Saturday, February 20, 2021

Sudut Kenangan



Ketika seseorang pergi meninggalkan kita, maka yang tersisa adalah kenangan. Begitu pula yang saat ini kami rasakan. Tiap sudut rumah meninggalkan kenangan akan Bapak.

Kebiasaan-kebiasaan yang Bapak lakukan semasa hidup, sangat membekas dalam ingatan. 

Ketika azan berkumandang, ada rindu mendengar suara Bapak. Beliau yang selalu mengutamakan salat jamaah di masjid, membuat kami teringat kebiasaan Bapak memakai parfum, dan ajakan bagi para lelaki untuk ikut bersamanya. Suara azan dan iqamah membuat kami membayangkan suara Bapak. 

Suara pintu yang terbuka, mengingatkan pada Bapak yang pulang dari masjid. Ah, baru beberapa hari terlewat, dan kami sudah begitu merindukanmu.

Tiap sudut rumah seakan bercerita bagaimana Bapak berkegiatan di sana. Ada dapur yang menyimpan banyak hasil karya Bapak. Kabinet dapur buatan Bapak, peralatan masak yang biasa Bapak gunakan, dan segala kegiatan beliau di dapur, seperti memasak atau mencuci piring. 

Beliau yang rajin dan telaten, memang kerap melakukan berbagai hal di dalam dan luar rumah. Dari halaman depan dengan segala tanaman yang menghiasi, sudah pasti ada campur tangan Bapak di sana.

Masuk ke dalam rumah, tiap jengkal lantai, pernah Bapak sapu dan pel. Ada sofa tempat Bapak biasa tadarus dan membaca majalah atau buku. Juga tempat biasa Bapak berkutat dengan segala peralatan pertukangan.

Ada pohon belimbing yang sering Bapak panjat untuk memetik buahnya. Sekarang, entah siapa yang akan memanen belimbing yang berbuah tanpa mengenal waktu.

Ada meja setrika dan mesin jahit hitam, tempat Bapak sering meluangkan waktunya. Setiap aku menyetrika, ada rasa rindu yang menyeruak. Teringat bagaimana biasanya Bapak menyetrika pakaian dengan teliti dan licin. Mesin jahit hitam yang sudah menghasilkan banyak karya, termasuk seragam sekolahku dulu.

Sudut-sudut rumah seakan menjadi saksi bagaimana Bapak memiliki begitu banyak keahlian dan pernah bisa tinggal diam selama berada di rumah. Bahkan taman yang terletak di lapangan depan rumah pun tak luput dari sentuhan tangan beliau. 

Sungguh, berbagai kenangan tentang Bapak begitu banyak di rumah ini. 

Dari semua sudut-sudut penuh kenangan, relung hati kami yang paling banyak menyimpan segala hal tentang Bapak.

Untuk kesekian kalinya aku ingin mengatakan, “Bapak, aku rindu.”


Merah Itu Aku

Cilacap, 20 Februari 2021

0 comments:

Post a Comment