Wednesday, May 12, 2021

Opor Ayam dan Ketupat

Seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, Bapak Ibu selalu masak opor ayam dan ketupat untuk menyambut Idul Fitri.

Untuk opor ayam, biasanya, mereka menyiapkan dua ekor ayam hidup yang akan disembelih Bapak, pada hari terakhir bulan Ramadhan. Seekor ayam akan dimasak pada hari tersebut, dan seekor lagi akan dimasak pada dini hari Idul Fitri. 

Untuk ketupat, biasanya Bapak membeli janur yang akan dibuat ketupat oleh Ibu. Beberapa kali lebaran, aku ikut membantu membuat ketupat. Aku harus selalu belajar ulang untuk membuat ketupat pertama. Meskipun tahun sebelumnya pernah membuat, tetapi tetap saja aku tak ingat bagaimana cara menganyam janur untuk bisa dibentuk menjadi ketupat. Biasanya kami akan membuat sekitar 20-an ketupat.

Memang sebanyak itu karena masakan Bapak adalah favorit saudara-saudara kami di Wangon. Jadi, setelah solat ied, sebagian opor ayam dan ketupat akan dibawa ke Wangon, rumah Embah dari Ibu, untuk disantap bersama-sama saudara yang ada di sana.

Kebiasaan ini berlangsung hingga tahun kemarin. Tahun terakhir Bapak bertemu Ramadhan dan Idul Fitri.

Opor Terakhir Bapak


Dua tahun yang lalu adalah kali terakhir, aku menikmati opor ayam dan ketupat buatan Bapak. Tahun lalu, covid 19 sudah menyerang dan larangan mudik sudah berlangsung menjelang Idul Fitri. Tentu saja kami tidak ke Cilacap. Harus cukup puas dengan opor ayam menggunakan bumbu instan dan ketupat yang dipesan sehari sebelum lebaran.

Beberapa hari yang lalu, Ibu memutuskan untuk memesan saja opor ayam, sambal goreng kentang ati, dan ketupat. Terlalu banyak kenangan yang membuat pilu jika memasak semua itu sendiri. Aku setuju. Aku pun pasti akan mengingat bagaimana dengan cekatannya, Bapak mempersiapkan dan memasak semuanya bersama Ibu.

Qodarullah, murid Ibu yang semula mempersiapkan opor ayam dan sambal goreng kentang ati, mengabarkan tidak dapat memenuhi pesanan. Ibunya meninggal dunia kemarin. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.

Akhirnya, kami pesan opor ayam dan ketupat ke adik Embah dari Bapak, yang tinggal tidak jauh dari sini. Untuk sambal goreng kentang ati, Ibu putuskan untuk memasak sendiri.

Hari ini, rumah terasa sepi. Padahal esok adalah hari raya Idul Fitri. Mendadak aku merindukan kesibukan menjelang lebaran di rumah ini seperti sebelum-sebelumnya. 

Aku merindukan menganyam ketupat. Aku merindukan suara kokok ayam dan gembiranya anak-anak melihat ayam, serta menantikan proses pemotongan ayam oleh Eyang Kakung. Aku merindukan aroma opor ayam yang menyeruak dari dapur. Aku rindu keriuhan itu. Aku rindu masakan Bapak.

I miss him so bad!

Sejak semalam, Ibu sudah tampak sedih. Begitu pula hari ini. Entah bagaimana esok hari.

Sungguh, Idul Fitri kali ini begitu berat untuk kami semua 💔.


Merah Itu Aku

Cilacap, 12 Mei 2021


0 comments:

Post a Comment