Aku baru menyelesaikan bacaan pertama di tahun 2024. Salah satu buku yang aku beli pada tanggal 1 Januari. Novel Ika Natassa, Heartbreak Motel.
Novel ini merupakan karya ketiga dari Ika Natassa yang aku baca. Dua buku lain, aku baca pada akhir tahun lalu.
Yang pertama adalah The Architecture of Love dan membuatku mencari buku lain yang ditulisnya.
Aku tertarik mengambil buku The Architecture of Love dari rak sebuah toko buku, tak lain dan tak bukan, karena info dari lini massa bahwa novel ini akan difilmkan, dengan pemeran utama pria dimainkan oleh Nicholas Saputra. Wow banget, kan?
Tak peduli siapa pun pemeran wanitanya, Nicholas Saputra sudah cukup menjual. Aku jadi tertarik untuk membaca novelnya.
Sebenarnya aku agak kurang suka ketika membaca novel, tetapi sudah terkunci dengan sosok tokohnya. Maksudku, imajinasi pembaca mengenai tokoh, akan terdistraksi dengan sosok yang akan memerankan dalam filmnya. Akan tetapi, aku tidak keberatan untuk membayangkan Nicholas Saputra selama membaca novel itu. Hanya saja, kadang ada rasa penasaran dengan imajinasi seperti apa yang akan bermain di kepalaku jika tokoh itu masih berada dalam novel.
Apakah sosok Hamish Daud yang juga seorang arsitek? Atau ada Ridwan Kamil-Ridwan Kamil-nya? Atau malah justru berbentuk sosok yang hanya ada dalam imajinasiku saja.
Ngomong-ngomong tentang Hamish Daud, ternyata sang penulis berkonsultasi tentang kearsitekan dengan beliau.
Aku langsung jatuh cinta pada cerita Ika Natassa dari novel pertama yang aku baca. Bahasa yang dipakai tidak berlebihan, mudah dimengerti, dan dialognya mengalir.
Setelah menyelesaikan novel itu, aku langsung mencari bukunya yang lain. Aku pun menemukan Critical Eleven dan langsung membeli melalui toko buku daring. Jika ada yang menjual dalam bentuk e-book, mungkin aku akan memilihnya, biar segera bisa menikmati ceritanya.
Aku baru mengetahui bahwa sebelum The Architecture of Love yang akan tayang, ternyata sudah ada beberapa novel Ika Natassa yang lebih dulu difilmkan. Termasuk Critical Eleven yang aku baca kemudian.
Seperti pada novel yang aku baca sebelumnya, Critical Eleven membuatku terbawa dalam cerita. Ini sedih banget, sih. Cara Ika Natassa membuat penasaran, 'Sebenernya masalahnya apa?' Bikin aku gregetan dan tidak bisa berhenti baca.
Novel ketiga yang aku baca Heartbreak Motel dari Ika Natassa. Sudah ingin aku baca sejak menyelesaikan Critcal Eleven. Galau antara pesan melalui aplikasi belanja daring atau beli langsung ke toko buku. Karena sudah masuk masa permudikan, aku harus bersabar untuk menunggu kembali ke Jogja dan beli langsung.
Cerita awal sudah mengecoh sekali. Aku dah curiga bakalan suram, panuh adegan kekerasan dan tekanan jiwa. Ternyata aku salah. Haha ... Meski memang menurutku bab awal itu merupakan gambaran kondisi ekstrim bagi Ava.
Ada beberapa hal yang menarik dari karya-karya Ika Natassa dari tiga novel yang sudah aku baca.
1. Pertemuan pertama antara hero dan heroin yang tidak biasa.
Pertemuan pertama Raia dan River pada Architecture of Love, terjadi secara tidak sengaja di pesta menjelang tahun baru. Raia yang 'melarikan diri' karena tidak suka pesta, bertemu River (yang juga tidak suka pesta) di sebuah kamar.
Pertemuan pertama Anya dan Ale pada Critical Eleven, terjadi di sebuah pesawat. Mereka, secara kebetulan duduk bersebelahan dalam penerbangan ke Sydney. Anya mau nonton konser Coldplay dan Ale cuma transit dalam perjalannya kembali ke rig.
Pertemuan pertama Ava dan Raga pada Heartbreak Motel, terjadi di jalan masuk hotel tempat menginap gara-gara curiga dikuntit. Sebagai aktris terkenal yang sering menjadi mangsa nitizen journalist, Ava sedikit panik ketika menyadari ada orang yang berjalan di belakangnya saat kembali ke hotel di tengah malam.
2. Ada sahabat dekat yang mulutnya nggak ada saringan.
Sahabat yang bikin iri karena bisa sedekat dan setulus itu memberikan pendapat serta nasihat, meski kata-katanya nggak pake saringan. Jujur meski pahit.
Ada Erin, sahabat Raia di Architecture of Love. Selama di New York, Raia tinggal di apartemen Erin.
Ada Agnes dan Tara, sahabat Anya di Critical Eleven.
Ada Lara, sahabat Ava di Heartbreak Motel.
3. Pembatas buku yang unik dan lucu.
Waktu baca Architecture of Love, aku agak takjub dengan ukuran pembatas buku yang 'hanya' seukuran kartu nama. Tapi waktu diliat lagi, ternyata berisi informasi lokasi tempat-tempat keren versi River di novel tersebut.
Aku jadi menambah atensi ke pembatas buku saat akan membaca Critical Eleven. Masih selebar kartu nama lebih dikit dan ternyata berupa boarding pass. Sesuai dengan awal pertemuan mereka di pesawat.
Berbeda dengan dua buku yang aku baca sebelumnya, ukuran pembatas buku pada Heartbreak Motel gede banget. Berupa penanda yang biasa dipasang di gagang pintu hotel untuk memberi informasi bahwa penghuni kamar tersebut, tidak ingin diganggu.
Akhir kata, aku sangat menikmati cerita dari Ika Natassa. Banyak pengetahuan baru yang aku dapet dari ketiga buku yang sudah aku baca. Sanggup bikin ketawa atas jokes-nya, juga (hampir) nangis di bagian yang sedih-sedih.
Aku masih pengen baca buku-buku dia yang lain. Tapi sementara ini, aku mau selesaikan buku yang udah ada di rumah dulu.
Merah Itu Aku
Yogyakarta, 4 Januari 2024
0 comments:
Post a Comment