Monday, March 1, 2021

Menyetrika



Setelah aku berada di Cilacap, aku kembali melakukan beberapa tugas domestik. Salah satunya adalah menyetrika.

Sesungguhnya, aku hobi banget menyetrika. Sebelum aku menjalani operasi caesar yang berimbas pada perekrutan Bu Agus, aku selalu menyetrika baju sendiri. Meskipun style nyetrikaku terbilang ribet dan lama, tetapi aku sangat menikmati. 

Ketika aku menyetrika, aku akan mengelompokkan kain-kain itu berdasarkan pemilik, pakaian dalam dan luar, besar kecil, dan warna. Setelah jam terbang menyetrika yang sudah aku lalui, banyak sekali trik yang digunakan agar kegiatan menyetrika senantiasa menyenangkan dan sesuai dengan styleku.

Salah satu yang aku lakukan agar kegiatan menyetrika bisa mindful, adalah dengan memilah-milah pakaian sambil memanaskan setrika. Karena jika tidak, aku akan menghabiskan banyak waktu untuk mencari pasangan baju atau kaos kaki. Aku pun akan bete ketika menemukan kaos dalam yang berada di antara tumpukan baju setelah sesi penyetrikaan pakaian dalam sudah berganti dengan kategori baju lainnya.

Ribet? Mungkin... tapi aku hepi 😁.

Belakangan ini, kegiatan menyetrika membuatku mengenang sosok Bapak. Beliau adalah inspiratorku dalam menyetrika. Ternyata, demikian pula bagi kakak dan adikku.

Bapak selalu teliti dalam melakukan penyetrikaan. Kalo ada lipatan lengan atau celana yang double, maka Bapak akan menyetrika ulang. Yang sering aku lihat adalah sarung. Bapak sangat memperhatikan sarung yang akan beliau pakai untuk salat. Ketika ada kekusutan pada sarung, maka beliau akan menyetrikanya lagi. 

Akhir-akhir ini, aku melepaskan rindu pada Bapak dengan menyetrika. Aku merasa dekat karena beliau paling rajin menyetrika. Apalagi, letak meja setrika ada di dekat mesin jahit tempat Bapak biasa menyalurkan hobi menjahitnya. Ah, kapan-kapan aku ceritakan tentang Bapak dan menjahit.

Kembali ke menyetrika.

Ba'da duhur, biasanya Bapak menyetrika, sehingga aku pun melakukannya di saat-saat itu. Dulu, setiap aku pulang, aku akan cepet-cepet nyetrika sebelum keduluan Bapak. Sehari dua hari disetrikain Bapak ga masalah. Tapi kalo kelamaan di rumah dan membiarkan Bapak nyetrika bajuku, rasanya ga tega juga. Hihi...

Sekarang, aku menyetrika baju sebelum keduluan Ibu. Aku tidak ingin melihat Ibu sedih mengingat Bapak. Biar aku saja yang mengambil alih tugas menyetrika sementara ini. 

Aku tak menyangka akan menyetrika dengan mindful dan sesekali teringat pada kenangan-kenangan bagaimana Bapak mencontohkan cara menyetrika yang halus dan mulus.

Rindu ini masih terasa memilukan. Setiap teringat saat pertemuan terakhir kami, tenggorokanku terasa sakit dan dengan susah payah, harus menahan air mata agar tak mengalir.


Merah Itu Aku

Cilacap, 1 Maret 2021

0 comments:

Post a Comment