogja.

Beberapa hari setelah dinyatakan negatif, kondisi Bapak mengalami kemajuan. Kami pun sangat bahagia mendengarnya.

Meskipun aku sudah berada di Cilacap lebih dari seminggu yang lalu, aku belum juga diberi kesempatan untuk bertemu Bapak. Hampir setiap hari, kami melakukan video call. Kebanyakan dengan agenda ngobrol bareng cucu.

Sabtu pagi, tiba-tiba ibu mengabarkan kalau Bapak sudah boleh ditemui. Ohiya, Bapak sudah dipindah ke ruangan rawat inap biasa (bukan khusus pasien covid karena hasil swab sudah negatif).

Aku diminta untuk menunggu kabar selanjutnya. Rencana sudah disusun, sehingga ketika aku pergi bersama Om, adek kandung Bapak, anak-anak sudah aman bersama Tante --istri dari Om.

Sekitar pukul delapan, ibu memintaku untuk bersiap ke rumah sakit. Aku bahagia karena sungguh, aku sudah begitu rindu bertemu Bapak dan Ibu. Aku sengaja memakai baju yang aku jahit sendiri. Aku dan Bapak memang sama-sama hobi membuat sesuatu sendiri. Kebetulan sekali, aku baru berhasil membuat baju dan entah kenapa saat itu sangat ingin aku tunjukkan pada Bapak.

Dengan bahagia dan ceria, aku dan Om berangkat ke rumah sakit. Kami berdua tidak banyak bicara selama perjalanan. Hanya komentar-komentar kecil pada apa yang kami temui sepanjang jalan. 

Kami langsung naik ke lantai 1 dan menuju kamar rawat Bapak. Ibu menyambut dan memberitahu pada Bapak bahwa kami datang. Bapak masih sadar. Kami bercakap-cakap meskipun dengan singkat karena napas yang semakin pendek.

Tidak sampai tiga puluh menit kami bertemu. Saturasi oksigen yang naik turun, membuat Bapak sulit bernapas. Ibu mengingatkan Bapak agar mengatur napas. Meskipun kesulitan bernapas, bibir Bapak tak berhenti menyebut nama Allah. 

Setelah aku pulang, kondisi Bapak semakin menurun. Ba'da asar, aku mendapat kabar Bapak sudah kehilangan kesadaran -- yang kemudian aku tahu bahwa Bapak mulai tertidur setelah takbir saat salat duhur.

Perasaanku mulai tak menentu. Ingin rasanya menyusul ibu ke rumah sakit untuk menemani Bapak. Namun, Ibu melarang karena memikirkan bagaimana anak-anak akan aku tinggal. Lagi pula, sudah ada adik Bapak yang berada di sana, katanya.

Pukul empat lebih, aku mendapat kabar duka bahwa Bapak sudah meninggal. Aku seperti kehilangan kekuatan untuk melakukan apapun. Rasanya hancur seketika itu juga.

Aku kehilangan seorang yang sangat berarti dalam hidupku. Ada rasa tak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Entah sampai kapan, aku tak tau 🙁.

Bapak adalah orang yang selalu ada di saat-saat penting dalam hidupku. Beliau selalu tahu kapan aku membutuhkannya, dan tanpa bertanya banyak, Bapak sudah ada bersamaku, menemaniku, memberi kekuatan.

Bapak adalah orang yang tidak banyak berbicara tetapi langsung bertindak. 

Bapak tidak pernah merepotkan orang lain dan tak pernah ingin menjadi beban bagi orang lain. 

Aku benar-benar kehilangan.

Bapak kembali pulang bersama Ibu selepas isya. Keesokan harinya, Bapak dimakamkan.

Selamat jalan, Bapak, cinta pertamaku, lelaki terbaik sepanjang masa … 


Merah Itu Aku

Cilacap, 16 Februari 2021



Continue reading Selamat Jalan, Cinta Pertamaku

Saturday, February 13, 2021

Toilet Training

Setelah sekian lama, akhirnya aku memutuskan untuk membagi pengalaman toilet training yang aku berikan pada ketiga anak laki-lakiku.

Aku memulai toilet training pada ketiganya sejak mereka bisa tengkurep, sekitar usia tiga bulan. Iya, kalian enggak salah baca dan aku enggak salah tulis kok 😁. Bukan tiga tahun, tetapi tiga bulan.

Mungkin banyak terjadi pro dan kontra di luar sana karena aku memulai terlalu dini ketika dianggap usia segitu belum siap untuk toilet training. Tidak apa-apa, semua bebas berpendapat. Aku tidak membawa literatur dan bidang ilmu apapun dalam mempraktekkan toilet training ini. Eh, ada ding, ilmu naluri seorang ibu #ecieee...

Jadi, semua yang aku ceritakan ini berdasarkan pengalaman yang aku lakukan, dengan belajar pada ibuku sendiri 😁.


Persiapan Toilet Training

Aku sudah mulai persiapan sejak anak lahir. Niat memberikan toilet training sejak bayi memang sudah tercetus sejak aku hamil. Pertama yang harus disiapkan sebelum memberikan toilet training adalah strong why . Toilet training adalah perjalanan yang membutuhkan kesabaran dan keikhlasan. Jika strong why kurang kuat, bisa jadi kita akan berhenti di tengah jalan.

Strong why ku melatih toilet training sejak bayi:

1. Ingin melatih disiplin anak sejak bayi, terutama masalah ke toilet.

2. Mengajarkan tentang kebersihan kepada anak.

3. Mengurangi sampah diapers bekas.

4. Ingin mempererat bounding dengan anak.

Aku masih bekerja ketika anak pertama dan keduaku lahir. Jadi, aku ingin ada saat di mana aku merasa sangat dekat, yaitu ketika menyusui dan toilet training.

Ketika anak ketigaku lahir, aku memang sudah tidak bekerja di luar rumah lagi. Namun, strong why yang aku punya masih bisa dipake 😁.


Ketika anak lahir, aku sudah mulai mengamati ekspresi dan gerak gerik. Selain mengamati tanda mengantuk, haus dan lapar, aku juga mulai mengamati tanda ketika bayi ingin pipis atau pup.

Tanda-tanda setiap bayi berbeda. Ketiga anakku pun memiliki tanda yang tidak sama. Ada yang ketika pengen pipis atau pup, dia sama sekali tidak mau menyusu. Ada juga yang memberi tanda dengan menggigit atau menggeliat tidak tenang. Sebagai ibu, kita yang harus membaca setiap perubahan yang ditunjukkan oleh bayi.

Selama tiga bulan pertama, selain mengamati tanda-tanda seperti gerak gerik, ekspresi, atau tangis, aku juga mengamati waktu-waktu bayi pipis, terutama pada malam hari.

Aku tidak pernah membiasakan anak-anak memakai diapers selama di rumah. Kejadian dipipisin pun sudah menjadi 'makanan' sehari-hari. Aku punya lap khusus untuk membersihkan lokasi-lokasi bekas pipis.

Kalau bayi lahir di musim hujan, harus siap-siap popok kain dan celana poop yang banyak. Hihi... harus siap lahir dan batin ya, buuukkk😌.

Tanpa memakai diapers, anak-anak bisa mengenal konsep bahwa ketika pipis dan pup di celana, akan menimbulkan efek basah, lengket, dan hal tersebut sangat tidak nyaman. Cara itu akan mempermudah orang tua dan anak dalam menghadapi proses selanjutnya.


Menatur

Ketika aku akan menulis ini, aku menemukan hal yang mengejutkan bahwa tatur ini punya bahasa keren yaitu elimination communication (EC). Dan hal lain yang mengejutkanku lagi, ternyata EC bukan kind of toilet training. Wow... tapi tak masalah apa pun istilahnya, pada intinya, aku tetap setuju bahwa tatur bukan sekedar mengajarkan anak mengenal toilet, tetapi lebih pada komunikasi orang tua dengan anak.

Aku mulai menatur anak-anak setelah mereka bisa tengkurep, sekitar usia tiga bulan. Pada usia segitu, bayi sudah mulai kuat untuk diposisikan pipis di toilet atau pispot atau baskom. Ternyata, ada yang mulai menatur bayi di usia yang lebih muda. Ada yang mulai pada usia 2 minggu, bahkan ada yang 7 hari. Wow!!!

Aku menatur anak-anak sesuai waktu pipis mereka, sebagaimana yang telah aku amati sekitar tiga bulan sebelumnya. Pagi setelah bangun tidur, aku bawa anakku ke toilet. Ketika siang hari, aku ajak mereka ke toilet setiap 1.5 - 2 jam sekali, atau sesuai dengan tanda-tanda yang mereka berikan. Malam, aku sudah menghafal jam-jam mereka biasa pipis.

Memang tidak selalu tepat. Kadang, ketika aku bawa ke toilet, mereka tidak mau pipis. Biasanya aku ajak ngobrol, "Ayo pipis." Atau aku buat suara-suara seperti, "Pssss." Kadang aku basahi kakinya agar ada sensasi dingin.

Ketika aku 'kebobolan' dalam artian anak-anak mengompol, aku akan ngobrol dengan anak dan memasukkan kalimat-kalimat tentang pipis atau pup seharusnya di toilet. Ini adalah poin dari tatur. Berkomunikasi dengan bayi. Karena sejatinya, bayi dan orang tua sudah bisa berkomunikasi dengan caranya, bahkan saat mereka masih dalam kandungan.

Ada beberapa artikel yang aku baca, bahwa mengajarkan EC akan membuat anak kesulitan menggunakan toilet saat besar. Berdasarkan pengalamanku, anak-anak sudah bisa pipis sendiri sekitar 1 - 1.5 tahun.

Aku memang tidak free diapers sama sekali. Ketika bepergian, aku masih memakaikan diapers pada anak-anak hingga sekitar 2 tahun. Aku merasa lebih tenang ketika di luar rumah kesulitan mengakses toilet, aku punya P3K.

Namun, sejak setahun, mereka sudah bisa meminta ke toilet jika ingin pipis. Jadi, diapers memang sebagai penenang bagi emaknya. Duh, maafkan aku, Nak.


Konsisten

Pada usia 1 tahun ke atas, ketika kemampuan anak-anak dalam berbahasa sudah mulai jelas, akan lebih memudahkan kita dalam toilet training. Konsisten sebagai orang tua diuji ketika sedang berada di tempat umum atau di perjalanan, anak-anak mau pipis. Meskipun sudah pake diapers, jangan sekali-kali bilang, "Udah, pipis aja di situ nggak apa-apa." Karena sesungguhnya, itu adalah cara kita menggagalkan toilet training.

Meskipun pake diapers, aku tetap membawa mereka ke toilet ketika mereka mau pipis. Bahkan, jika di perjalanan, kami akan mencari SPBU atau minimarket yang menyediakan fasilitas toilet umum.


Penutup

Setiap anak memiliki fitrah mengenai kebersihan. Maka, mengajarkan pipis dan pup pada tempat yang sebenarnya sejak dini merupakan cara orang tua untuk mengembalikkan mereka pada fitrahnya.

Pada saat aku kecil, orang tuaku sudah melakukan tatur, dan hingga saat ini, aku masih baik-baik saja.

Ada tiga hal penting yang aku pegang selama proses ini:

1. Pentingnya strong why.

2. Disiplin.

3. Konsisten.


Selamat menatur, gaess...



Merah Itu Aku

Cilacap, 13 Februari 2021


Continue reading Toilet Training

Tuesday, February 9, 2021

KulZoom Menata Waktu Sebagai Ibu Produktif Bersama Teh Kiki Barkiah

Sabtu sore kemarin, Gemari Madya mengundang Teh Kiki Barkiah sebagai narasumber ahli dalam kuliah Menata Waktu. 

Teh Kiki merupakan ibu dari tujuh anak, seorang penulis, pembicara parenting, dan praktisi homeschooling. Masya Allah... aku yang anaknya 'cuma' tiga aja udah berasa rempong. Gimana kalo tujuh? Menarik banget ya, bisa belajar menata waktu dari Teh Kiki yang sama-sama punya 24 jam sehari, tetapi memiliki amanah yang jauh lebih besar dan lebih banyak.

Apa aja sih kunci sukses Teh Kiki dalam menata waktu?

1. Tidak pernah menyia-nyiakan waktu sedetik pun 

Karena waktu begitu berharga, Teh Kiki tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Setiap waktu digunakan untuk melalukan hal yang bermanfaat. 

Bahkan ketika Teh Kiki menonton televisi, itu adalah untuk mendampingi anak-anaknya belajar. Semua tontonan untuk anak-anaknya pun sudah dipilih yang benar-benar memberi manfaat bagi pembelajaran.


2. Berusaha me-manage waktu dan kolaborasi pekerjaan yang bersamaan 

Mungkin Teh Kiki merupakan salah satu orang dari 2% populasi di dunia yang memiliki kemampuan multitasking.

Dengan kemampuannya itu, Teh Kiki dapat melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Ketika mendampingi anaknya belajar (tentu pada anak yang memang sudah lebih mandiri), Teh Kiki bisa sambil mengerjakan pekerjaan lain, termasuk bisnis yang sedang dijalaninya.

Teh Kiki melakukan kegiatan yang memang dapat dilakukan bersamaan tanpa mengganggu kegiatan yang lain. Misalnya melakukan kuliah online yang dapat diikuti dari mana saja, sambil melakukan apa saja.


3. Mewujudkan A home team / pembagian tugas dalam keluarga 

Ketika anak sudah lebih besar, dapat dilibatkan dalam mengasuh adiknya yang lebih kecil. Sementara itu, Teh Kiki sudah bisa mengambil amanah lebih besar dan lebih banyak di luar rumah.

Dukungan dari anak-anak dan tentu saja dari suami, sangat penting bagi pelaksanaan berbagai tugas yang dilaksanakan.


4. Mempercanggih sarana dan prasarana yang memungkinkan waktu secara efektif dan efisien

Ada baiknya berinvestasi peralatan yang dapat mempermudah urusan rumah tangga. Perlu dipikirkan apakah pembelian suatu alat memiliki keuntungan bagi legiatan kita sehari-hari. Misalnya kita membeli kulkas yang sangat besar untuk menyimpan bahan makanan selama sebulan. Dengan berbelanja sebulan sekali dan memasukkannya ke dalam kulkas, maka akan menghemat waktu belanja. Tidak perlu menghabiskan waktu terlalu lama di jalan karena macet dan lain sebagainya. Pertimbangan-pertimbangan seperti itu perlu dilakukan. 


Dari KulZoom hari Sabtu itu, aku mengambil beberapa insight :

1. Tentukan Prioritas

Sebagai ibu, tentunya prioritas kita berbeda-beda satu dengan yang lain. Jangankan dengan ibu yang lain, kita saat ini dengan beberapa tahun sebelumnya, maupun beberapa tahun setelahnya saja, bisa jadi tidak sama.

Ketika anak masih butuh didampingi, tentu saja prioritas utama adalah anak. Jadi, ketika anak belum bisa 'ditinggal', kita jangan ambil peran terlalu banyak di luar rumah.

Akan tiba saatnya di mana seorang ibu bisa mengambil peran di luar rumah. Jadi, sabar saja ya ... 

Hal tersebut langsung membuatku teringat kalimat Pak Dodik, "Bersungguh-sungguhlah di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu."

Selesaikan urusan rumah, barulah mengambil amanah di luar. 


2. Menyadari Keadaan 

Kita harus benar-benar menyadari keadaan kita. Kerempongan mengurus anak tiga, tentu saja tidak sama dengan mengurus satu anak. Tidak usah memasang target yang tidak masuk akal. Target yang tinggi boleh, tapi harus masuk akal.


3. Jangan Bandingkan dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain akan membuat kita tidak bahagia dan tidak bersyukur atas kondisi yang kita hadapi.


4. Pandai melihat potensi anak

Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Jangan paksakan anak melakukan hal yang tidak dia suka dan tidak bisa. Fokus pada potensi yang dimiliki oleh anak, dan asah sehingga menjadi kekuatan.


Semoga kita menjadi manusia yang selalu menghargai waktu.

Semoga bermanfaat 💕


Merah Itu Aku

Cilacap, 9 Februari 2021





Continue reading KulZoom Menata Waktu Sebagai Ibu Produktif Bersama Teh Kiki Barkiah

Sunday, February 7, 2021

Aliran Rasa Tahap Telur-Telur Bunda Cekatan

Tahap pertama kuliah Bunda Cekatan sudah kami lalui selama empat pekan dengan tiga jurnal telur dan ditutup dengan pembuatan peta belajar. Alhamdulillah ... meskipun agak terseok di akhir karena banyak hal, aku bisa melalui tahap telur-telur.

Metode gamifikasi yang digunakan selama perkuliahan memberi semangat berbeda dalam belajar. Apalagi kami benar-benar diberi kebebasan untuk menemukan cara belajar yang sesuai dengan diri masing-masing. 

Dalam pengerjaan jurnal pun sangat personal, di mana ketika ada yang mirip pun belum tentu tujuan belajarnya sama. Merasa silau ketika membaca jurnal teman yang lain, beberapa kali aku rasakan. Apalagi, aku suka sekali belajar hal baru. Banyak sekali hal yang membuatku ingin mengetahui dan mempelajari lebih dalam lagi. Namun, aku harus menahan diri dengan mengatakan pada diri sendiri, “Ya, ini memang menarik, tetapi aku tidak tertarik untuk saat ini.” #ehgimana.

Telur pertama adalah telur hijau. Pada tahap ini, aku menemukan lima potensi diri, di mana aku merasa suka dan bisa.

Telur kedua adalah telur merah. Aku menuliskan ketrampilan apa yang perlu aku dalami untuk menunjang potensi di telur hijau. Pada tahap telur merah, aku sudah mulai mengerucutkan telur hijau mana yang mau aku tetaskan lebih dahulu.

Pada telur ketiga, yaitu telur oranye, aku belajar bagaimana cara belajar. Ilmu-ilmu pendukung semakin fokus lagi. Sudah mulai silau nih melihat jurnal teman-teman 😂. Namun, justru aku semakin tertantang untuk terus maju dengan benang merah yang mulai tampak dari telur-telur sebelumnya.

Tahapan telur oranye membuatku mantap memilih ilmu-ilmu dasar yang akan memudahkanku dalam menetaskan telur-telur hijau yang lain. Lumayan galau pada awalnya, ketika harus mengesampingkan dua hal yang merupakan passionku. Kemudian aku meyakinkan diri bahwa yang aku lakukan adalah sesuatu yang paling penting dan mendesak pada saat ini. Aku jadi semakin yakin untuk melangkah.

Menulis dan crafting adalah dua hal yang paling membuatku berbinar. Namun, aku harus menyadari bahwa saat ada pihak yang terabaikan, akan membuat binar itu tak secerah yang seharusnya. Ketika ilmu dasar sudah aku kuasai, insya Allah akan mempermudah jalanku dalam melakukan kedua passionku itu dengan lebih maksimal.

Fokus pada bullet journal method dan food preparation adalah sesuatu yang aku rasa penting dan mendesak. Aku sudah membicarakan hal ini dengan Mr. Right. Seperti biasa, beliau selalu mendukungku, dengan caranya 😄. 

Kedua ilmu yang akan aku dalami selama perkuliahan Bunda Cekatan, sebenarnya merupakan dua hal yang aku sukai juga. Aku sudah melakukan journaling dan planning sederhana semenjak duduk di bangku SD. Journaling dalam bentuk buku harian, planning dalam bentuk menyusun jadwal harian. 

Untuk food preparation, karena aku suka melakukan organizing barang-barang, maka aku yakin akan menyukai proses belajarnya. Dan yang terpenting adalah tujuan yang ingin aku capai dapat dirasakan oleh seluruh anggota keluarga di rumah. Insya Allah ❤️

Pekan terakhir di tahap telur-telur, aku semakin mantap menuangkan semua pada peta belajar. Fokusku pada bullet journal method dan food preparation, dengan tetap mencantumkan macrame dan menulis meskipun tidak menjadi fokus pada saat ini.

Selama empat pekan bermain di hutan kupu-kupu, aku merasa semakin yakin dalam melangkah. Terima kasih Magika dan semua Kunang-Kunang yang selalu memberi pencerahan di setiap tahapan.

Aku juga semakin excited dengan kejutan-kejutan yang akan kami hadapi di Hutan Kupu-Kupu.


Merah Itu Aku

Cilacap, 7 Februari 2021

Continue reading Aliran Rasa Tahap Telur-Telur Bunda Cekatan

Saturday, February 6, 2021

Peta Belajar

Jurnal akhir tahap telur-telur Kuliah Bunda Cekatan adalah membuat peta belajar. Qodarullah, aku harus mengalami banyak hal yang memecah fokus menjadi berkeping-keping. Dua hari menjelang deadline, aku baru mulai mencorat-coret untuk membuat peta belajar.


Happy Me, Happy Family

Nama project yang akan aku lakukan di Bunda Cekatan ini adalah Happy Me, Happy Family. Aku keidean karena judul ini sesuai dengan resolusi tahun 2021 yaitu self love. Eh, masih nyambung, yekan... dengan self love, aku akan mendapatkan kebahagiaan, yang akan menjadikan keluargaku tertular energi bahagia yang aku miliki.

Seperti yang pernah dipaparkan oleh Magika di awal perkuliahan Bunda Cekatan, seorang ibu adalah jantung dari rumah. Ketika ibu bahagia, maka seluruh anggota keluarga akan ikut bahagia. Begitu pula sebaliknya.

Aku suka macrame dan menulis. Kedua hal tersebut sudah mulai aku lakukan sepanjang tahun 2020. Dengan melakukan kedua hal tersebut, aku merasa amat sangat bahagia. Namun, kebahagiaanku terkadang menjadi kurang sempurna ketika terlalu banyak waktu dan pikiran yang tercurah pada kedua hal tersebut. 

Aku pikir, manajemen waktu yang aku lakukan selama ini masih kurang oke. Penggunaan Bullet Journal Method dua tahun belakangan masih kurang maksimal. Selain itu, aku butuh teknik food preparation yang dapat membantuku mengatasi masalah dalam menyiapkan makanan keluarga yang kerap kali membutuhkan waktu terlalu lama.


Tujuan yang Ingin Dicapai

Sesuai dengan nama project yang aku pilih, maka tujuan dari Happy Me, Happy Family adalah:

1. Mengasah potensi diri untuk menjadi Macrame Artis, tanpa meninggalkan tugas utama sebagai seorang ibu.

2. Mampu menguasai manajemen waktu menggunakan Bullet Journal Method, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dengan cara yang menyenangkan.

3. Mampu menguasai food preparation untuk mempersingkat waktu dalam menyajikan makanan sehat bagi keluarga di rumah.

4. Bisa menghasilkan buku fiksi maupun non-fiksi yang berkaitan dengan macrame.


Peta Belajar



Untuk mencapai tujuan di atas, ada dua ilmu dasar yang perlu aku kuasai terlebih dahulu selama kuliah Bunda Cekatan ini.

1. Bullet Journal Method

- Rapid Logging

- Collections

- Migrations

- Set up


2. Food Preparation

- Membuat menu sederhana, sehat, dan mudah

- Metode penyimpanan bahan makanan

- Cooking hacks


Memperdalam seni macrame dan menulis buku tentang macrame akan aku lakukan setelah menguasai kedua ilmu tersebut di atas.

Semoga dengan peta belajar ini, aku semakin fokus dan tetap on track dalam mencapai tujuan. Aku akan berusaha untuk tidak silau dengan peta belajar teman-teman yang lain. Karena kebutuhan belajar masing-masing orang berbeda.


Merah Itu Aku

Cilacap, 6 Februari 2021


Continue reading Peta Belajar