Friday, June 4, 2021

Tentang Antologi Descendants (Sebuah Kisah yang Tak Terungkap)

Beberapa hari yang lalu, aku mendapat berita yang menggembirakan. Aku terpilih menjadi penulis terbaik 2 dalam antologi ke-19-ku. Rasanya benar-benar bangga dan bahagia.

Setelah setahun lebih bergelut dengan dunia antologi, aku merasakan juga perasaan bahagia mendapat piagam seperti ini. 

Piagam kece dari Tim GRC

"Descendants (Sebuah Kisah yang Tak Terungkap)", merupakan antologiku yang ke-19, terhitung sejak tahun lalu, ketika aku mulai serius menulis. Untuk tahun ini, itu adalah antologi ke-6 yang sudah terbit. Ada 2 naskah yang masih menunggu kabar. Semoga segera nampak hilalnya.

Tahun ini, aku belum banyak mengikuti antologi. Beberapa buku yang terbit, sudah aku ikutkan naskahnya sejak tahun lalu. Buku antologi ke-19 yang baru saja terbit, merupakan naskah pertama yang aku ikutkan di tahun ini. Rasanya tidak seproduktif tahun lalu.

Memang, tahun ini aku benar-benar memilih tema yang akan aku ikuti. Jika tahun lalu, aku mengejar kuantitas, maka tahun ini, aku mencoba untuk memperbaiki kualitas tulisanku.

Aku terlibat dalam antologi Descendants bersama Tim Ghirah Rachita Community (GRC) secara tidak sengaja. Jika biasanya, aku masuk grup antologi dulu sebelum mengirim naskahnya, maka untuk kali ini, aku mengirim naskah lebih dahulu sebelum masuk grup antologinya.

Suatu hari, aku ditawari oleh seorang teman untuk ikut antologi dengan tema broken home (tema besar yang diangkat Descendants). Saat itu, aku tidak langsung meng-iya-kan atau pun menolak. Aku minta waktu sehari untuk mengirimkan naskah. Besok malamnya, aku kirim naskah ke temanku itu. 

Pembuatannya cukup kilat. Sejak ditawari untuk ikut, aku mulai mencari inspirasi. Broken home yang ada di pikiranku saat itu adalah hubungan dua orang tua yang tidak harmonis dan berdampak pada anak-anak.

Ada beberapa ide untuk cerita itu. Kehidupan anak remaja yang orang tuanya berpisah, atau dampak lebih lanjut pada pernikahan seorang anak, yang tumbuh dalam keluarga broken home. Akhirnya, aku memilih membuat cerita dari ide yang kedua.

Pada cerpen ini, aku menggunakan sudut pandang orang pertama 'aku', yang benar-benar tidak dimunculkan siapa namanya. Aku baru sadar lho, ternyata aku hanya menyebutkan satu nama dalam cerpen tersebut. Candra. Sebagai nama suami 'aku'. Ah, no wonder lah ya... secara bikin cerita dalam tempo sesingkat-singkatnya. Padahal, aku sering kali merenung lama, cuma untuk menentukan nama tokoh 😅.

Aku, diceritakan merupakan wanita karier yang lumayan sukses. Kehidupan rumah tangganya tidak berjalan dengan lancar. Tumbuh di keluarga broken home, membuatnya tidak yakin atas kehidupan pernikahan yang bertahan lama. Akankah dia menemukan laki-laki yang akan merubah pandangannya tentang pernikahan? Untuk mengetahui cerita lengkapnya, bisa dibaca di buku antologi Descendants (Kisah yang Tak Terungkap). Etapi sayangnya udah close PO 🙈.



Pada buku antologi ini, terdapat sekitar tiga puluh cerpen dengan tema broken home.

Kalau biasanya, aku kepikiran buat meneruskan ide cerpen ke cerita lebih panjang, untuk kali ini, aku belum kepikiran. Karena menurutku, genrenya lumayan dewasa dan terlalu dark 😂.

Atas pencapaianku kali ini, tentu membuatku semakin bersemangat untuk menulis.

Ohiya, mulai bulan ini, KLIP menaikkan jumlah kata minimal setoran menjadi 350 kata 😄. Dan setoran pertamaku bulan ini mencapai 1400an kata. Aku setor pakai private doc karena buat ikutan antologi. Kelebihan setengah halaman dan perlu diedit buat pangkas. Tapi buat setoran KLIP, aku pake versi panjang aja 😁.

Semangat!!


Merah Itu Aku

Cilacap, 4 Juni 2021






0 comments:

Post a Comment