Tuesday, February 16, 2021

Selamat Jalan, Cinta Pertamaku



Innalillahi wa inna ilaihi roji'un


Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak kami tercinta pada tanggal 13 Februari 2021, pukul 16.16.


Bapak dimakamkan di Cilacap keesokan harinya di tempat pemakaman umum.


---


Sewaktu mendapat kabar bahwa hasil tes swab bapak negatif, kami semua sangat bahagia dan lega. Ada harapan besar untuk bisa menyambut dan bertemu dengan bapak dan ibu, sebelum kami kembali ke Jogja.

Beberapa hari setelah dinyatakan negatif, kondisi Bapak mengalami kemajuan. Kami pun sangat bahagia mendengarnya.

Meskipun aku sudah berada di Cilacap lebih dari seminggu yang lalu, aku belum juga diberi kesempatan untuk bertemu Bapak. Hampir setiap hari, kami melakukan video call. Kebanyakan dengan agenda ngobrol bareng cucu.

Sabtu pagi, tiba-tiba ibu mengabarkan kalau Bapak sudah boleh ditemui. Ohiya, Bapak sudah dipindah ke ruangan rawat inap biasa (bukan khusus pasien covid karena hasil swab sudah negatif).

Aku diminta untuk menunggu kabar selanjutnya. Rencana sudah disusun, sehingga ketika aku pergi bersama Om, adek kandung Bapak, anak-anak sudah aman bersama Tante --istri dari Om.

Sekitar pukul delapan, ibu memintaku untuk bersiap ke rumah sakit. Aku bahagia karena sungguh, aku sudah begitu rindu bertemu Bapak dan Ibu. Aku sengaja memakai baju yang aku jahit sendiri. Aku dan Bapak memang sama-sama hobi membuat sesuatu sendiri. Kebetulan sekali, aku baru berhasil membuat baju dan entah kenapa saat itu sangat ingin aku tunjukkan pada Bapak.

Dengan bahagia dan ceria, aku dan Om berangkat ke rumah sakit. Kami berdua tidak banyak bicara selama perjalanan. Hanya komentar-komentar kecil pada apa yang kami temui sepanjang jalan. 

Kami langsung naik ke lantai 1 dan menuju kamar rawat Bapak. Ibu menyambut dan memberitahu pada Bapak bahwa kami datang. Bapak masih sadar. Kami bercakap-cakap meskipun dengan singkat karena napas yang semakin pendek.

Tidak sampai tiga puluh menit kami bertemu. Saturasi oksigen yang naik turun, membuat Bapak sulit bernapas. Ibu mengingatkan Bapak agar mengatur napas. Meskipun kesulitan bernapas, bibir Bapak tak berhenti menyebut nama Allah. 

Setelah aku pulang, kondisi Bapak semakin menurun. Ba'da asar, aku mendapat kabar Bapak sudah kehilangan kesadaran -- yang kemudian aku tahu bahwa Bapak mulai tertidur setelah takbir saat salat duhur.

Perasaanku mulai tak menentu. Ingin rasanya menyusul ibu ke rumah sakit untuk menemani Bapak. Namun, Ibu melarang karena memikirkan bagaimana anak-anak akan aku tinggal. Lagi pula, sudah ada adik Bapak yang berada di sana, katanya.

Pukul empat lebih, aku mendapat kabar duka bahwa Bapak sudah meninggal. Aku seperti kehilangan kekuatan untuk melakukan apapun. Rasanya hancur seketika itu juga.

Aku kehilangan seorang yang sangat berarti dalam hidupku. Ada rasa tak percaya bahwa ini benar-benar terjadi. Entah sampai kapan, aku tak tau 🙁.

Bapak adalah orang yang selalu ada di saat-saat penting dalam hidupku. Beliau selalu tahu kapan aku membutuhkannya, dan tanpa bertanya banyak, Bapak sudah ada bersamaku, menemaniku, memberi kekuatan.

Bapak adalah orang yang tidak banyak berbicara tetapi langsung bertindak. 

Bapak tidak pernah merepotkan orang lain dan tak pernah ingin menjadi beban bagi orang lain. 

Aku benar-benar kehilangan.

Bapak kembali pulang bersama Ibu selepas isya. Keesokan harinya, Bapak dimakamkan.

Selamat jalan, Bapak, cinta pertamaku, lelaki terbaik sepanjang masa … 


Merah Itu Aku

Cilacap, 16 Februari 2021



3 comments:

  1. Membacanya saja aku menangis. Entah bagaimana mba Firda bisa menuliskannya dengan begitu indah sambil menahan linangan air mata ♥️. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu anhu

    ReplyDelete
  2. Peluuuk mbak firda ❤️, sama kayak mbak cint aku pun berlinang air mata baca deretan kata dari mbk firda.
    Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu

    ReplyDelete